Mengenal Akidah Imam al-Muzani, Sang Penolong Madzhab Asy Syafi’i
Imam al-Muzani –semoga Allah merahmati beliau– adalah salah satu imam besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berakidah dengan akidah Salafiyyah.
Nama beliau adalah Abu Ibrahim Ismail bin Yahya bin Ismail bin Amr bin Muslim al-Muzani al-Mishri, beliau adalah murid al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah.
Imam al-Muzani sangat dekat dengan Imam asy-Syafi’i, bahkan beliaulah yang memandikan jenazah Imam asy-Syafi’i tatkala wafatnya.
Ketika Imam asy-Syafi’i hendak meninggal, Imam al-Muzani menemui beliau lalu berkata,
“Bagaimana keadaan anda di pagi ini wahai Abu Abdillah (Imam asy-Syafi’i)?
Asy-Syafi’i menjawab:
“Pagi ini aku akan pergi meninggalkan dunia, berpisah dengan para saudara, datang menghadap Allah, meneguk gelas kematian, dan akan berjumpa dengan buruknya amalanku.
Aku tidak tahu; apakah jiwaku akan pergi menuju surga dan aku menyampaikan ucapan selamat, ataukah akan menuju neraka dan aku berbela sungkawa atasnya.”
Lalu aku (al-Muzani) berkata kepadanya,
“Wahai Abu Abdillah, semoga Allah merahmatimu, berilah aku nasehat!
Lalu asy-Syafi’i berkata kepadaku,
“Bertaqwalah kepada Allah, gambarkanlah akhirat di dalam hatimu, jadikanlah kematian berada di antara kedua matamu, jangan engkau lupakan tempat berdirimu kelak di hadapan Allah Azza wa Jalla, jauhilah segala yang di haramkan-Nya, dan tunaikankah segala yang di wajibkan-Nya, tetaplah bersama kebenaran di manapun kebenaran itu berada, jangan engkau menganggap kecil nikmat-nikmat Allah atasmu walaupun sedikit, balaslah nikmat tersebut dengan syukur, jadikanlah diammu sebagai tafakkur, bicaramu sebagai dzikir, dan pandanganmu sebagai pelajaran. Maafkanlah orang yang menzhalimimu, sambunglah hubungan dengan orang yang memutus hubungan denganmu, berbuat baiklah kepada orang yang berbuat jelek kepadamu, bersabarlah atas segala musibah, berlindunglah kepada Allah dari neraka dengan taqwa.”
Aku (al-Muzani) berkata,
“Tambahkanlah nasehat untukku, semoga Allah merahmatimu wahai Abu Abdillah.”
Maka asy-Syafi’i berkata,
“Hendaknya kejujuran sebagai lisanmu, menepati janji sebagai tiang tonggakmu, sifat sayang sebagai buahmu, syukur adalah thaharahmu, kebenaran sebagai perniagaanmu, rasa takut sebagai kain penutupmu, sedekah sebagai pelindungmu, zakat sebagai bentengmu, rasa malu sebagai pemimpinmu, sifat tenang sebagai menterimu, tawakkal sebagai tamengmu, dan jadikanlah dunia sebagai penjaramu, kemiskinan sebagai pembaringanmu, kebenaran sebagai penuntunmu, haji dan jihad sebagai cita-citamu, al-Qur’an sebagai juru bicaramu, dan jadikanlah Allah sebagai penyejukmu; barangsiapa yang bersifat demikian, maka surga adalah tempat kembalinya.”
(Manaqib asy-Syafi’i lil baihaqi hal. 235-236).
Di antara Akidah Imam al-Muzani
Berkata Imam al-Muzani dalam kitabnya Syarhus Sunnah,
“عَالٍ عَلَى عَرْشِهَ فِي مَجْدِهِ بِذَاتِهِ وَهُوَ دَانٍ بِعِلْمِهِ مِنْ خَلْقِهِ أَحَاطَ عِلْمُهُ بِالْأُمُوْرِ …”
“Allah tinggi dengan Dzat-Nya di atas Arsy-Nya sesuai kemuliaan-Nya, Dia dekat dari hamba-Nya dengan ilmu-Nya, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu…”
(Syarhus Sunnah lil Muzani hal. 79).
Inilah di antara akidah Imam al-Muzani, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang menetapkan ketinggian Dzat Allah Ta’ala di atas makhluk-Nya, dan bahwa Dia ber-istiwa’ di atas Arsy-Nya.
Akidah ini sekaligus sebagai bantahan terhadap orang-orang yang merasa dirinya berjalan di atas akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah namun tidak mau meyakini bahwa Allah ber-istiwa’ di atas Arsy-Nya ,bahkan ia meyakini bahwa Allah berada dimana-mana.
Akidah ini adalah akidah yang di warisi oleh Imam al-Muzani dari para pendahulunya, termasuk Imam asy-Syafi’i semoga Allah merahmati beliau.
Berkata asy-Syafi’i,
“Al-Muzani adalah penolong madzhabku.” (Siyar A’lamin Nubala’ 12/493.)
Dan yang paling utama adalah, bahwa akidah ini adalah akidah yg memang termaktub di dalam al-Qur’an. Seperti di dalam surat al-Mulk:16, an-Nisa’:158, Fathir:1, Thaha:5.
Demikian pula yang termaktub dalam hadits-hadits yang shahih.
Wa billahit Taufiq.