Kemuliaan Tidaklah Diukur dari Wajah dan Postur Tubuh
Edisi: 18 || Tahun 1439 H
Tema: SIROH
(Petikan dari profil shahabat Abdullah bin Mas’ud)
Shahabat Ali bin Abi Thalib pernah bercerita,
أَمَرَ النَّبِيُّ ﷺ عَبْدَ اللّٰهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنْ يَصْعَدَ شَجَرَةً فَيَأْتِيَهُ مِنْهَا بِشَيْءٍ، فَنَظَرَ أَصْحَابُهُ إِلَى سَاقِ عَبْدِ اللّٰهِ، فَضَحِكُوا مِنْ حُمُوشَةِ سِاقَيهِ،فَقَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ : مما تَضْحَكُونَ؟! لَرِجْلُ عَبْدِ اللّٰهِ أَثْقَلُ فِي الْمِيْزَانِ مِنْ أُحُدٍ
“Nabi ﷺ pernah memerintahkan Abdullah bin Mas’ud untuk menaiki sebuah pohon dan mengambilkan sesuatu dari pohon tersebut untuk beliau. Maka para shahabat melihat kepada betis Abdullah (bin Mas’ud). Para shahabat pun tertawa melihat kecilnya kedua betis Abdullah bin Mas’ud. Rasulullah ﷺ mengatakan, ‘Apa yang kalian tertawakan? Sungguh kaki Abdullah (bin Mas’ud) lebih berat dalam timbangan (di hari kiamat) daripada gunung Uhud’.” (HR. al-Bukhari no. 237 dalam al-Adabul Mufrad)
Para pembaca yang berbahagia.
Allah telah menciptakan diri kita dengan sebaik-baik bentuk penciptaan. Maka seyogyanya bagi kita untuk mensyukuri nikmat penciptaan tersebut, tanpa mempermasalahkan perbedaan masing-masing kita.
Karena kemuliaan dan ketakwaan seseorang tidaklah dinilai dari wajah atau postur tubuhnya akan tetapi dinilai dari hati dan amalannya. Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ اللّٰهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat kepada postur-postur tubuh dan harta-harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati dan amalan-amalan kalian.” (HR. Muslim no. 4651 dari shahabat Abu Hurairah )
Terkadang ada seorang hamba yang dipandang sebelah mata oleh manusia disebabkan memiliki kekurangan dalam wajah dan postur tubuhnya. Padahal sesungguhnya dia memiliki kelebihan dan keutamaan yang tidak didapati oleh kebanyakan manusia.
Di antara contoh hamba Allah tersebut adalah shahabat Rasulullah ﷺ yang bernama Abdullah bin Mas’ud sebagaimana dikisahkan oleh shahabat Ali bin Abi Thalib di atas. Kecilnya betis beliau dibandingkan kebanyakan orang tidaklah lantas membuat diri beliau minder di hadapan manusia.
Bahkan beliau memiliki keutamaan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hudzali al-Makky. Kunyahnya adalah Abu Abdirrahman (kunyah adalah nama yang didahului dengan Abu atau Ummu). Beliau diberi gelar dengan Ibnu Ummi ‘Abd.
Di samping betis yang kecil, beliau juga memiliki perawakan tubuh yang pendek, kurus dan berkulit hitam. Namun siapa yang menyangka kalau beliau termasuk dari kalangan ulama shahabat yang jenius dan banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah ﷺ.
Bahkan beliau termasuk dari shahabat yang awal-awal masuk Islam yaitu masuk Islam sebelum Rasulullah ﷺ menjadikan rumah al-Arqam bin Abil Ardam sebagai tempat kajian dan pembinaan. Beliau mengatakan,
لَقَدْ رَأَيْتُنِيْ سَادِسَ سِتَّةٍ مَا عَلَى الْأَرْضِ مُسْلِمٌ غَيْرَنَا
“Sungguh aku telah melihat diriku adalah orang keenam dari 6 orang, tidak ada orang Islam di muka bumi ini selain kami (ketika itu).” (HR. al-Hakim no. 5368)
Di antara bukti yang juga menunjukkan akan keutamaannya yaitu beliau pernah melakukan hijrah sebanyak 2 kali yaitu hijrah pertama ke negeri Habasyah dan hijrah kedua ke kota Madinah. Beliau juga mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah ﷺ termasuk perang Badr.
