Manhaj

Hidup Mulia dengan Mengikuti Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam

Edisi: 08 || 1440 H
Tema: Manhaj

Allah ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam suri tauladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah.” (al-Ahzab: 21)

Para pembaca yang mulia, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi pilihan yang diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi alam semesta. Sosok beliau sebagai pemimpin para nabi dan rasul, amat tepat untuk dijadikan teladan dalam kehidupan ini. Ajaran agama yang beliau bawapun amat indah, mudah, dan bijak, sehingga benar-benar relevan sepanjang zaman.

Tak heran, bila Allah ta’ala memerintahkan pada hamba untuk menaati beliau dan menjadikan beliau sebagai suri tauladan yang harus diikuti setiap ucapan dan perbuatannya. Demikian pula, Allah ta’ala memerintahkan para hamba agar meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh beliau. Allah ta’ala berfirman,

مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ

“Barangsiapa yang menaati Rasul berarti ia telah menaati Allah.” (an-Nisa’: 80)

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ

“Dan apa yang diperintahkan Rasul kepada kalian maka lakukanlah. Sedangkan apa yang beliau larang kalian darinya maka tinggalkanlah.” (al-Hasyr: 7)

Para pembaca yang mulia, mengagungkan ajaran agama (baca: sunnah) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan menjadikannya sebagai pedoman dalam segala aspek kehidupan merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

Allah ta’ala berfirman (artinya),

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan perempuan mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (al-Ahzab: 36)

Semakin tinggi kedudukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam manakala Allah ta’ala menjadikan beliau sebagai penjelas al-Qur’an. Bukan sekedar menyampaikan atau membacakan lafazhnya saja. Allah ta’ala berfirman,

وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ اِلَيْهِمْ

“Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka.” (an-Nahl: 44)

Barakah Mangikuti Sunnah Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam

Para pembaca yang mulia, kethuilah! Bahwasannya mengikuti ajaran agama (sunnah) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan ikhlas dan menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam segenap aspek kehidupan ini merupakan amalan mulia yang mendatangkan barakah. Di antara barakah tersebut adalah:

1. Merupakan Sebab Diterimannya Suatu Amalan

Ada dua prinsip dasar yang harus selalu beriringan dalam melandasi suatu amalan ibadah agar diterima oleh Allah ta’ala. Pertama adalah keikhlasan dan yang kedua adalah mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Apabila salah satu dari keduanya tidak ada, maka amalan tersebut tidak diterima oleh Allah ta’ala.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya),

“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak pernah kami tuntunkan, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahuanha)

Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu keutamaan terbesar dalam mengikuti Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah diterimanya suatu amalan.

Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam terdapat keberkahan dalam mengikuti syari’at, meraih keridhaan Allah ta’ala, meninggikan derajat, menentramkan hati, menenangkan badan, membuat marah syaithan, dan berjalan di atas jalan yang lurus.” (Dharuratul Ihtimam, hal. 43)

2. Membuahkan Persatuan Kaum Muslimin.

Persatuan kaum muslimin merupakan amalan mulia yang diridhai dan diperintahkan oleh Allah ta’ala. Sedangkan perpecahan merupakan perbuatan jelek yang dibenci dan dilarang oleh-Nya. Allah ta’ala berfirman (artinya),

“Dan berpegang-teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai,” (Ali Imran: 103)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah telah memerintahkan kepada mereka (kaum muslimin, red) untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan. Di dalam banyak hadits juga terdapat larangan dari perpecahan dan perintah untuk bersatu dan berkumpul.” (Tafsir Ibnu Katsir, [1/367])

Adapun asas persatuan yang diridhai dan diperintahkan oleh Allah ta’ala adalah asa yang berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalllam dengan pemahaman Salafush Shalih (para shahabat Rasulullah, tabi’in dan tabi’ut tabi’in). Bukan asas yang berlandaskan kesukuan, organisasi, kelompok, daerah, partai dan sebagainya.

Al-Imam al-Qurthubi rahimahullah ketika menjelaskan surat Ali Imran ayat 103, menyatakan bahwa Allah ta’ala mewajibkan kepada kita agar berpegang teguh dengan kitab-Nya (al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya, serta merujuk kepada keduanya di saat terjadi perselisihan. Allah ta’ala juga memerintahkan kepada kita agar bersatu di atas al-Qur’an dan as-Sunnah dalam hal keyakinan dan amalan. Hal ini agar kaum muslimin bersatu dan tidak tercerai-berai, sehingga akan meraih kemaslahatan dunia adn agama, serta selamat dari perselisihan. (Lihat Tafsir al-Qurthubi, [4/105])

Mengapa harus dengan pemahaman Salafus Shalih (para shahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam para tabi’in dan tabi’ut tabi’in)?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Sebagaimana tidak ada generasi yang lebih sempurna dari generasi pada shahabat, maka tidak ada pula kelompok setelah mereka yang lebih sempurna dari orang-orang yang mengikuti mereka.

