Bahaya Laten Perusak Hubungan Pertemanan
Definisi Adu-Domba
Adu-Domba dalam istilah agama disebut Namimah.
Dalam tinjauan bahasa, namimah adalah : “menukilkan/menyampaikan suatu pembicaraan kepada orang lain”.
Adapun secara istilah : “menukilkan/menyampaikan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk merusak hubungan di antara keduanya.” (Al-Qaulul Mufid jilid 2 hal. 278. Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin).
Penjelasan semisal juga datang dari Imam an-Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah (Syarah Shahih Muslim 16/159);
Namimah adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk salah satu dosa dari dosa-dosa besar yang menjadi penyebab azab kubur bagi pelakunya.
Pelaku namimah atau adu domba diibaratkan seperti pemilik dua wajah, ia bisa datang dan duduk dengan muka manis di hadapan si A, begitu pula ia bisa bermuka manis di hadapan si B padahal ia sedang menanamkan bibit-bibit permusuhan di antara keduanya dan merusak hubungan baik mereka.
Sebagaimana pula pelaku namimah atau adu domba di ibaratkan seperti penyihir dan tindakannya sama seperti praktek sihir.
Bila sihir bisa merusak akal, merubah hati yang tadinya saling cinta menjadi benci, yang tadinya hidup rukun dan damai seketika berubah menjadi kebencian, permusuhan, dan perpisahan, maka begitu pulalah dampak dari perbuatan namimah atau adu domba.
Diantara Dalil-dalil Tentang Keharaman dan Tercelanya Namimah atau Adu Domba :
1. Allah Azza wa Jalla berfirman :
{{ وَلَا تُطِعۡ كُلَّ حَلَّافࣲ مَّهِینٍ. هَمَّازࣲ مَّشَّاۤءِۭ بِنَمِیمࣲ }}.
“(Dan jangan pula engkau patuhi setiap orang yang) suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah.” (Surat Al-Qalam 10-11).
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ini :
Firman Allah (هماز) berkata Ibnu Abbas dan Qatadah : yaitu suka mencela.
(مشاء بنميم)
Yaitu orang yang berjalan di tengah-tengah manusia dan mengadu domba mereka, dan menukilkan atau menyampaikan pembicaraan seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk merusak hubungan dan ini adalah al-Haliqah (pencukur agama).” (Tafisr Ibnu Katsir ayat 11 dari Surat al-Qalam).
2. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
عن حُذَيْفَةُ قال: سَمِعْتُ رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يقولُ: لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ نَمَّامٌ.
“Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : tidak akan masuk surga para pelaku namimah atau tukang adu domba.” (HR. al-Bukhari no. 6056 dan Muslim no. 105).
Perkataan Salaf Tentang Tercelanya Namimah atau Adu Domba :
1. Imam Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata ;
“Barangsiapa menukilkan pembicaraan orang lain kepadamu, maka ketahuilah bahwa iapun akan menukilkan pembicaraanmu kepada orang lain.” (Tanbihul Ghafilin halaman 130).
2. Dari Yahya bin Abi Katsir rahimahullah beliau berkata ;
“Tukang adu domba dan seorang pendusta bisa merusak hubungan dalam waktu sesaat, yang tidak sanggup dilakukan oleh tukang sihir dalam waktu satu tahun.” (Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid halaman 320).
3. Di riwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz rahimahullah bahwa ada seseorang yang menemui beliau lalu menyampaikan sesuatu tentang orang lain, lalu Umar bin Abdul Aziz berkata kepadanya : bila engkau mau, kami akan meneliti tentang perkaramu (ucapanmu), bila engkau berdusta, maka engkau tergolong ke dalam ayat ini ;
{{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِن جَاۤءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإࣲ فَتَبَیَّنُوۤا۟ }}
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya.” (QS. Al-Hujurat : 6).
Dan bila engkai jujur, maka engkau tergolong ke dalam ayat ini ;
{{هَمَّازࣲ مَّشَّاۤءِۭ بِنَمِیمࣲ }}
“Suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah.” (QS Al-Qalam : 11)
Dan bila engkau mau, maka kami akan memaafkanmu.
Maka orang itu berkata: saya memilih meminta maaf wahai Amirul Mukminin, saya tidak akan pernah mengulanginya lagi.” (Al-Adzkar lil-Nawawi hal. 348).
Apa yang hendaknya kita lakukan bila ada orang yang melakukan namimah?
Al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata ;
“Setiap orang yang dibawakan kepadanya suatu namimah dan dikatakan kepadanya : fulan berkata tentang dirimu bahwa engkau begini dan begitu, maka diharuskan baginya menempuh enam poin berikut :
1. Tidak membenarkan ucapannya. Karena dia adalah seorang pengadu domba, fasik, beritanya tertolak.
2. Mencegahnya dan menasehatinya serta menyampaikan kepadanya tentang buruknya perilakunya.
3. Ia membencinya karena Allah, karena orang seperti ini di benci oleh Allah, dan benci karena Allah hukumnya wajib.
4. Tidak berburuk sangka terhadap orang yang dinukil darinya ucapan buruk tersebut, berdasar kepada firman Allah Ta’ala,
{{ ٱجۡتَنِبُوا۟ كَثِیرࣰا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمࣱۖ }}
“Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.” (QS. Al-Hujurat : 12).
5. Apa yang disampaikan kepadanya tidak mendorongnya untuk melakukan tajassus (memata-matai) serta berusaha mencari tau kepastiannya, sebagai bentuk pembenaran atas atas firman Allah,
{{ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ }}
“Dan janganlah kalian memata-matai.” (QS. Al-Hujurat : 12).
6. Ia tidak rela untuk dirinya sesuatu yang telah ia larang terhadap tukang namimah/pengadu domba, sehingga iapun tidak menceritakan namimah tersebut. (Al-Akhlaq was Siyar fi Mudaawaatis Nufus li Ibni Hazm hal. 37).
Demikianlah sekelumit penjelasan tentang adu domba atau namimah, semoga Allah selalu membimbing kepada akhlak yang terpuji dan melindungi kita dari setiap akhlak yang tercela, diantaranya adalah namimah, suka mengadu domba sesama.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq.
Wallahu ta’ala a’lam wal ilmu indallah.