Berbakti Kepada Kedua Orangtua Amalan Istimewa, Jalan Menuju Surga
Edisi: 30 || 1440H
Tema: Adab
بسم الله لرّحمان الرّحيم
Allah ta’ala berfirman,
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kalian jangan beribadah kecuali Kepada-Nya dan hendaklah kalian berbuat baik pada ibu dan bapak kalian dengan sebaik-baiknya.” (al-Isra’:23)
Bulan Ramadhan telah berlalu. Banyak saudara kita umat Islam yang memanfaatkan Ramadhan dengan berbagai amal kebajikan.
Selepas Ramadhan, bukan berarti pintu amal shalih tertutup. Ada amalan istimewa yang apabila ditunaikan dengan sebaik-baiknya akan membuahkan ganjaran yang berlimpah.
Amalan tersebut adalah birrul walidain (berbakti kepada kedua orangtua). Selagi orangtua masih hidup, berbaktilah dengan tulus kepadanya.
Sebagaimana kesempatan berjumpa dengan bulan suci merupakan peluang emas untuk meraih pahala dan ridha Ilahi, maka demikian pula kesempatan berjumpa dengan orangtua di dunia, ini merupakan momen berharga untuk meraih pahala yang berlipatganda di sisi Allah ta’ala.
Ayat yang menjadi pembahasan buletin edisi kali ini merupakan salah satu di antara sekian banyak ayat al-Qur’an yang berisi perintah untuk berbakti kepada kedua orangtua.
Dalam ayat ini, perintah berbakti dan berbuat baik kepada kedua orangtua disebutkan setelah perintah untuk beribadah hanya kepada Allah ta’ala (tauhid Ibadah). Ini menunjukkan bahwa kewajiban berbakti kepada keduanya berada pada tingkatan kedua setelah kewajiban untuk mengesakan ibadah hanya kepada Allah ta’ala.
Kewajiban terbesar yang harus ditunaikan oelh hamba adalah beribadah kepada Allah ta’ala satu-satunya tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian kewajiban terbesar berikutnya adalah berbakti dan berbuat baik kepada kedua orangtua.
Sebagai motivasi, berikut ini akan disebutkan beberapa keutamaan, manfaat, dan keistimewaan dari amalan mulia ini, di antaranya:
1. Berbakti Kepada Orangtua Merupakan Salah Satu Amalan yang Paling Utama dan Paling Dicintai Oleh Allah ta’ala.
Shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahuanhu berkata,
سألت النّبىّ صلى الله عليه وسلم أيّ العمل أحبّ إلى الله؟ قال الصلاة على وقتها. قال:ثمّ أيّ؟ قال ثمّ برّالوالدين. قال: ثمّ أيّ؟ قال: الجهادفى سبيل الله
“Aku pernah bertanya kepada Nabi, ‘Amalan apa yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orangtua.’ Lalu aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah’.” (HR. al-Bukhari no. 496, dan Muslim no. 122)
2. Berbakti kepada Orang Tua Lebih Didahulukan daripada Jihad (Yang Fardhu Kifayah)
Betapa besar dan agungnya amalan jihad. Namun demikian, berbakti kepada orangtua lebih didahulukan.
Diriwayatkan dari shahabat Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiallahuanhu, ia berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi shalallahu’alaihi wasallam, lalu meminta izin kepada beliau untuk ikut berjihad. Beliau pun bertanya, ‘Apakah kedua orangtuamu masih hidup?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Nabi shalallahu’alaihi wasallam pun bersabda, ‘Maka hendaknya kamu bersungguh-sungguh dalam berbakti kepada keduanya’.” (HR. al-Bukhari no. 2782, dan Muslim no. 4623)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Pernah ada seorang laki-laki datang menghadap Nabi shalallahu’alaihi wasallam lalu berkata, ‘Aku berbai’at kepada Anda untuk berhijrah dan berjihad, dalam rangka mengharapkan pahala dari Allah ta’ala.’ Beliau shalallahu’alaihi wasallam bertanya, ‘Apakah salah satu dari kedua orang tuamu ada yang masih hidup?’
