Diantara Sebab Terbesar Tidak Mau Menerima Kebenaran
Para pembaca yang mulia, kehidupan bermasyarakat yang diliputi rasa aman, tentram dan kebersamaan adalah impian semua orang. Betapa indahnya sebuah kehidupan yang tegak di atas persaudaraan, menghormati dan menghargai.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (artinya):
“Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat bangunan yang saling mengokohkan antara satu dengan yang lainnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Namun, demikianlah manusia. Keinginannya untuk memperturutkan hawa nafsu sangat besar. Kecondongannya untuk saling berbangga diri dan menonjolkan kelompok dan golongannya pun amat kuat.
Di antara sebab menonjol terjadinya perpecahan dan saling berbangga diri dalam kehidupan bermasyarakat adalah fanatisme golongan. Yaitu sikap fanatik terhadap suatu golongan dengan mengajak orang lain agar membela golongannya dan bergabung bersamanya dalam rangka memusuhi lawannya baik dalam kondisi terzhalimi atau menzhalimi.
Dari sini kita pahami bahwa fanatisme adalah sikap memposisikan diri pada sebuah golongan, membelanya secara membabi-buta tanpa memperhatikan nilai-nilai kebenaran yang ada dan mengajak orang lain agar bergabung bersamanya.
Mengapa Fanatisme itu Terjadi?
Muncul satu pertanyaan, bukankah fanatisme itu merupakan penyakit kronis yang berbahaya bagi suatu umat, lalu mengapa sampai menimpa mereka?
Ketahuilah bahwa terserangnya suatu umat oleh penyakit kronis ini karena tingginya rasa ego pada diri mereka dengan merasa lebih dari selain mereka. Baik yang sifatnya sangat pribadi, seperti yang terjadi pada iblis, atau pun yang berkaitan dengan pihak lain seperti nenek moyang, madzhab, tokoh, dll.
Sehingga menjadilah ia sebagai penghalang bagi mereka untuk menerima kebenaran dari pihak lain. Kasus-kasus fanatisme di tengah masyarakat tentunya beragam. Akan tetapi yang paling banyak terjadi di setiap umat dari masa ke masa adalah fanatik terhadap nenek moyang/pendahulu dan ajaran mereka. Tanpa peduli apakah pendahulu mereka di atas Al-Haq (kebenaran) atau tidak.
Apakah Boleh Fanatik terhadap Salah Satu dari Empat Mazhab yang Ada?
Para imam madzhab pun tidak menganjurkan atau bahkan melarang umat Islam bersikap fanatik dan taklid kepada mereka. Sebagaimana pernyataan mereka berikut ini:
1. Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata, “Haram bagi siapa saja yang tidak mengetahui dalil mazhabku/pendapatku untuk berfatwa dengan ucapanku. Karena kami manusia biasa, berpendapat dengan sebuah pendapat di hari ini, dan terkadang berpendapat yang lain darinya besok hari.”
2. Al-Imam Malik rahimahullah berkata, “Sesungguhnya saya hanyalah manusia biasa, bisa salah dan bisa benar. Maka lihatlah pendapatku jika sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah maka ambillah (pendapatku tersebut). Namun jika menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah maka tinggalkanlah pendapatku.”
3. Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Jika kalian mendapati dalam kitabku sesuatu yang menyelisihi sunnah Rasulullah maka berpeganglah dengan sunnah Rasulullah dan tinggalkanlah ucapanku.”
4. Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Janganlah kalian taklid kepadaku, kepada Malik, kepada asy-Syafi’i, atau al-Auza’i. Ambillah (pendapat) dari mana mereka mengambil.”
Pembaca yang dirahmati Allah, dari sini menjadi jelaslah bagi kita bahwa sikap fanatik dan taklid buta terhadap para imam madzhab yang ada tidak diperbolehkan bagi siapapun.
Bahkan, fanatik dan taklid buta terhadap para imam mazhab dapat menimbulkan mafsadah (efek negatif) dalam kehidupan beragama. Di antaranya adalah sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah:
1. Fanatik terhadap madzhab menjadi sebab ditolaknya nash-nash dari Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih ketika tidak sesuai dengan madzhab yang ia pegangi.
2.Memperbanyak munculnya hadits-hadits lemah bahkan palsu dalam rangka membela madzhab.
3. Membatasi diri dengan salah satu madzhab tanpa melihat madzhab yang lain apalagi mengambil pelajaran ilmiah darinya.
4. Tersebarnya sikap taklid dan jumud serta menutup rapat-rapat pintu ijtihad.
Oleh karena itu, wajib bagi kita semua umat Islam untuk meninggalkan sikap fanatik dan taklid buta. Kemudian berupaya berpegang-teguh dengan Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam serta bimbingan para sahabatnya yang mulia.
Semoga dengan itu kita diselamatkan dari penyakit fanatisme yang dapat mengantarkan kepada perpecahan umat. Amiin.
Wallahu a’lamu bish shawab.
Baca selengkapnya di https://buletin-alilmu.net/fanatisme-golongan-dan-dampaknya/ | Buletin Al Ilmu