Dusta Berbuah Petaka
Edisi 10 || 1440H
Tema: Hadits
Rasulullah shalallahu a’aihi wasallam bersabda,
إيّاكم والكذب فإنّ الكذب يهدي إلى الفجور وإنّ الفجور يهدي إلى النّاروإنّ الرّجل ليكذب حتّى يكتب عبد لله كذّابا
“Waspada kalian dari perbuatan dusta, karena sesungguhnya dusta akan membawa kepada kejahatan dan sesungguhnya kejaharan akan membawa kepada neraka, dan sungguh seseorang senantiasa berbuat dusta hingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. al-Bukhari no. 5629 dan Muslim no. 4719 dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahuanhu).
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ta’ala. Dusta adalah akhlak yang tercela dan merupakan perbuatan yang buruk baik dipandang dari sisi hukum syariat Islam maupun akal sehat manusia. Bahkan dusta merupakan perbuatan yang dibenci oleh seluruh umat manusia dan semua agama.
Makna dusta adalah menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Perbuatan dusta merupakan salah satu bentuk dari bentuk-bentuk kejahatan, dan kejahatan merupakan sebab yang akan menyeret pelakunya ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
Perbuatan dusta tidak hanya membuahkan petaka pada diri pelakunya saja namun juga merugikan banyak orang tatkala kedustaan tersebut tersebar di tengah-tengah masyarakat baik melalui mulut ke mulut maupun melalui media sosial, dan ini yang marak di zaman sekarang dengan istilah hoax.
Hoax adalah berita dusta atau berita tidak bersumber (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online). Di dalam al-Qur’an dan Hadits, Allah dan Rasul-Nya telah mencela perbuatan dusta dan mengancam para pelakunya dengan ancaman yang sangat keras.
Ancaman Dalam Al-Qur’an
Allah ta’ala berfirman (artinya),
“Katakanlah, ‘Rabbku hanya mengharapkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (menharamkan) menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan bukti untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan atas nama Allah apa yang tidak kamu ketahui’.” (al-A’raf: 33)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Bahwasannya seburuk-buruk perbuatan haram yang paling besar keharamannya adalah mengada-adakan (kedustaan) terhadap Allah dengan tanpa ilmu. Dimana kesyirikan dan kekufuran tidaklah muncul melainkan karena sebab kedustaaan.” (Madarijus Salikin, [1/172])
Allah ta’ala menggandengkan perubuatan dusta dengan perbuatan syirik sebagaimana dalam firman-Nya (artinya),
“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (al-Hajj: 30)
Ancaman dalam Hadits
Disebutkan dalam sebuah hadits yang panjang tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dibawa oleh dua malaikat untuk melihat beberapa keadaan penduduk neraka kemudian kedua malaikat tersebut menerangkan kepada beliau shalallahu’alaihi wasallam salah satu keadaan yang dilihatnya,
وأمّاالرّجل الّذى أتيت عليه يشر شدقه إلى قفاه ومنخره إلى قفاه,وعينه إلى قفاه فإنّه الرّجل يغدومن بيته,فيكذب الكذبة تبلغ الآفاق
“Adapun seorang yang engkau datangi tadi sedang dirobek-robek mulutnya sampai ke tengkuknya, dan dirobek hidungnya sampai ke tengkuknya dan dirobek matanya sampai ke tangkuknya, karena sesungguhnya laki-laki itu berangkat dari rumahnya kemudian membuat kedustaan yang menyebar kesegala penjuru tempat.” (HR. al-Bukhari no. 7047 dari shahabat Samurah bin Jundub radhiallahuanhu)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ada 7 perbuatan yang membinasahkan, yaitu (artinya), “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh manusia yang diharamkan untuk membunuhnya kecuali yang dibenarkan syariat, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan tempur, menuduh seorang wanita beriman yang menjaga kehormatannya dengan tuduhan zina.” (HR. al-Bukhari no. 2560, 6351 dan Muslim no. 129 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)
Tuduhan zina merupakan seburuk-buruk kedustaan dan bahkan Allah melaknat si penuduh zina dengan laknat di dunia dan akhirat. Allah ta’ala berfirman (artinya),
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik lagi beriman dengan tuduhan zina, mereka terkena laknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka adzab yang besar.” (an-Nur: 23)
Rasululllah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
من قال في مؤمن ماليس فيه,حبس في ردغة لخبال, حتى يأتي بالمخرج ممّاقال
“Barangsiapa yang mengatakan terhadap seorang mukmin sesuatu yang tidak ada padanya (dusta) maka ia akan dibenamkan ke dalam genangan nanah penduduk neraka sampai dia keluar dari apa yang ia katakan tersebut.” (HR. Abu Dawud no. 3597 dari shahabat Abullah bin Umar radhiallahuanhu) [lihat Silsilah ash-Shahihah no. 437]
Dusta merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kemunafikan. Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasallam bersabda,
آية المنافق ثلاث إذ حدّث كذب وإذاوعد أخلف وإذااؤتمن خان
“Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara dia dusta, apabila dia berjanji dia menyelisihi dan apabila diberi amanah dia khianat.” (HR. al-Bukhari no. 32, 5630 dan Muslim no. 89 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)
Allah ta’ala berfirman (artinya),
“Dan di antara mereka (orang munafik) ada yang telah berjanji kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang shalih. Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling (dari ketaaatan) dan selalu menentang (kebenaran). Maka Allah menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai pada waktu mereka menemui-Nya (hari kiamat), karena mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.” (at-Taubah: 75-77)
Jauh-jauh hari sebelum munculnya para pendusta yang membuat hadits-hadits palsu (maudhu’) dengan mengatasnamakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau telah memperingatkan,
من كذب عليّ فليتبوّأ مقعده من النّار
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku maka hendaknya ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhari no. 104 dan Muslim no. 4 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)
Larangan Menyebarkan Berita Dusta (Hoax)
Ancaman yang sedemikian kerasnya tidak hanya tertuju kepada para pembuat berita dusta (hoax) saja namun juga mengena kepada siapapun yang turut andil dalam menyebarkan berita-berita tersebut baik melalui lisan maupun melaui media sosial.
