SOLIDARITAS UMAT ISLAM TERHADAP SAUDARA MUSLIM ROHINGYA
Dunia ini tak selamanya indah, manis dan menyenangkan. Setiap waktu, kesulitan dan permasalahan datang silih berganti. Setiap hamba pasti akan diuji keimanannya. Itulah konsekuensi iman. Musibah yang menimpa belum seberapa dibandingkan ujian berat yang dialami para Nabi dan kaum mukminin dahulu.
Dunia kembali tersentak. Untuk kesekian kalinya umat Islam dianiaya. Di tengah euforia isu kerukunan antar umat beragama, masyarakat disuguhi pemandangan yang bertolak belakang. Dikala mayoritas, mereka melindungi. Namun disaat berjumlah sedikit, umat Islam justru ditindas. Sebuah ironi yang tengah ditampilkan ditengah kancah dunia. Salah satu contohnya adalah tragedi yang menimpa umat Islam Rohingya di Myanmar. Penindasan, kesedihan, kepedihan, hingga pengusiran dari tanah kelahiran mereka. Tragedi yang tidak berperikemanusiaan. Anehnya, dunia Barat beserta antek-anteknya seolah menutup mata membiarkan penghancuran itu.
SEKILAS TENTANG MUSLIM ROHINGYA
Myanmar adalah sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara. Dulunya bernama Burma atau Birma. Sejak tahun 1989 M, nama Burma diubah menjadi Myanmar oleh pemerintah setempat. Negara seluas 680 ribu km2 ini telah diperintah oleh pemerintahan militer sejak kudeta tahun 1988 M. Mayoritas penduduk negara ini beragama Budha.
Etnis Rohingya berasal dari negara bagian Rakhine (juga disebut sebagai Arakan) dan atau Bengal di India. Etnis Rohingya sudah tinggal di Burma sejak berabad-abad silam
Muslim Rohingya bermukim di negara bagian Arakan atau rakhine, yang berbatasan dengan Bangladesh. Banyak dari mereka yang beragama Islam. Mereka adalah komunitas yang paling miskin di negara Myanmar. Sejak berpuluh-puluh tahun, umat Islam Rohingya terus mengalami penindasan dan diskriminasi oleh mayoritas Budha di negaranya. Muslim Rohingya selalu ditolak status kewarganegaraannya, juga terhalangi dari berbagai akses pendidikan dan kesehatan.
Akhir-akhir ini, penindasan terhadap muslim Rohingya semakin menjadi-jadi. Masyarakat yang notabene beragama Budha dengan dukungan penuh militer menyerang pemukiman umat Islam. Kejahatan, terbunuhnya anak-anak, kaum wanita, tua renta, kaum laki-laki, pelanggaran-pelanggaran terhadap kehormatan, rumah-rumah serta masjid-masjid yang dihancurkan, serta pengusiran penduduk muslim. Tidak diragukan lagi ini merupakan kejahatan dan kezhaliman.
Sampai saat ini pun, pembunuhan besar-besaran secara berencana (genosida) terhadap muslim Rohingya di Myanmar terus berlangsung. Anehnya, pemerintah Myanmar berusaha menghilangkan bukti sekaligus melakukan propaganda dengan memutarbalikkan fakta.
PERMUSUHAN ORANG-ORANG KAFIR TERHADAP UMAT ISLAM
Banyaknya keutamaan di dalam Islam memicu kebencian serta kedengkian orang-orang kafir terhadap Islam dan kaum muslimin. Mereka mengerahkan segala kekuatan dan kemampuan untuk memerangi Islam.
Tentu saja, hal itu dilakukan dengan beragam cara, seperti melalui bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sosial budaya. Hingga pada puncaknya, menempuh cara konfrontasi langsung secara fisik dengan kaum muslimin. Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu menginfakkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah itu.” (al-Anfal: 36)
Sejarah pun mencatat, ketika bangsa kafir memiliki kekuatan, maka mereka akan memusuhi Islam dan kaum muslimin, pada setiap zaman dan tempat, di berbagai belahan dunia. Allah berfirman,
“Orang-orang kafir ingin agar kalian lengah terhadap senjata dan harta benda kalian, lalu mereka menyerbu kalian dengan sekaligus.” (an-Nisa’: 102)
SIKAP YANG HARUS DIAMBIL
Suatu hari, Rasulullah sedang thawaf di Ka’bah seraya beliau berkata (kepada Ka’bah),
مَا أَطْيَبَكِ وَ أَطْيَبَ رِيْحَكِ، مَا أَعْظَمَكِ وَ أَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَ الَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَحُرْمَةُ الْمُؤْمِنِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ حُرْمَةً مِنْكِ، مَالِهِ وَ دَمِهِ
“Betapa bagusnya engkau (wahai Ka’bah), betapa wangi aromamu, betapa besar nilai dan kehormatanmu. Namun, demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang muslim jauh lebih besar di sisi Allah dibanding engkau, baik kehormatan harta maupun darah (jiwa)nya.” (HR. Ibnu Majah no. 3932, dari shahabat Ibnu ‘Umar, ash-Shahihah no. 3420)
Seorang muslim jika melihat darah saudaranya seiman ditumpahkan, jiwanya diteror atau hartanya dirampas, maka tidak diragukan lagi pasti dia akan menjadikannya sebagai perkara besar. Karena, hal tersebut terkait dengan hak dan kehormatan seorang muslim.
