Intisari

Solusi dalam Menekan Angka Kejahatan

 

Pembaca yang mulia, Nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala begitu banyak, tidak mampu rasanya bagi kita untuk menghitungnya. Diantara berbagai nikmat tersebut adalah nikmat mata atau indra penglihatan.

Betapa agungnya nikmat penglihatan tersebut sehingga terulang sekian kali penyebutannya di dalam Al-Qur’an, di antaranya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan (artinya) :

“Bukankah Kami telah menjadikan untuk manusia sepasang mata.” (QS. Al-Balad: 8).

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan kembali fungsi organ tubuh tersebut dalam ayat lainnya (artinya) :

“Sesungguhnya Kami ciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur (lalu) Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) maka Kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah memberi petunjuk jalan yang benar kepadanya, lalu ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insan : 2-3).

Namun sangat disayangkan banyak didapati manusia dalam kondisi ingkar lagi kafir terhadap perintah-perintah-Nya. Ia lebih disibukkan dengan pemeliharaan matanya secara zhahir dengan terapi medis dan herbal serta memperindahnya dengan memakai celak mata, kacamata dan lensa mata. Disisi lain ia lupa akan urgensi perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjaga hak mata dalam pandangan syariat Islam. Bahwasanya matanya akan berbicara sebagai saksi atas perbuatannya dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak.

Pembaca yang budiman, di antara bentuk rahmat dan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang beriman agar menjaga pandangan dan tidak mengumbarnya kepada perkara yang haram sebagai tindakan preventif demi tidak terperosok ke dalam lembah dosa lantaran indra penglihatnya.

Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan dalam salah satu firman-Nya (artinya) :

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah mengetahui segala yang mereka kerjakan. Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka…” (QS. An-Nur: 30-31).

Manusia terlalu mudah menumpuk-numpuk dosa dengan pandangan matanya, tidak menyadari kalau dirinya terjatuh dalam kemaksiatan yang menghantarkannya kepada dosa-dosa yang lainnya, ia tiada membayangkan andai penglihatannya tiba-tiba raib lalu ia menyandang predikat tuna netra, kemudian menyesal atas perbuatannya dan tersadar ternyata banyak perbuatan dosa yang tak bisa diperbuat orang buta?!

Pembaca yang mulia, hampir tidak didapati seorang yang ingin menjadi tuna netra, bahkan mungkin terlalu banyak orang buta yang berharap bisa melihat indahnya dunia ini, mungkin pula di antara mereka berangan-angan dapat melihat tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala di alam ini, namun ironisnya, masih banyak manusia yang sempurna penciptaannya tiada mensyukuri anugerah besar ini.

Pembaca, penting untuk direnungi sejenak bahwa setiap perbuatan dosa pasti akan membekas berupa noda hitam di hati manusia, semakin bertambah dosanya, akan bertambah pula noda-noda hitam itu sampai menutupi rona dan warna hatinya. Tatkala hati telah tertutup noda hitam maka tiada mampu lagi mengenali kebaikan dan tiada pula mengingkari kemungkaran, jadilah hati itu keras lagi sulit menerima nasihat serta kebaikan.

Pandangan mata kepada yang haram adalah faktor penyebab rusaknya hati, faktor pendorong berbagai perbuatan dosa dan keji seperti zina, mencuri, membunuh dan berbagai aksi kejahatan lainnya, sebagaimana ucapan ulama salaf (terdahulu), “Pandangan mata adalah panah beracun bagi hati manusia.” Indra penglihat melesat bak anak panah yang lepas dari busurnya, sinar matanya secepat kilat menyambar pemandangan yang haram, melesat ke segala arah, menembus sasaran haram tanpa hambatan, menancap kuat menjadi luka dosa pada hatinya.

Mata yang jahat tidak pernah puas mengoleksi pandangan haram, menumpuk variasi dosa pada hatinya, karena setan selalu memoles pemandangan haram dengan berbagai hiasan yang mempesona lagi menggiurkan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita semua. Amin.

Tidak ada seorang pun mampu berpura-pura di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sekalipun ia pandai mengelabui manusia, sekalipun hanya sekedar mengerlingkan bola matanya atau melirik kepada yang haram.

(Artinya) : “Dan Dia Maha mengetahui terhadap pandangan yang berkhianat (melihat kepada yang haram) dan segala yang disembunyikan dalam hati manusia.” (QS. Ghafir: 19).

Mengumbar pandangan adalah dosa yang banyak diremehkan oleh Bani Adam, mereka banyak mengkonsumsi dosa ini baik secara langsung maupun melalu media baca, HP, televisi, internet, dan lain-lain.

Angka kejahatan melejit tak tertahan, kemerosotan akhlak, mental dan moral terjadi di segala usia, prosentase terbesar adalah indra penglihat sebagai biangnya! Maka menundukkan pandangan dan tidak mengumbarnya adalah solusi tepat untuk terhindar dari berbagai syahwat kemaksiatan. Berat dan besarnya amalan tersebut berbanding dengan berat dan besarnya pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi yang ikhlas dalam amalannya.

Wallahu a’lamu bish Shawab.

Baca selengkapnya di : https://buletin-alilmu.net/menjaga-pandangan/ | Buletin Al Ilmu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca Juga
Close
Back to top button