Ia menjawab, ‘Ya, bahkan keduanya masih hidup.’ Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bertanya lagi, ‘Apakah kamu masih mengharapkan pahala dari Allah?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah shalallahu’alahi wasallam pun bersabda, ‘Kembalilah kamu kepada kedua orang tuamu, dan berbuat baiklah dalam bergaul dengan keduanya’.” (HR. Muslim no. 4624)
Disebutkan pula dalam sebuah riwayat, “Jahimah pernah datang kepada Nabi shalallahu’alaihi wasallam lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin ikut berperang dan sungguh aku datang untuk meminta saran dan nasehat Anda.” Nabi shalallahu’alaihi wasallam bertanya, ‘Apakah kemu memiliki ibu (yang masih hidup)?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Maka beliau shalallahu’alaihi wasallam pun bersabda, ‘Tetaplah bersama ibumu karena sesungguhnya surga itu berada si bawah kakinya’.” (HR. an-Nasa’i no. 3053)
3. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua adalah Salah Satu Sebab Masuk Surga
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
رغم أنف ثمّ رغم أنف ثمّ رغم أنف,قيل:من يا رسول الله؟ قال:من أدرك أبويه عند الكبر أحد هما أو كليهما فلم يدخل الجنّة
“Sungguh celaka, sungguh celaka, dan sungguh celaka.” Ditanyakan kepada beliau shalallahu’alaihi wasallam, ‘Siapakah yang Anda maksudkan, wahai Rasulullah?’ Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda, ‘Orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya sudah berusia senja, namun ternyata tidak (menyebabkan ia) masuk surga’.” (HR. Muslim no. 4627)
Al-Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Makna hadits ini adalah bahwa berbuat baik kepada kedua orangtua (terutama) di saat keduanya sudah lanjut usia dan lemah, -dalam bentuk memberikan pelayanan kepada keduanya, menafkahi keduanya, ataupun bentuk kebaikan yang lainnya-, hal ini merupakan sebab dimasukkannya seseorang ke dalam surga. Barangsiapa yang tidak menunaikan amalan ini, maka ia akan terluput dari kesempatan masuk surga (dengan segera) dan Allah pun akan menjadikannya sebagai orang yang celaka.” (Syarh Shahih Muslim, [16/109])
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
الوالد أويط أبواب الجنّة فإن شئت فأضع ذلك الباب أو احفظه
“Orangtua adalah yang paling tengah dari pintu-pintu surga. Jika kamu berkehendak, maka sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah ia.” (HR. at-Tirmidzi no. 1822, dan Ibnu Majah no. 3653)
Menurut al-Qadhi Iyadh rahimahullah, makna paling tengah dari pintu-pintu surga adalah pintu surga yang terbaik dan tertinggi. Adapun makna hadits tersebut adalah bahwa amalan terbaik yang bisa mengantarkan seseorang untuk masuk surga dan mencapai derajat tertinggi di dalamnya adalah menaati serta memberikan perhatian kepada orangtua.
Sebagian ulama yang lain menjelaskan bahwa surga itu memiliki banyak pintu. Pintu terbaik untuk masuk ke dalamnya adalah yang tengah, dan sebab seseorang bisa masuk melalui pintu yang tengah tersebut adalah dengan menjaga hak-hak orang tua. (Tuhfatul Ahwadzi, [6/21])
4. Berbakti Kepada Orang Tua Sebagai Penghapus Dosa
Shahabat Abdullah bin Umar radhiallahuanhu menceritakan, “Ada seorang laki-laki datang menemui Nabi shalallahu’alaihi wasallam lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah terjatuh dalam perbuatan dosa besar, apakah ada pintu taubat bagiku?’ Beliau shalallahu’alaihi wasallam bertanya, ‘Apakah kamu masih memiliki ibu?’ Ia menjawab, ‘Tidak.’ Beliau shalallahu’alaihi wasallam bertanya lagi, ‘Apakah kamu masih memiliki bibi (saudari kandung dari ibu)?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Maka beliau shalallahu’alaihi wasallam bersabda, ‘Maka berbaktilah kepadanya.’ (HR. at-Tirmidzi no. 1827)
5. Berbakti Kepada Orangtua Memperpanjang Umur dan Menambah Rezeki dengan Izin Allah ta’ala
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
من أحبّ أن يمدّ له في عمره وأن يزادله في رزقه فليبرّوالديه وليصل رحمه
“Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung tali silaturahim.” (HR. Ahmad no. 12922)
6. Berbakti Kepada Orangtua Mendatangkan Ridha Allah ta’ala
Tatkala seorang anak berbuat baik kepada ibu bapaknya, tentu keduanya akan senang dan ridha terhadap bakti si anak tersebut. Keridhaan orangtua kepada anaknya akan mendatangkan ridha Allah ta’ala kepada anak tersebut sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam,
رضا الرّبّ في رضا الوالد,وسخط الرّبّ في سخط الوالد
“Keridhaan Rabb terletak pada keridhaan orantua dan kemurkaan Rabb ada pada kemurkaan orantua.” (HR. Tirmidzi no. 1821)
Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa keridhaan orantua yang akan mendatangkan ridha Allah ta’ala adalah apabila ridha orangtua tersebut bukan dalam perkara maksiat kepada Allah ta’ala. Misalnya apabila seorang anak melakukan perbuatan maksiat yang direstui dan diridhai oleh orangtuanya (na’udzubillah), maka apakah seperti ini akan mendatangkan ridha Allah ta’ala kepadanya? Jawawabannya tentu “Tidak.”
Penutup
Dalam menerapkan birrul walidain ini, jangan lupa dan jangan bosan untuk terus mendoakan orantua. Panjatkan doa kepada Allah ta’ala dengan penuh harap sebagaimana doa yang Allah perintahkan,
رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ
“Wahai Rabbku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (al-Isra’: 24)
Semoga Allah ta’ala memudahkan langkah kita untuk menempuh birrul walidain dan menerima segala upaya kita dalam berbakti kepada kedua orangtua. Semoga pula Allah ta’ala mengampuni dosa dan kekurangan kita dalam menjalankan amalan istimewa ini. Aamiin Yaa Mujiibas Saailiin.
Wallahu a’lam bishshawab.
Penulis: Ustadz Abu Abdillah hafizhahullah