Dosa Besar yang Banyak Dilalaikan Manusia
Kaum muslimin yang budiman, tidak ada yang menyangsikan bahwa Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan insan terbaik yang Allah turunkan agar manusia di muka bumi mendapatkan bimbingan dalam meraih surgaNya. Tak diragukan pula bahwa syariat dan petunjuk beliau merupakan puncak dari kesempurnaan agama lslam, namun di sisi lain syariat tersebut bukanlah syariat kaku yang tidak bisa dijalani oleh seluruh manusia. Sungguh keluwesan dan kemudahan ada padanya.
Di antara contoh kemudahan dalam syariat tersebut adalah perilaku bercanda dan bersenda gurau, hal ini terkadang dilakukan oleh baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam beberapa kesempatan.
SENDA GURAU YANG TERLARANG
Namun di sana ada beberapa larangan dalam hal ini -dan sungguh sangat disayangkan betapa banyak dari kalangan umat ini yang lalai darinya- yang apabila dilanggar maka akan menyebabkan pelakunya terjerumus dalam dosa besar, di antaranya :
1. Dusta dalam canda. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ (رواه أبو داود)
“Celaka bagi orang yang bercerita sambil berdusta dalam rangka membuat tertawa suatu kaum, sungguh celaka lagi celaka baginya”. (HR. Abu Dawud).
Shahabat Abdullah lbnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu pun secara lugas melarang yang demikian dalam sebuah pernyataannya :
لا يصلح الكذب في هزل ولا جد (أخرجه البخاري في الأدب المفرد)
“Dusta tidak patut dilakukan baik dalam senda gurau ataupun serius”. (Diriwayatkan oleh lmam Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad).
2. Berlebihan dan terus menerus dalam senda gurau. Hal ini telah disampaikan oleh lmam An Nawawi Rahimahullah sejak beberapa abad yang lalu dengan menukil ucapan ulama lainnya :
قال العلماء : المزاح المنهيّ عنه ، هو الذي فيه إفراط ويداوم عليه ، فإنه يورث الضحك وقسوة القلب ، ويشغل عن ذكر الله تعالى والفكر في مهمات الدين (الأذكار ص ٣٧٧)
“Para ulama menuturkan : senda gurau yang terlarang yaitu senda gurau yang dilakukan secara berlebihan serta dilakukan secara terus menerus. Sungguh yang demikian mewariskan (tabiat suka) tertawa dan mengeraskan hati serta menyibukan dari mengingat Allah dan dari memikirkan berbagai perkara penting dalam agama.” (Al Adzkar hlm. 377).
Kaum muslimin rahimakumullah, apa yang disampaikan oleh lmam An Nawawi di atas mengingatkan kita dengan para pelawak dan komedian yang pekerjaannya senantiasa membuat orang tertawa dan tidak jarang dalam lawakannya diselingi dengan berbagai kedustaan. Sungguh yang demikian merupakan dosa besar yang sering dilalaikan oleh banyak manusia.
والله أعلم بالصواب