Benarkah Yesus Anak Tuhan? Bolehkah Seorang Muslim Merayakan Natal?

Kaum Muslimin rahimakumullah,
Di dalam al-Qur’an al-Karim kisah Nabi Isa disebutkan di beberapa tempat. Dengan penyebutan kisah yang tepat, adil, jujur dan ilmiah.
Allah berfirman tentang Isa (yang artinya),
Isa berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, (Allah juga memerintahkanku untuk) berbakti kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya,”Jadilah”, maka jadilah ia.
(Isa berkata), “Sesungguhnya Allah adalah Rabbku (Tuhanku) dan Rabb (Tuhan) kalian, maka beribadahlah kalian kepada-Nya. Ini adalah jalan yang lurus.” (QS. Maryam : 27-36).
Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman (yang artinya),
“Wahai Ahli Kitab (Yahudi dan Nashara), janganlah kalian melampaui batas (ekstrim/berlebihan) dalam agama kalian. Janganlah kalian mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah Rasulullah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) ruh dari-(ciptaan)-Nya.
Maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah adalah ilah yang Esa (yakni satu-satu-Nya yang berhak diibadahi). Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” (QS. an-Nisa : 171).
Maka Kaum Muslimin rahimakumullah,
Kita tidak boleh meyakini bahwa Isa adalah anak Allah, atau Isa adalah Tuhan Anak, atau Isa adalah satu dari yang tiga.
Mengapa demikian?
Karena Nabi Isa adalah hamba Allah. Maka jangan menyembahnya, atau meyakininya sebagai anak Allah, atau satu dari yang tiga.
Bahkan Nabi Isa sendiri memerintahkan untuk beribadah kepada Allah satu-satunya.
Dilarang Ikut Merayakan Natal
Dengan prinsip keimanan tentang Nabi Isa tersebut, maka seorang muslim tidak boleh ikut-ikutan merayakan natal.
Natal merupakan hari raya umat Kristiani, memperingati hari kelahiran Yesus Kristus (yakni Nabi Isa) yang mereka yakini sebagai Tuhan atau Tuhan Anak.
Maka jelas ini bertentangan dengan prinsip keimanan seorang mukmin. Tidak boleh seorang mukmin ikut merayakan perayaan natal. Tidak boleh pula dia mengucapkan selamat natal.
Demikian pula tidak boleh saling tukar menukar hadiah dalam rangka natal. Tidak boleh pula menjual sesuatu untuk keperluan natal. Karena natal termasuk dari ritual ibadah hari raya umat Kristiani.
Al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan,
“Sepantasnya atas setiap muslim untuk menjauhi hari raya mereka (Yahudi, Nashara, dll). Wajib atasnya untuk melindungi diri, isteri dan anak-anaknya dari hari raya tersebut, jika memang dia beriman kepada Allah dan hari Akhir.” (Tasyabbuh al-Khasis, hal. 32).
Didalam salah satu fatwanya, Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa memberikan ucapan selamat hari raya Natal kepada kaum Nashrani dan selainnya dari hari-hari raya orang kafir adalah haram.
Keharaman tersebut disebabkan adanya unsur keridhaan dan persetujuan terhadap syiar kekufuran mereka, walaupun pada dasarnya tidak ada keridhaan terhadap kekufuran itu sendiri.
Wabillahi at Taufiq
Baca selengkapnya di : https://buletin-alilmu.net/nabi-isa-dan-peringatan-natal/