Allah ta’ala berfirman (artinya),
“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun, dan kamu menganggapnya perkara yang ringan saja padahal perkara itu di sisi Allah adalah besar. Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: ‘Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita membicarakan hal ini, Mahasuci Engkau (Ya Allah), ini merupakan kedustaan yang besar. Allah memperingatkan kamu agar (jangan) mengulangi perbuatan seperti itu selama-lamanya apabila kamu orang-orang yang beriman’.” (an-Nur: 15-17)
Secara umum kita dilarang untuk menyebarkan setiap yang kita dengar. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كفى بالمرء كذبا أن يحدّث بكلّ ما سمع
“Cukuplah seseorang dianggap sebagai pendusta apabila menyampaikan setiap apa yang dia dengar.” (HR. Muslim no. 6 dari shahabat Hafs bin ‘Ashim radhiallahuanhu)
Tokoh-Tokoh Para Pendusta
Tokoh pendusta pertama dan terbesar adalah iblis –laknatullah ‘alaih– tatkala menjerumuskan Adam dan Hawa untuk memakan dari sebuah pohon dengan tipu dayanya bak seorang penasehat. Iblis mengatakan kepada Adam (artinya),
“Rabbmu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga) dan dia (iblis) bersumpah kepada keduanya, ‘Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua’.” (al-A’raaf:20-21)
Tokoh berikutnya adalah Fir’aun –laknatullah ‘alaih– tatkala mengatakan kepada Musa (artinya),
“Aku adalah Rabb (Tuhan) kalian yang paling tinggi.” (an-Nazi’at:24)
Maka kedustaan mana yang lebih buruk dari kedustaan mengaku dirinya sebagai Rabb (Tuhan)? Tokoh pendusta lainnya adalah para dukun, tukang ramal, dan tukang sihir. Dikisahkan dalam sebuah hadits shahih bahwa para setan mencuri berita dari langit kemudian turun ke bumi dan menyampaikan kepada dukun, tukang ramal, dan tukang sihir yang sebelumnya sudah dicampur dengan 100 kedustaan, dan dibenarkan oleh dukun, tukang ramal, dan tukang sihir. (HR. al-Bukhari no. 4701 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)
Allah ta’ala berfirman (artinya),
“Maukah Aku beritakan kepadamu kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka (setan) turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” (asy-Syu’ara: 221-223)
Tokoh pendusta yang lainnya adalah orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi atau rasul. Rasulullah shalallahnu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan bahwasannya tidak akan terjadi hari kiamat (artinya), “Tidaklah terjadi hari kiamat hingga munculnya para dajjal pendusta yang jumlahnya sekitar 30 orang semuanya mengaku sebagai utusan Allah (Rasulullah).” (HR. al-Bukhari no. 3340 dan Muslim no. 5205 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (artinya), “Sesungguhnya menjelang hari kiamat akan muncul para pendusta maka hati-hatilah dari mereka.” (HR. Muslim no. 1822 dari shahabat Jabir bin Samurah radhiallahuanhu)
Sebagai penutup kita nukilkan nasehat berharga dari shahabat Abu Bakr (artinya), “Wahai sekalian manusia, hati-hatilah kalian dari perbuatan dusta karena sesungguhnya perbuatan dusta akan menjauhkan dari iman.” (Adz-Dzahabi, Tadzkiratul Huffazh, [1/9]).
Semoga kita dijauhkan oleh Allah ta’ala dari perbuatan dusta. Wabillahi at-taufiq.
Penulis: Ustadz Muhammad Rifki hafizhahullah
Tafsir QS Al-A’raf: 33 . pada artikel di atas tertulis “Rabbmu”, seharusnya Rabbku.
jazaakumullahu khoiron
na’am kekeliruan sudah kami perbaiki, atas nasehatnya jazaakumullahu khoiron