SETIAP KEBAIKAN ADALAH SEDEKAH
Rasulullah bersabda:
كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ
“Setiap kebaikan adalah sedekah (HR. al-Bukhari dalam “al-Adabul Mufrad” no. 224 dari shahabat Jabir bin ‘Abdillah)
Para pembaca yang berbahagia.
Banyak kebaikan yang dapat kita berikan kepada orang lain apakah dalam bentuk mengajarkan ilmu, memberikan nasehat, mengucapkan salam, senyum, berkata yang baik, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, silaturahmi, memerintahkan yang baik dan melarang dari perbuatan jelek, membantu saudara yang sedang membutuhkan dan lain sebagainya. Rasulullah bersabda,
إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah menetapkan untuk berbuat baik pada segala sesuatu.” (HR. Muslim no. 3615 dari shahabat Syaddad bin Aus)
Kebaikan apapun yang kita lakukan maka itu terhitung sebagai sedekah. Ketahuilah, bahwa sedekah tidaklah selalu identik dengan memberikan harta, karena pintu-pintu sedekah itu amat banyak dan luas sekali. Mulai dari bersedekah kepada diri sendiri seperti menunaikan kebutuhan pribadi; makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain. Kemudian bersedekah kepada keluarga dan karib kerabat dengan memberinya nafkah baik yang sifatnya wajib ataupun sunnah.Berikutnya, mencurahkan berbagai kebaikan kepada pihak lain secara lebih luas lagi.
Sehingga jangan pernah meremehkan terhadap kebaikan sekecil apapun yang dapat kita perbuat. Rasulullah bersabda (artinya),
“Pada setiap persendian manusia wajib atasnya untuk bersedekah setiap hari dimana matahari terbit pada hari tersebut: mendamaikan dua orang dengan adil adalah sedekah, menolong seseorang dengan membawanya pada kendaraannya adalah sedekah atau mengangkatkan barang ke atas kendaraan adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah dan setiap langkah menuju shalat adalah sedekah serta menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. al-Bukhari no. 2989 dan Muslim no. 1009 dari shahabat Abu Hurairah)
Rasulullah bersabda,
عَلىَ كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ قَالُوا فَإِنْ لمَ يَجِدْ قَالَ فَيَعْتَمِلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ قَالُوا فَإِنْ لَم يَسْتَطِعْ أَوْ لَم يَفْعَلْ قَالَ فَيُعِيْنُ ذَا الحَاجَةِ الملْهُوفَ قَالُوا فَإِنْ لمَ يَفْعَلْ قَالَ فَيَأمُرُ باِلخَيْرِ أَوْ يَأمُرُ باِلمَعْرُوفِ قَالُوا فَإِنْ لمَ يَفْعَلْ قَالَ فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ
“Wajib bagi setiap muslim untuk bersedekah. Para shahabat bertanya, ‘Kalau tidak punya (harta)?’ Rasulullah menjawab,”Hendaknya dia bekerja dengan kedua tangannya sehingga dia bisa memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan bersedekah. Para shahabat bertanya, ‘Apabila tidak mampu atau tidak berbuat (dengan kedua tangannya)?’ Rasulullah menjawab, ’Hendaknya dia membantu orang yang membutuhkan bantuan lagi teraniaya.’ Para shahabat bertanya, ’Apabila dia tidak bisa berbuat?’ Rasulullah menjawab, ’Hendaknya memerintahkan kepada kebaikan.’ Para shahabat bertanya, ’Apabila dia tidak berbuat?’ Rasulullah menjawab, ’Hendaknya menahan diri dari berbuat kejelekan, maka sesungguhnya yang demikian ini adalah sedekah’.” (HR. al-Bukhari dalam “al-Adabul Mufrad” no. 225 dari shahabat Abu Musa al-Asy’ary)
Dahulu di antara para shahabat Nabi ada orang-orang yang kaya raya dan rajin bersedekah dengan hartanya tersebut. Kemudian pada suatu hari, para shahabat Nabi dari kalangan orang-orang miskin, datang mengeluh kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah membawa banyak pahala, mereka shalat sebagaimana kami shalat dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa serta mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta-harta mereka.” Kemudian Rasulullah membimbing mereka seraya mengatakan,
أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian sesuatu untuk kalian sedekahkan, sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, memerintahkan kepada yang ma’ruf adalah sedekah dan melarang dari yang munkar adalah sedekah serta melakukan hubungan suami istri juga sedekah.”
Ada shahabat yang bertanya, ’Apakah melampiaskan syahwat kepada istri termasuk sedekah?’
