PERINTAHKAN SHALAT, JANGAN TERLAMBAT!
Pendidikan Islami Sejak Dini
Kita masih berada dalam rangkaian wasiat yang disampaikan oleh Luqman al-Hakim kepada putranya. Wasiat-wasiat yang disampaikannya begitu agung dan bermanfaat. Allah sengaja mengabadikan wasiat tersebut dalam al-Qur’an agar manusia meneladaninya. Berharap dengan wasiat tersebut putra-putri kita menjadi generasi yang shaleh dan shalehah. Dengan demikian, kita sendiri, para orang tua, yang akan merasakan manfaatnya, di dunia hingga di akhirat.
Pembaca, rahimakumullah . . .
Pada wasiat sebelum ini, Luqman menjelaskan kepada putranya tentang perintah untuk bertauhid dengan segala jenisnya dan menjauhi perbuatan kesyirikan. Sebab, tauhid merupakan asas dan pondasi dari segala amalan. Sedangkan kesyirikan merupakan pembatal dari semua amalan.
Setelah itu, Luqman mengajari putranya bahwa Allah Maha mengetahui dengan keluasan ilmu-Nya. Setiap amalan sekecil apapun akan dilihat, dicatat dan diberi balasan oleh-Nya. Jika amalan tersebut baik, baik pula balasannya. Jika amalan tersebut jelek, jeleklah balasannya.
Tak lupa, Luqman juga menanamkan kepada putranya untuk berbakti kepada kedua orang tua. Agar seorang anak mendengar dan menaati bimbingan kedua orang tua. Jika anak berbakti, apapun bimbingan tersebut sang anak akan mengikutinya.
Mari kita cermati rangkaian wasiat yang agung tersebut. Allah berfirman,
“Wahai putraku, tegakkanlah shalat, perintahkan yang ma’ruf dan laranglah dari perbuatan mungkar serta bersabarlah atas setiap musibah yang menimpamu. Sesungguhnya itu semua termasuk hal-hal yang diwajibkan.” (Luqman: 17)
Tiga wasiat di atas adalah modal untuk melanjutkan bimbingan berikutnya, yaitu perintah untuk shalat, menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dan bersabar ketika menghadapi ujian. Jika tauhid seorang anak lurus, berbakti kepada kedua orang tua, dan yakin dengan keluasan ilmu Allah, wasiat-wasiat ini akan mudah dikerjakan.
Baiklah, pembaca yang budiman, mari kita telaah wasiat Luqman berikutnya. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk bisa mengikuti dan meneladaninya.
Perintah Shalat
Shalat merupakan kewajiban umat Islam setelah tauhid. Amalan ini menjadi rukun Islam yang kedua. Oleh karena itu, shalat sudah mulai diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini. Rasulullah bersabda,
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْر سِنِين
“Perintahlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun. Pukullah mereka dengan sebab meninggalkan shalat saat mereka berusia sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud no. 509)
Anak diajari tata cara shalat secara sempurna, mulai dari thaharah (bersuci), menutup aurat, menghadap kiblat, hingga rukun-rukun shalat.
Seorang anak mulai diberi pengertian tentang najis dan diajari untuk menjaga diri darinya. Sebagai contoh saat buang hajat (besar maupun kecil). Anak diajari adab-adab buang hajat; tempatnya, cara membersihkannya, dan menjauhkanya dari percikan kotoran/najis saat buang hajat.
Pengajaran shalat untuk anak disesuaikan dengan kemampuan anak. Dipilihkan bacaan yang mudah dihafalkan oleh mereka, baik surah pilihan, doa ruku’ dan sujud hingga dzikir-dzikir shalat yang lainnya. Dengan demikian, anak tidak terbebani.
Setelah hafal tata cara dan bacaan shalat, jangan lupa tanamkan kepada anak hal-hal yang menyempurnakan shalat. Diantaranya, pakaian yang bersih dan bagus ketika shalat, shalat tepat pada waktunya dan berjamaah di masjid bagi anak laki-laki, masuk shaf dengan tenang, berdzikir setelah selesai shalat.
Khusyu’ dalam Shalat
Hal yang tidak kalah penting dalam pengajaran shalat untuk anak-anak adalah perihal khusyu’ dan thuma’ninah. Yaitu, seorang anak mengerjakan setiap gerakan, rukun dan bacaan shalat dengan tenang dan tidak tergesa-gesa.
Tanamkan kepada anak, bahwa thuma’ninah dan khusyu’ merupakan inti dari shalat. “Nak, jika kamu shalat, shalatlah dengan thuma’ninah, khusyu’, dan jangan tergesa-gesa! Sebab, saat shalat, kamu sedang menghadap Allah, Dzat yang menciptakanmu, menghidupkan dan mematikanmu serta memberi kamu rezeki!”
Ceritakan kepada putra Anda sebuah kisah yang pernah terjadi di zaman Rasulullah. Suatu ketika beliau masuk ke dalam masjid. Masuk pulalah seorang laki-laki kemudian ia shalat. Setelah selesai shalat laki-laki tersebut mengucapkan salam kepada Nabi. Beliau menjawabnya sembari bersabda,
“Kembalilah dan shalatlah lagi karena sesungguhnya kamu tadi belum shalat.”
