Aqidah

Ketika Kiamat Tiba [Beriman Kepada Hari Akhir (11)]

Hari  kiamat  telah dekat, tanda-tandanya sudah bermunculan di hadapan kita. Kemunculan setiap tanda menunjukkan hari tersebut semakin mendekat. Hanya saja kita tidak mengetahui secara persis kapankah terjadinya.

Hendaknya kemunculan tanda-tanda hari kiamat tersebut membuat kita tersadar dari kelalaian dan kekurangan kita dalam mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Kita yakin dengan pasti bahwa setelah lengkapnya tanda-tanda besar hari kiamat, maka ia akan datang dengan tiba-tiba. Allah berfirman (artinya), “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apa gunanya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat telah datang?” (Muhammad: 18)

Hari kiamat terjadi pada seburuk-buruk manusia

Keadaan manusia pada hari-hari menjelang terjadinya kiamat sangatlah buruk. Bukan ditinjau dari sisi harta dunianya, melainkan dilihat dari sisi keimanannya. Mereka tidaklah mengenal apa itu Islam, apa itu Iman, justru sebaliknya, mengerjakan berbagai macam kemungkaran. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya,

إِنَّ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ

 “Sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah orang-orang yang hidup ketika terjadinya kiamat.” (HR. al-Bukhari dari shahabat Ibnu Mas’ud)

Ini sejalan dengan sabda Nabi

لَا يَأْتِيْ عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا ّالَّذِيْ بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ

“Tidaklah datang kepada kalian suatu zaman kecuali yang setelahnya lebih buruk darinya, sampai kalian bertemu Rabb kalian.” (HR. al-Bukhari: 7068)

Betapa buruknya umat manusia saat itu, sampai-sampai mereka tidak mengenal lagi penyebutan nama Allah, sebagaimana sabda beliau,

لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ الله الله

“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai tidak lagi disebut di muka bumi ini perkataan: ‘Allah’, ‘Allah’.” (HR. Muslim 392)

Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, (artinya) “Tidak akan terjadi hari kiamat pada seorang pun yang masih berkata: ‘Allah’, ‘Allah’.” (HR. Muslim)

Ini menunjukkan sirnanya keimanan dari hati manusia. Lafazh Allah saja mereka tidak mengenalnya, bagaimana halnya dengan perkara-perkara keimanan yang lain?! Oleh karena itu al-Imam an-Nawawi membuat bab untuk hadits tersebut dan menamainya: “Bab Hilangnya Keimanan pada Akhir Zaman.”

Adapun orang-orang yang masih memiliki iman akan dicabut nyawanya oleh Allah menjelang terjadinya kiamat. Rasulullah bersabda,

إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ رِيْحًا مِنَ الْيَمَنِ, أَلْيَنُ مِنَ الْحَرِيْرِ فَلَا تَدَعُ أَحَدًا فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ إِيْمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ

“Sungguh Allah akan mengirimkan angin dari negeri Yaman, lebih lembut dari sutera, angin itu tidak meninggalkan seorang pun yang masih memiliki keimanan sebesar dzarrah (biji sawi) dalam hatinya kecuali angin itu akan mencabut nyawanya.” (HR. Muslim dari shahabat Abu Hurairah)

Setelah dicabut nyawa orang-orang beriman, tidaklah tersisa kecuali orang-orang kafir, dan merekalah yang akan mengalami hari kiamat. Na’udzu billahi min dzalik.

Waktu terjadinya hari kiamat

Waktu terjadinya hari kiamat secara persis dan mendetail adalah termasuk ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah. Tidaklah seseorang mengaku dapat mengetahui atau memprediksi kapan terjadinya hari kiamat kecuali dia pasti orang yang mengada-ada dan mengucapkan sesuatu tanpa didasari ilmu.

Allah berfirman (artinya): “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.” (al-A’raf:187)

Begitu pula malaikat dan rasul yang paling mulia di sisi Allah, yakni Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad, mereka berdua tidak dapat menyebutkan kapan terjadinya hari kiamat karena Allah tidak memberitahukannya kepada mereka, apalagi manusia biasa yang derajat kemuliaannya di bawah mereka.

Dalam sebuah hadits, dikisahkan bahwa Malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi dan bertanya tentang beberapa permasalahan penting dalam agama Islam, di antara perkara yang ditanyakan adalah tentang kapan terjadinya hari kiamat, maka jawaban Nabi,

مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ

 “Tidaklah orang yang ditanya lebih tahu daripada yang bertanya” (HR. Muslim)

Maksudnya, orang yang ditanya, yakni Nabi, dan yang bertanya, yakni Malaikat Jibril, sama-sama tidak memiliki ilmu tentang kapan terjadinya kiamat.

Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad dalam kitab Fath Al Qawiy Al Matin hal 27 memberikan penjelasan yang lebih umum tentang perkataan Rasulullah ini, beliau berkata (artinya), “Maknanya adalah bahwa seluruh makhluk tidak mengetahui kapan terjadinya. Siapa pun yang bertanya yang ditanya, sama-sama tidak memiliki ilmu tentangnya.”