Rasulullah bersabda,
’Kalau melampiaskan syahwat tersebut dilakukan pada tempat yang haram bukankah itu dosa? Maka demikianlah kalau dilakukan pada tempat yang halal maka akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim no. 1674 dari shahabat Abu Dzar al-Ghifary)
Maka tidak lama setelah itu, para shahabat dari kalangan orang-orang miskin tersebut datang kembali kepada Rasulullah untuk mengeluhkan tentang apa yang dilakukan oleh para shahabat yang kaya. Kata mereka, ”Saudara-saudara kami yang kaya ternyata mereka juga melakukan hal yang sama seperti apa yang kami lakukan (tasbih, takbir, tahlil, dll.)” Maka Rasulullah bersabda,
”Yang demikian itu adalah keutamaan dari Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.” (‘Aunul Ahadi Shamad syarh al-Adabul Mufrad, juz 1, hal. 246)
Masyaallah, sungguh luar biasa semangat para shahabat Nabi dalam berlomba-lomba untuk mengumpulkan kebaikan yang sebanyak-banyaknya.
Balasan Perbuatan Baik Akan Mendapatkan Kebaikan Pula
Rasulullah bersabda,
أَهْلُ المَعْرُوْفِ فيِ الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ المَعْرُوفِ فيِ الآخِرَةِ وَ أَهْلُ المُنكَرِ فيِ الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ المنْكَرِ فيِ الآخِرَةِ
“Orang yang suka berbuat kebaikan ketika di dunia maka mereka adalah orang yang baik di akhirat nanti dan orang yang suka berbuat kejelekan ketika di dunia maka mereka adalah orang yang jelek di akhirat nanti.” (HR. al-Bukhari dalam “al-Adabul Mufrad” no. 221 dari shahabat Qabishah bin Burmah)
Adab Ketika Mendapatkan Kebaikan
Rasulullah bersabda,
لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak akan bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.” (HR. al-Bukhari dalam “al-Adabul Mufrad” no. 218 dari shahabat Abu Hurairah)
Rasulullah bersabda,
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَلْيُجْزِئْهُ فَإِنْ لمَ يَجِدْ مَا يُجْزِئُهُ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ
وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ
“Barangsiapa yang diberi kebaikan oleh orang lain hendaklah ia membalasnya (dengan memberi kebaikan yang serupa), apabila ia tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas kebaikan tersebut maka hendaklah memujinya. Karena apabila memujinya berarti ia telah berterima kasih (membalas kebaikan) kepadanya. Dan kalau ia menyembunyikan kebaikan (orang lain kepadanya) berarti ia telah melakukan perbuatan kufur nikmat.” (HR. al-Bukhari dalam “al-Adabul Mufrad” no. 215 dari shahabat Jabir bin Abdullah al-Anshori)
Maka membalas kebaikan atau berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kebaikan merupakan salah satu akhlak dan adab Islam yang telah diwasiatkan oleh Nabi. Walaupun membalas kebaikannya tersebut hanya dengan sekedar mengucapkan kalimat:
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا
(Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan)
Adapun tidak berterima kasih atau menyembunyikan kebaikan yang telah diberikan oleh orang lain kepadanya dan seolah-olah digambarkan bahwa dia tidak pernah mendapatkan kebaikan dari orang tersebut maka yang demikian ini tidak mencerminkan sikap sebagai seorang muslim. Ini juga termasuk dari perbuatan kufur nikmat yaitu perbuatan mengingkari nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadanya.
Dalam riwayat lain Rasulullah pernah bersabda,
وَمَنْ أَتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوْفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لمَ تَجِدُوا فَادْعُوا لَهُ حَتَّى يَعْلَمَ أَنْ قَدْ كَافَأ تُمُوهُ
“Dan barangsiapa yang memberikan kebaikan kepada kalian maka balaslah kebaikan tersebut dengan kebaikan yang serupa. Apabila kalian tidak bisa mendapatkan sesuatu untuk membalas kebaikan tersebut maka doakan kebaikan untuknya sampai dia tahu bahwa kalian telah membalas kebaikannya.” (HR. al-Bukhari dalam “al-Adabul Mufrad” no. 216 dari shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar)
Hadits tersebut menerangkan tentang keadaan orang yang tidak mampu untuk membalas kebaikan yang diberikan kepadanya dengan kebaikan yang serupa. Maka Rasulullah pun memberikan bimbingan, apabila seorang tidak mampu membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan yang serupa maka hendaknya mendoakan kebaikan untuknya. Demikian itu sudah dianggap telah membalas kebaikannya.
Wallahu a’lam bishshawwab
Penulis: Ustadz Muhammad Rifqi