Hadits

Himpitan Kubur yang Dirasakan Orang Kafir dan Orang Beriman

 

Sebagai seorang muslim tentu kita mengimani bahwa setelah kematian, manusia akan berpindah ke alam kubur atau yang disebut juga dengan alam barzah. Kita juga mengimani bahwa di alam kubur akan terjadi peristiwa penghimpitan. Yaitu peristiwa di mana setelah mayit diletakkan di dalam kubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya.

Tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari himpitannya, baik seorang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ataupun yang kafir.

Bahkan dalam suatu hadits disebutkan bahwa seorang shahabat rasul; Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu ‘Anhu juga mengalami penghimpitan dalam kuburnya, padahal kematiannya membuat ‘Arsy bergerak, pintu-pintu langit terbuka, serta sebanyak tujuh puluh ribu malaikat menyaksikannya.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إِنَّ لِلْقَبْرِ ضَمَّةٌ لَوْ نَجَا مِنْهَا أَحَدٌ لَنَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ

“Sungguh di alam kubur nanti akan terjadi penghimpitan, jikalau ada seorang yang selamat dari himpitan kubur tersebut, niscaya Sa’ad bin Mu’adz lah yang akan selamat”. (HR. Ahmad).

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata,

هَذَا الَّذِى تَحَرَّكَ لَهُ الْعَرْشُ وَفُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَشَهِدَهُ سَبْعُونَ أَلْفًا مِنَ الْمَلاَئِكَةِ لَقَدْ ضُمَّ ضَمَّةً ثُمَّ فُرِّجَ عَنْهُ

“Inilah orang yang membuat ‘Arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur). Akan tetapi kemudian dibebaskan.” (HR. an-Nasa’i, Disahihkan oleh syaikh al-Albani rahimahullah dalam Misykah Al-Mashabih dan Silsilah Ash-Shahihah).

Lantas adakah perbedaan himpitan kubur yang dialami oleh orang yang beriman dengan himpitan kubur yang dialami orang kafir?!

Berikut ini penjelasan seorang alim ulama akan permasalahan tersebut;

Ketika mensyarah atau menerangkan makna hadits Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma tersebut di atas, asy-Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah berkata (artinya),

Hadits ini terkenal dikalangan para ulama, jika kita berasumsi bahwa hadits ini sahih, maka himpitan bumi (kubur) bagi seorang mukmin merupakan himpitan lembut dan kasih sayang. Sebagaimana seorang ibu mendekap bayinya di dadanya.

Adapun himpitan kubur terhadap orang kafir, maka itu merupakan himpitan berupa adzab –semoga Allah melindungi kita–.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengabarkan, ‘Sungguh setelah manusia dikubur, akan datang padanya dua malaikat yang akan bertanya kepadanya tentang tiga prinsip; Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Dan siapa nabimu?’

Orang yang beriman akan menjawab: ‘Rabbku adalah Allah, agamaku Islam dan nabiku adalah Muhammad’. Aku memohon kebada Allah agar menjadikan jawaban ini sebagai jawabanku dan jawaban kalian kelak.

Adapun seorang munafik –semoga Allah melindungi kita– atau orang yang ragu (pada agamanya) –semoga Allah melindungi kita dari kejelekan ini– maka ia akan menjawab; ‘hah? Hah? Hah? Aku tidak tahu, aku hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu jadi aku pun mengatakannya’.

Lalu dihimpitkan kubur padanya hingga membuat tulang rusuknya berserakan; yakni satu sama lain saling bertabrakan karena saking dahsyatnya himpitan tersebut.

Inilah perbedaan antara himpitan kubur yang dialami orang kafir atau orang yang bimbang akan kebenaran agamanya dengan himpitan yang dialami orang yang beriman(Liqa’ al-Bab al-Maftuh).

Wallahu Ta’ala a’lam bis shawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca Juga
Close
Back to top button