Faedah Ringkas

Ada Apa dengan Malam Nisfu Sya’ban?

 

Tidak diragukan lagi bahwa bulan Sya’ban memiliki keutaman di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara yang menunjukkan hal ini adalah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperbanyak puasa pada bulan tersebut.

Diceritakan oleh Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau berkata,

فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

“Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan sebagian orang menganggap bahwa malam pada pertengahan bulan Sya’ban yang dikenal dengan malam nisfu Sya’ban memiliki keutamaan besar yang tidak dimiliki malam-malam lainnya, sehingga dikhususkan padanya berbagai macam ibadah.

Lantas benarkah malam nisfu Sya’ban memiliki keistimewaan tersebut?

Berikut simak jawaban syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah ketika ditanya tentang keutamaan malam nisfu Sya’ban.

Seorang penanya berkata :

Semoga Allah melimpahkan kebaikan atasmu ya Syaikh. Apakah hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang keutamaan malam nisfu Sya’ban adalah hadits yang shahih?

Syaikh Shalih al-Fauzan menjawab:

Tidak. Haditsnya tidak shahih, baik tentang (keutamaan) malam nisfu Sya’ban ataupun siang hari nisfu Sya’ban. Oleh karena itu malam nisfu Sya’ban tidak perlu dihidupkan dalam artian tidak dijadikan sebagai waktu yang istimewa untuk shalat malam.

Adapun orang-orang yang telah terbiasa melakukan shalat malam pada kesehariannya, maka shalatlah di malam nisfu Sya’ban sebagaimana pada malam-malam yang lain.

Adapun mengkhususkannya (meyakini adanya keistimewaan) untuk shalat malam pada nisfu Sya’ban maka ini merupakan kebid’ahan.

Begitu pula mengkhususkan hari ke-15 pada bulan Sya’ban untuk berpuasa, ini juga bid’ah. Kecuali bagi orang-orang yang telah terbiasa berpuasa pada ayyamul bidh (tanggal 13, 14 dan 15 di pertengahan bulan) maka boleh baginya untuk berpuasa di (pertengahan) bulan Sya’ban ataupun bulan-bulan lainnya.

Sumber fatwa: https://www.alfawzan.af.org.sa/ar/node/16962

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button