Tatkala hijrah ke Madinah, beliau dipersaudarakan oleh Rasulullah ﷺ dengan shahabat dari kalangan Anshar yang bernama Sa’ad bin Mu’adz .
Di antara bukti lain yang menunjukkan keutamaannya bahwa beliau adalah ahli fikih di kalangan shahabat dan orang yang ahli baca al-Qur’an di kalangan shahabat. Rasulullah ﷺ bersabda,
خُذُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَسَالِمٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ
“Ambillah ilmu al-Qur’an dari 4 orang: dari Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal dan Ubay bin Ka’b.” (HR. al-Bukhari no. 4615 dari shahabat Abdullah bin ‘Amr )
Beliau adalah shahabat yang pertama kali berani mengeraskan bacaan al-Qur’an di hadapan orang-orang Quraisy dan beliau memiliki bacaan al-Qur’an yang bagus. Abdullah bin Mas’ud mengatakan,
وَاللّٰهِ الَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ مِنْ كِتَابِ اللّٰهِ إِلَّا أَنَا أَعْلَمُ أَيْنَ أُنْزِلَتْ وَلَا أُنْزِلَتْ آيَةٌ مِنْ كِتَابِ اللّٰهِ إِلَّا أَنَا أَعْلَمُ فِيمَ أُنْزِلَتْ وَلَوْ أَعْلَمُ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنِّي بِكِتَابِ اللَّهِ تُبَلِّغُهُ الْإِبِلُ لَرَكِبْتُ إِلَيْهِ
“Demi Allah yang tidak ada sesembahan selain-Nya, tidaklah turun satu surat dari Kitabullah (al-Qur’an) melainkan aku mengetahui di mana turunnya surat tersebut dan tidaklah turun satu ayat dari Kitabullah melainkan aku mengetahui tentang permasalahan apa ayat tersebut diturunkan, dan kalau seandainya aku mengetahui ada orang yang paling mengetahui tentang Kitabullah daripada aku niscaya aku akan menunggang onta untuk mendatangi orang tersebut.” (HR. al-Bukhari no. 4618)
Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan,
وَاللَّهِ لَقَدْ أَخَذْتُ مِنْ فِي رَسُولِ اللّٰهِ ﷺ بِضْعًا وَسَبْعِينَ سُورَةً وَاللّٰهِ لَقَدْ عَلِمَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ ﷺ أَنِّي مِنْ أَعْلَمِهِمْ بِكِتَابِ اللّٰهِ وَمَا أَنَا بِخَيْرِهِمْ
“Demi Allah, sungguh aku mengambil (belajar al-Qur’an) dari lisan Rasulullah lebih dari 70 surat dan sungguh para shahabat Nabi ﷺ telah mengetahui bahwa aku termasuk orang yang paling berilmu di antara mereka dalam masalah al-Qur’an dan aku bukanlah orang yang paling baik di antara mereka.”(HR. al-Bukhari no. 4616 dan Muslim no. 4502)
Beliau adalah shahabat yang dekat dengan Rasulullah ﷺ disebabkan selalu melayani beliau, mulai dari membawakan sandal, menyediakan air wudhu, membawakan siwak (gosok gigi), dan menyiapkan tempat tidur ﷺ.