Maka laki-laki itupun kembali mengerjakan shalat sebagaimana shalatnya yang sebelumnya. Kemudian ia mendatangi Nabi dan mengucapkan salam. Beliau bersabda, “Kembalilah dan shalatlah lagi karena sesungguhnya kamu tadi belum shalat.”
Hal ini terulang hingga tiga kali. Maka akhirnya laki-laki itu berkata, “Demi Dzat yang mengutus Anda dengan kebenaran, aku tidak bisa membaguskan shalatku lagi selain itu, maka ajarilah aku!”
Rasulullah kemudian bersabda (artinya),
“Jika kamu berdiri untuk shalat, bertakbirlah kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari al-Quran, kemudian ruku’lah dengan thuma’ninah, lalu bangunlah (dari ruku’) hingga kamu tegak dalam berdiri. Selanjutnya sujudlah hingga dengan thuma’ninah. Kemudian bangunlah (dari sujud) hingga thuma’ninah dalam duduk. Lakukanlah yang demikian ini dalam seluruh shalatmu.” (HR. al-Bukhari no. 724 dan Muslim no. 397)
“Nak, shalatlah dengan khusyu’ dengan cara menghadirkan hati mengingat keagungan Allah. Anakku, khusyu’ dalam shalat adalah ciri orang yang beriman lagi beruntung. Allah berfirman,
“Sungguh telah beruntung orang-orang mukmin, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalat-shalat mereka.” (al-Mukminun:1-2)
Khusyu’ adalah ruh shalat. Shalat yang tidak khusyu’, yaitu tidak mengingat keagungan Allah dan tidak merenungi bacaannya, maka shalat tersebut cacat. Dia tidak akan mendapatkan keutamaan seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.
Maka semangatlah untuk khusyu’ dalam shalatmu! Saat shalat, lupakan dunia, harta, dan segala-segalanya. Tidak ada yang tersisa dalam ingatanmu kecuali keagungan Allah, merenungi bacaan ayat dan doa yang akan menambah keimananmu.
Ajari Shalat Seperti Shalat Nabi
Shalatlah dengan tata cara Rasulullah. Jangan shalat dengan tata caramu sendiri! Namun, ikutilah tata cara shalat Rasulullah! Bertanyalah, belajarlah dan pahamilah tata cara shalat Rasulullah.
Berusahalah shalat sebagaimana shalat Rasulullah. Beliau bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat!” (Muttafaqun ‘Alaih)
Shalatlah sebaik mungkin!
Perintahkan kepada putra Anda untuk menunaikan shalat dengan sebaik-baiknya. Tanamkan kepadanya, bahwa shalat merupakan kunci dari keberuntungan hamba. Jika shalat seorang hamba baik, beruntunglah ia. Sebaliknya, jika shalatnya jelek, maka ia akan sengsara dan celaka.
Bacakanlah sabda Rasulullah berikut (artinya),
“Sesungguhnya amalan pertama kali yang dengannya seorang hamba akan dihisab pada hari Kiamat adalah amalan shalat. Jika shalatnya baik, ia pasti beruntung dan selamat. Jika shalatnya jelek, ia pasti merugi.” (HR. at-Tirmidzi)
Tanamkan kepada anak bahwa pahala seorang yang shalat itu bermacam-macam. Ada yang mendapatkan pahala penuh, separoh, sepertiga, seperempat, dan seterusnya. Semuanya tergantung dari kesempurnaan shalat yang dikerjakannya.
Bacakanlah hadits Rasulullah,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُصَلِّي الصَّلَاةَ مَا يُكْتَبُ لَهُ مِنْهَا إِلَّا عُشْرُهَا، تُسْعُهَا، ثُمُنُهَا، سُبُعُهَا، سُدُسُهَا، خُمُسُهَا، رُبُعُهَا، ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
“Sesungguhnya tidaklah seorang hamba mengerjakan shalat melainkan dituliskan pahala untuknya sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga atau setengahnya.” (HR. Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd, Abu Dawud, dan an-Nasai)
Sekali lagi, pahamkan kepada anak agar shalat dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin. Bukan sekedar menunaikannya saja sehingga kewajibannya gugur. Bukan! Tetapi tolok ukurnya adalah bagaimana shalat seorang hamba bisa mencapai derajat paling sempurna sehingga mendapatkan pahala yang optimal.
Penutup
Demikianlah kandungan wasiat berharga yang disampaikan oleh seorang ayah teladan, Luqman al-Hakim. Sebuah wasiat untuk menjalankan ibadah shalat. Sebuah ibadah yang dijadikan sebagai tiang agama.
Namun begitu, ketika kita memerintahkan putra-putri kita untuk shalat dengan sesempurna mungkin, jangan lupa memberi contoh. Teladan orang tua dalam shalat merupakan sebaik-baik pengajaran. Kita sendiri, para orang tua, hendaknya sebagai orang terdepan untuk menyempurnakan shalat.
Orang tua shalat dengan khusyu’, datang ke masjid untuk shalat berjamaah, mengenakan pakaian yang bagus, berdzikir seusai shalat, menunaikan shalat sunnah rawatib.
Ironis ketika kita, para orang tua dan pendidik, memerintahkan agar anak shalat sebaik mungkin sedangkan kita sendiri melalaikan shalat. Allahul musta’an.
Wabillahit-taufiq.
Penulis: Ustadz Abu Abdillah Majdiy