Maka dari itu kita turut merasakan kepedihan atas musibah yang menimpa umat Islam Rohingya. Solidaritas kita bangkit apabila kezhaliman tangan orang kafir mengenai kehormatan seorang muslim di seluruh dunia. Rasulullah bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَ تَرَاحُمِهِمْ وَ تَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَ الْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kecintaan, kasih sayang dan kelemahlembutan di antara mereka adalah bagaikan satu tubuh. Apabila ada satu anggota tubuhnya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan panas/demam dan tidak bisa tidur.” (HR. al-Bukhari no. 6011, Muslim no. 2586, dari shahabat Abu Musa)
KEWAJIBAN YANG HARUS DITUNAIKAN
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, selayaknya bagi setiap muslim untuk mencermati beberapa perkara berikut terkait tragedi yang menimpa muslim Rohingya di Myanmar. Hal ini dilakukan sebagai wujud dari persaudaraan seagama. Di antaranya adalah;
1. Mendoakan mereka
Kita membantu saudara-saudara kita dengan doa, terkhusus pada waktu-waktu dikabulkannya doa seperti sepertiga malam terakhir, dalam sujud, antara adzan dan iqamat, saat turunnya hujan dan waktu-waktu lainnya.
Kita berdoa semoga Allah menyelamatkan umat Islam Rohingya dari cengkeraman tangan-tangan zhalim, menolong muslim Rohingya, serta memberikan kekuatan dan ketabahan bagi saudara-saudara kita yang tak berdaya di Rohingya. Semoga Allah menghancurkan musuh-musuh agama-Nya serta menimpakan malapetaka atas mereka.
2. Melaksanakan qunut nazilah
Kita membantu mereka dengan melakukan qunut nazilah sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah. Hal ini dilakukan terkait adanya tragedi di Rohingya sekaligus ketaatan kepada pemerintah, dengan adanya himbauan pemerintah melalui Kementerian Agama agar kaum muslimin Indonesia melakukan qunut nazilah.
Qunut nazilah dilaksanakan setelah ruku’ pada rakaat terakhir di semua shalat lima waktu, baik shalat jahriyah maupun sirriyah. Adapun pada shalat jum’at, maka tidak qunut. Karena doanya bisa dilakukan ketika khutbah.
Tidak ada teks doa tertentu dalam qunut nazilah, sesuai dengan kondisi yang ada serta tidak meluas karena akan memberatkan para jamaah shalat.
Disyariatkan kepada para makmum untuk mengaminkan doa qunut nazilah. Disyariatkan pula mengangkat tangan bagi imam dan makmum. Dalam shalat sirriyah, doa qunut nazilah tetap dikeraskan.
3. Memberikan bantuan materi
Kita menolong mereka dengan cara memberikan bantuan materi berupa dana, bahan makanan, obat-obatan, pakaian, dan selainnya. Setiap orang yang mampu menyumbang maka hendaknya dia menyumbang. Barangsiapa yang lapang jiwanya untuk membantu maka hendaknya dia membantu. Bantuan tersebut disalurkan melalui lembaga-lembaga resmi pemerintah sehingga lebih terjamin dan bisa dipertanggungjawabkan.
Apabila pemerintah membuka pintu donasi untuk Rohingya, maka pemerintah lebih berhak didengar dan ditaati. Rasulullah bersabda,
المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ القِيَامَةِ . . .
“Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya berbuat zhalim. Barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya niscaya Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa melapangkan satu kesusahan saudaranya niscaya Allah akan melapangkan baginya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan pada hari kiamat …” (HR. al-Bukhari no. 2442 dari shahabat Abdullah Ibnu Umar)
4. Tidak mudah terpancing oleh situasi
Kita harus tetap tenang dan tidak bersikap gegabah. Kita harus waspada terhadap pihak-pihak yang memancing di air keruh, menyeru dengan seruan yang penuh emosional, yang justru membuat kita terjatuh pada masalah yang lebih besar. Serahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Tidak ada gunanya sikap perlawanan di tengah jalan, tindakan anarkis, mengganggu fasilitas umum, transportasi umum, dan lainnya.
Penutup
Semoga Allah memberikan pertolongan-Nya kepada umat Islam Rohingya. Semoga Allah menjadikan kaum muslimin yang telah tiada sebagai syuhada’. Dan semoga Allah menghancurkan makar musuh-musuh-Nya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Penulis: Ustadz Muhammad Hadi