Kedekatan Abdullah bin Mas’ud dengan Rasulullah ﷺ disaksikan oleh shahabat Abu Musa al-Asy’ari sebagai berikut:
قَدِمْتُ أَنَا وَأَخِي مِنْ الْيَمَنِ فَمَكَثْنَا حِينًا مَا نُرَى ابْنَ مَسْعُودٍ وَأُمَّهُ إِلَّا مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ مِنْ كَثْرَةِ دُخُولِهِمْ وَلُزُومِهِمْ لَهُ
“Aku dan saudaraku tiba dari Yaman, maka kami tinggal (di rumah Rasulullah ﷺ) beberapa waktu. Tidaklah kami mengira Abdullah bin Mas’ud dan ibunya melainkan (keduanya) termasuk dari ahli bait (keluarga) Nabi karena seringnya keluar-masuk ke rumah Nabi dan senantiasa menemani beliau.”(HR. al-Bukhari no. 4384 dari shahabat Abu Musa al-Asy’ari )
Abdurrahman bin Yazid mengatakan,
سَأَلْنَا حُذَيْفَةَ عَنْ رَجُلٍ قَرِيبِ السَّمْتِ وَالْهَدْيِ مِنْ النَّبِيِّ ﷺ حَتَّى نَأْخُذَ عَنْهُ فَقَالَ: مَا أَعْرِفُ أَحَدًا أَقْرَبَ سَمْتًا وَهَدْيًا وَدَلًّا بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ
“Kami pernah bertanya kepada Hudzaifah tentang siapakah orang yang mempunyai kemiripan dengan Nabi ﷺ dalam hal budi pekerti dan perangai baiknya hingga kami bisa mengambil (ilmu) darinya. Shahabat Hudzaifah menjawab, ‘Aku tidak mengetahui orang yang paling mirip dengan Nabi ﷺ dalam hal budi pekerti, perangai baik dan jalan hidupnya dengan Nabi ﷺ selain dari Ibnu Ummi ‘Abd.” (HR. al-Bukhari no. 3762)
Rasulullah ﷺ bersabda,
: اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي مِنْ أَصْحَابِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ، وَاهْتَدُوا بِهَدْيِ عَمَّارٍ، وَتَمَسَّكُوا بِعَهْدِ ابْنِ مَسْعُودٍ.
“Teladanilah kedua shahabat sepeninggalku yaitu Abu Bakr dan Umar, carilah petunjuk dengan menjalankan petunjuk Ammar dan berpegang teguhlah dengan wasiat Ibnu Mas’ud.” (HR. at-Tirmidzi no. 2992 dari shahabat Abdullah bin Mas’ud )
Beliau adalah orang yang memegang teguh amanah sebagaimana diceritakan berikut ini,
كُنْتُ أَرْعَى غَنَمًا لِعُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ، فَمَرَّ بِي رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ وَأَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ: يَا غُلَامُ، هَلْ مِنْ لَبَنٍ؟. قَالَ: قُلْتُ: نَعَمْ، وَلَكِنِّي مُؤْتَمَنٌ، قَالَ: فَهَلْ مِنْ شَاةٍ لَمْ يَنْزُ عَلَيْهَا الْفَحْلُ؟. فَأَتَيْتُهُ بِشَاةٍ، فَمَسَحَ ضَرْعَهَا، فَنَزَلَ لَبَنٌ، فَحَلَبَهُ فِي إِنَاءٍ، فَشَرِبَ، وَسَقَى أَبَا بَكْرٍ، ثُمَّ قَالَ لِلضَّرْعِ: اقْلِصْ فَقَلَصَ.
“Aku pernah menggembala kambing milik Uqbah bin Abi Mu’aith. Kemudian lewatlah Rasulullah ﷺ dan Abu Bakr seraya berkata, ‘Wahai pemuda, apakah ada susu kambing?’ Aku berkata, ‘Ada, akan tetapi aku hanyalah seorang penggembala yang diberi amanah untuk menggembalakan kambing.’ Rasulullah ﷺ mengatakan, ‘Apakah ada seekor kambing betina yang belum dikawini oleh pejantan?’ Maka akupun memberikan kepada beliau kambing betina tersebut dan beliau mengusap kantong susunya dan keluarlah susu tersebut. Beliaupun memerah susu tersebut dalam sebuah bejana kemudian beliau meminumnya dan memberikannya kepada Abu Bakr. Kemudian beliau mengatakan kepada kantong susu tersebut, ‘Menyusutlah’. Maka kantong susu itupun menyusut.” (HR. Ahmad no. 3598 dari shahabat Abdullah bin Mas’ud )
Disebutkan oleh al-Imam al-Bukhari dalam kitab Tarikh-nya dengan sanad yang shahih dari Ibnu Zhahir berkata,
جَاءَ نَعْيُ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ مَسْعُودٍ إِلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ فَقَالَ: مَا تَرَكَ بَعْدُهُ مِثْلُهُ
Telah sampai berita kematian Abdullah bin Mas’ud kepada Abu Darda’, maka Abu Darda’ mengatakan, ‘Tidak ada orang yang semisal beliau sepeninggal beliau.”(Tarikh al-Bukhari ash-Shaghir, 1/85)
Beliau meninggal di kota Madinah pada tahun 32 Hijriyah dan dimakamkan di pemakaman Baqi’. (Siyar A’lamin Nubala, 1/499)
Penulis: Ustadz Muhammad Rifqi