Maka dari itu, siapa saja yang lebih kuat dalam mengikuti hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan sunnahnya, serta mengikuti jejak para shahabat, maka ia lebih sempurna. Kelompok yang keadaannya seperti ini, akan lebih utama dalam hal persatuan, petunjuk, berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan lebih terjauhkan dari perpecahan, perselisihan, dan fitnah dan barangsiapa yang menyimpang jauh dari itu (Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalllam dan jejak para shahabat), maka ia akan semakin jauh dari rahmat Allah dan semakin terjerumus ke dalam fitnah.” Minhajus Sunnah, [6/368])

3. Mendapatkan Pahala yang Besar

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya),

“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran. Kesabaran di hari itu seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam) pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh.” Ada seseorang bertanya, “Lima puluh dari mereka, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Pahala lima puluh dari kalian.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahuanhu) [lihat Silsilah Ash-Shahihah, no. 494]

4. Mendapatkan Peluang Besar untuk Istiqamah dan di Atas Hidayah

Selama seseorang berada di atas Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, maka ia akan tetap berada di atas jalan istiqomah. Sebaliknya, jika tidak demikian berarti ia telah menyimpang dari jalan yang lurus. Sebagaimana perkataan shahabat Abdullah bin Umar radhiallahuanhu, “Manusia akan senantiasa berada di atas jalan yang lurus selama mereka mengikuti jejak Nabi.” (HR. Al-Baihaqi, Miftahul Jannah no. 197).

Shahabat Urwah radhiallahuanhu berkata, “Mengikuti sunnah Nabi adalah tonggak penegak agama.” (HR. Al-Baihaqi, Miftahul Jannah no. 198).

Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata, “Dahulu mereka mengatakan, ‘Selama seseorang berada di atas jejak Nabi, maka ia berada di atas jalan yang lurus’.” (HR. Al-Baihaqi, Miftahul Jannah no. 200).

Oleh karena itu, Allah ta’ala berfirman,

وَاِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوْاۗ

“Dan jika kalian menaatinya niscaya kalian akan mendapatkan hidayah.” (an-Nur: 54)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Jika kalian menaati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam niscaya kalian akan mendapatkan petunjuk menuju jalan yang lurus, baik ucapan maupun perbuatan. Tidak ada jalan untuk mendapatkan hidayah melainkan dengan menaatinya. Tanpa menaatinya tidak mungkin (akan mendapatkan hidayah), bahkan mustahil (mendapatkannya).” (Tafsir As-Sa’di, hal. 521)

5. Mandapatkan Kecintaan dari Allah ta’ala dan Masuk ke Dalam al-Jannah (surga)

Para pembaca yang mulia, bukankah kita semua ingin mendapatkan kecintaan Allah ta’ala? Ketahuilah! Bahwa kecintaan Allah hanya akan diperoleh dengan cara mengikuti dan menaati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Allah ta’ala berfirman (artinya),

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku!’ Niscaya Allah pasti akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (artinya),

“Setiap umatku akan masuk al-Jannah (surga) kecuali orang yang enggan.” Para shahabat bertanya, “Siapakah orang yang enggan itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang menaatiku, ia akan masuk al-Jannah dan barangsiapa yang menentangku, maka sungguh ia telah enggan.” (HR. al-Bukhari dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)

Wahai saudaraku seiman! Sudah sepatutnya bagi kita semua untuk meneladani Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan penuh kesungguhan dalam segala aspek kehidupan ini. Menjalankan semua perintah beliau dan meninggalkan semua larangan beliau.

Di antara kunci keberhasilan dalam meneladani Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah giat dalam menuntut ilmu agama yang diwariskan oleh beliau. Dengannya, akan nampak jelas titian jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan semakin berpeluang untuk lebih sempurna dalam meneladani beliau.

Penutup

Semoga Allah ta’ala senantiasa memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mempelajari ilmu agama yang diwariskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, memahaminya sesuai dengan pemahaman beliau dan para shahabat beliau yang mulia. Semoga pula Allah ta’ala senantiasa memberikan kekuatan dan keistiqamahan kepada kita semua untuk menjalankan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam di bawah bimbingan ulama pewaris beliau dengan harapan, agar tergapai kemuliaan yang hakiki di dunia dan di akhirat.

Amiin ya Rabbal ‘Alamiin….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca Juga
Close
Back to top button