Ini menunjukkan bahwa ramalan-ramalan tentang datangnya hari kiamat yang banyak beredar,  tidak hanya fiktif dan tidak bisa dipercaya, lebih dari itu bertolak-belakang dengan aqidah Islam bahwa waktu terjadinya hari kiamat merupakan perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah semata.

Meskipun ramalan tersebut dibungkus dengan kemasan “ilmiah”, dan telah tersebar dalam skala nasional atau internasional, tetap tidak boleh dipercaya. Namun demikian, sangat disayangkan bahwa masih saja ada di antara kaum muslimin yang kemudian tertipu dan mempercayai kabar kabur semacam itu, wallahul musta’an.

Hari terjadinya kiamat

Walaupun kita tidak mengetahui kapan terjadinya hari kiamat secara tepat, namun Rasulullah telah memberitahukan tentang tanda-tandanya, yang dengan kemunculannya kita mengetahui bahwa kiamat semakin dekat. Selain itu Rasulullah juga memberitakan bahwa hari kiamat tersebut akan terjadi pada waktu pagi di hari Jum’at, ini disebutkan Rasulullah dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan yang selain keduanya, bahwa Nabi bersabda,

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيْهِ أُهْبِطَ وَفِيْهِ تِيْبَ عَلَيْهِ وَفِيْهِ مَاتَ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا وَهِيَ مُصِيْخَةٌ يَوْمَ الجُمُعَةِ مِنْ حِيْنِ تُصْبِحُ حَتَّى تَطْلُعُ الشَّمْسُ شَفَقًا مِنَ السَّاعَةِ إِلَّا الْجِنُّ وَالْإِنْسُ وَفِيْهِ سِاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ يُصَلِّيْ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

 “Sebaik-baiknya hari yang terbit matahari padanya adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, diturunkan (dari surga) pada hari itu, diampuni pada hari itu, dan mati pada hari itu. Pada hari itu akan terjadi kiamat, tidak ada suatu hewan pun kecuali akan menajamkan pendengarannya sedari waktu subuh pada hari Jumat sampai terbitnya matahari karena khawatir akan terjadi kiamat, kecuali jin dan manusia. Dan pada hari jum’at ada suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim bertepatan dengannya dalam keadaan melakukan sholat dan memohon kepada Allah sesuatu apapun kecuali Allah akan mengabulkannya”

Hanya Allah sajalah yang mengetahui, pada pagi hari Jum’at yang mana terjadinya hari kiamat.

Kiamat akan terjadi

secara tiba-tiba

Allah berfirman (artinya),

بَلْ تَأْتِيهِمْ بَغْتَةً فَتَبْهَتُهُمْ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ رَدَّهَا وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ

“Sebenarnya (kiamat) itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong lalu membuat mereka menjadi panik, Maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” (al-Anbiya’: 40)

Ayat di atas menunjukkan bahwa hari kiamat datang secara tiba-tiba, tanpa disangka-sangka dan akan mengejutkan manusia. Mereka pada pagi itu sedang berada pada kesibukannya masing-masing, sebagaimana yang biasa mereka lakukan pada hari-hari lainnya, mereka benar-benar tidak menyadari akan peristiwa besar yang segera menimpa mereka sesaat kemudian. Rasulullah bersabda,

وَلَتَقُوْمَنَّ السَّاعّةُ وَقَدْ نَشَرَ الرَّجُلَانِ ثَوْبَهُمَا بَيْنَهُمَا فَلَا يَتَبَايِعَانِهِ وَلَا يَطْوِيَانِهِ وَلَتَقُوْمَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ انْصَرَفَ الرَّجُلُ بِلَبَنِ لَقْحَتِهِ فَلَا يَطْعَمُهُ وَلَتَقُوْمَنَّ السَّاعَةُ وَهُوَ يَلِيْطُ حَوْضَهُ فَلَا يَسْقِيْ فِيْهِ وَلَتَقُوْمَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ رَفَعَ أُكْلَتَهُ إِلَى فِيْهِ فَلَا يَطْعَمُهَا”

 “Dan sungguh kiamat akan terjadi dalam keadaan dua orang pria telah menghamparkan pakaian (yang akan mereka perjual-belikan) di hadapan keduanya maka tidaklah mereka sempat melakukan transaksi, tidak pula mereka melipat pakaian tadi.

Dan seseorang kembali dengan membawa susu perahan untanya maka dia tidak sempat meminumnya, sungguh kiamat akan terjadi dalam keadaan seseorang sedang menambal telaganya namun belum sempat mengambil air darinya. Sungguh kiamat akan terjadi dalam keadaan seseorang telah mengangkat suapan makanan ke mulutnya namun dia belum sempat memakannya.” (HR. al-Bukhari: 7121 dan Muslim: 2954)

Makna hadits ini bahwa manusia pada saat itu sedang melakukan aktivitasnya masing-masing, namun mereka tidak mampu menyelesaikannya karena kiamat telah menjemput mereka. Ini menunjukkan bahwa kiamat terjadi secara tiba-tiba.

Masih ada kelanjutan penjelasan tentang keadaan pada hari kiamat, insya Allah akan kita bahas pada edisi-edisi mendatang.

Penulis: Ustadz Abu Ahmad Purwokerto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button