Jaminan Rezeki dari Allah bagi MakhlukNya
Dalam menjalani roda kehidupan di dunia ini, setiap manusia pasti membutuhkan berbagai kebutuhan untuk menopang kehidupan dunianya, baik kebutuhan primer maupun sekunder.
Namun betapa banyak dari mereka yang khawatir akan nasibnya di dunia, apakah bisa kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi?
Sehingga sejak dini seseorang mempersiapkan segala hal untuk meraih semua itu, berbagai jenjang pendidikan duniawi mereka kejar dengan segala prestasi yang dicita-citakan, karena mereka meyakini itulah cara mereka mendapatkan masa depan yang cerah.
Tidak jarang hal itu melalaikannya dari tujuan sebenarnya mereka diciptakan, yaitu untuk beribadah kepada Allah, bahkan menjauhkan mereka dari agama Allah.
Padahal kalau kita mencermati ayat-ayat Al Quran dan Hadits-Hadits Nabi sungguh Allah telah menjamin rezeki hamba-hamba-Nya.
Al Imam Al Hasan Al Basri pernah mengatakan,
قرأت في تسعين موضعا من القرآن أن الله قدر الأرزاق و ضمنها لخلقه ، و قرأت في موضع واحد :{الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاءِ} {البقرة:٢٦٨}.
فشككنا في قول الصادق في تسعين موضعاً و صدقنا قول الكاذب في موضع واحد. – (الحسن البصري نقله القرطبي في كتاب قمع الحرص بالزهد والقناعة :٩٣)
“Aku telah membaca 90 ayat dalam Al Quran bahwasanya Allah telah menaqdirkan dan menjamin rezeki makhluk-makhlukNya, dan aku membaca hanya 1 (satu) ayat dalam Al Quran (yang artinya) bahwasanya “Setan menakut-nakuti kalian akan kemiskinan dan memerintahkan untuk berbuat keji”. (QS. Al Baqarah : 268).
Namun kita meragukan ucapan Allah Dzat Yang Mahabenar pada 90 (Sembilan Puluh) ayatNya, dan membenarkan ucapan pendusta (syaithan) yang Allah sebutkan dalam 1 (satu) ayat-Nya. (Disebutkan Al Imam Al Qurtubi di dalam kitabnya yang berjudul “Qom’u Al Hirsi biz Zuhdi wal Qona’ah Hal 93).
Diantaranya Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanyab telah dijamin oleh Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Qs. Hud : 6).
Demikian Rasulullah juga menyebutkan bahwasanya ajal seseorang beriringan dengan rezekinya, selama dia masih hidup maka Allah pasti memberikan rezeki untuknya.
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ.
“Sesungguhnya Ruh Qudus (Jibril ‘Alaihis Salam), telah membisikkan ke dalam batinku (wahyu), bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara kalian dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepadaNya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Musnad 8 : 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8 :166, hadits sahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
Sebaliknya justru kehidupan setelah kematian di akhirat kelak, yang belum ada jaminannya, membutuhkan persiapan dan bekal untuk meraih keselamatan padanya.
Allah Ta’ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk bekal hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr : 18).
Sungguh ironis ketika kondisi mayoritas manusia saat ini lebih mengutamakan kehidupan dunia mereka yang fana yang akan segera mereka tinggalkan padahal telah ada jaminannya, namun melalaikan kehidupan yang kekal abadi di akhirat kelak yang belum ada jaminan atasnya.
Allah Ta’ala berfirman,
بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ (١٦)
وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ (١٧)
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia,
padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. Al A’la : 16-17).
Nas-alullah As Salaamah wal ‘Aafiyah.