KELOMPOK TERORIS KHAWARIJ
Edisi: 12 || Tahun 1439 H
Tema: AKIDAH
Simbol Kejahatan di Balik Baju Keshalihan
Sejak dahulu, sekarang, hingga akhir zaman nanti, kaum teroris Khawarij senantiasa ada. Di balik penampilannya yang tampak shalih dan alim, ternyata mereka adalah gerombolan orang yang bengis, kejam dan siap menebarkan kerusakan di muka bumi.
Setiap kali sekelompok dari mereka berhasil ditumpas, muncul kelompok berikutnya yang tidak kalah hebatnya dalam membuat kekacauan di tengah kaum muslimin. Kaum teroris Khawarij akan tetap eksis, bahkan generasi terakhir dari mereka akan menjadi bagian dari pasukan pengikut Dajjal yang akan muncul menjelang hari kiamat nanti.
Setiap muslim tidak boleh tinggal diam! Bentengi diri dan keluarga dari bahaya radikalisme yang dimunculkan oleh kaum teroris Khawarij ini. Selamatkan anak cucu dari pemikiran garis keras yang berusaha ditanamkan oleh mereka kepada putra-putri kaum muslimin.
Salah satu upaya untuk mewujudkan hal di atas adalah dengan memberikan pengetahuan dan wawasan kepada umat tentang siapa itu Khawarij, bagaimana pemikiran dan sepak terjang mereka, serta apa saja bahaya yang ditimbulkan akibat dari ulah mereka itu.
Khawarij Membunuh Manusia Terbaik di Muka Bumi
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah. Ketika tampuk kekhilafahan umat Islam berada di tangan Amirul Mukminin Utsman bin Affan, siapakah manusia terbaik pada waktu itu? Tentu jawabannya adalah Utsman bin Affan, sang Khalifah.
Beliaulah manusia terbaik di muka bumi kala itu. Beliau meninggal karena dibunuh. Pelakunya adalah kaum Khawarij. Demonstrasi yang mereka lakukan di sekeliling rumah Khalifah Utsman bin Affan berujung pada pembunuhan terhadap sang Khalifah.
Sepeninggal Utsman bin Affan, tampuk kekhilafahan dipegang oleh manusia terbaik saat itu, yaitu Khalifah Ali bin Abi Thalib. Kejelekan dan kejahatan yang ditimbulkan oleh kaum Khawarij lebih besar lagi. Mereka mengkafirkan para shahabat Nabi karena tidak sependapat dengan akidah dan pemikiran sesat mereka.
Demikianlah kaum Khawarij. Mereka menghukumi orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka sebagai orang kafir yang halal darah dan hartanya. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib wafat karena dibunuh. Pelakunya adalah Abdurrahman bin Muljam, seorang tokoh teroris Khawarij, yang meyakini bahwa aksi pembunuhan terhadap sang Khalifah adalah jihad fi sabilillah.
Pemikiran Sesat Khawarij: Memberontak dan Menentang Pemerintah Adalah Bagian dari Ajaran Agama
Kaum Khawarij memiliki banyak pemikiran yang menyimpang. Salah satunya mereka tidak mau menaati pemerintah muslimin yang dianggap kafir karena telah berbuat zhalim. Bahkan meyakini bahwa memberontak dan menentang penguasa merupakan bagian dari ajaran agama.
Pemikiran mereka ini sangat bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Di dalam al-Qur’an, Allah berfirman (artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian.” (an-Nisa’: 59)
Dalam ayat ini, Allah menjadikan ketaatan kepada ulil amri (pemerintah) sebagai bagian dari agama. Demikian pula Nabi, beliau menjadikan ketaatan kepada ulil amri sebagai bagian dari agama Islam yang lurus ini, sebagaimana yang ditunjukkan dalam wasiat beliau, “Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mematuhi dan menaati ulil amri (pemerintah) walaupun yang menjadi pemerintah kalian adalah seorang budak.” (HR. Ahmad no. 16521, Abu Dawud no. 3991, at-Tirmidzi no. 2600)
Adapun Khawarij, pemikiran dan tindakan mereka bertolak belakang dengan ayat dan hadits tersebut.
Akidah Sesat Khawarij: Mengkafirkan Orang Islam yang Berbuat Dosa Besar Di Bawah Dosa Syirik
Khawarij berkeyakinan bahwa apabila seorang muslim melakukan dosa besar di bawah dosa syirik, maka ia telah menjadi kafir dan keluar dari Islam, tidak akan diampuni dosanya, dan kekal di neraka. Ini adalah keyakinan yang batil.
Adapun Ahlussunnah wal Jamaah meyakini bahwa seorang muslim yang melakukan dosa besar tersebut tidaklah menyebabkannya kafir. Dia masih muslim, namun berkurang kadar keimanannya. Seorang muslim tidak akan keluar dari agama Islam dan menjadi kafir kecuali ketika melakukan perbuatan syirik atau melakukan perbuatan lain yang dapat membatalkan dan menggugurkan keislamannya.
Adapun perbuatan maksiat yang di bawah syirik -walaupun itu tergolong dosa besar-, maka hal itu tidak akan mengeluarkan pelakunya dari keislaman. Allah berfirman (artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang tingkatannya di bawah dosa (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (an-Nisa’: 48)
Sumber Kesesatan Khawarij: Semangat Membela Agama Tanpa Dibekali Ilmu Yang Benar
Di antara sebab mengapa Khawarij terjatuh ke dalam pemikiran sesat seperti itu adalah karena mereka tidak memiliki bekal ilmu agama yang cukup. Mereka adalah sekelompok orang yang hanya bermodalkan semangat untuk beribadah, seperti: shalat, puasa, membaca al-Qur’an, dan semangat membela agama, akan tetapi tindakan mereka tanpa dibangun di atas bimbingan ilmu yang benar.
Kesungguhan dalam beribadah harus disertai dengan ilmu. Cemburu terhadap agama adalah hal yang baik. Semangat yang menggelora untuk membela agama adalah sikap yang terpuji. Namun hal itu belum cukup jika tidak dibangun di atas pondasi ilmu yang benar tentang agama Allah. Ini yang tidak dimiliki oleh kaum Khawarij.
Rasulullah menggambarkan bahwa kaum Khawarij itu sangat hebat ibadahnya, melebihi ibadah para shahabatnya. Ibadah yang dilakukan para shahabat Nabi masih kalah secara kuantitas jika dibandingkan dengan ibadah kaum Khawarij. Namun di balik ketekunan mereka itu, Nabi bersabda tentang mereka,
يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Mereka keluar dari agama sebagaimana keluarnya anak panah dari tubuh hewan buruannya.” (HR. al-Bukhari no. 6418 dan Muslim no. 1771)
Ketekunan dalam beribadah tanpa dibangun di atas ilmu agama yang benar itulah yang menyebabkan mereka tersesat, dan menimbulkan kejelekan bagi mereka sendiri dan bagi umat.
Sejarah Mencatat, Yang Diperangi Oleh Khawarij adalah Kaum Muslimin Sendiri, Bukan Orang Kafir
Dalam sejarah, tidak pernah diketahui bahwa kaum Khawarij pada suatu hari memerangi orang-orang kafir dan musyrikin, bahkan yang mereka perangi adalah kaum muslimin sendiri. Nabi bersabda, “Mereka (Khawarij) membunuhi orang-orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala (orang-orang kafir).” (HR. al-Bukhari no. 3095 dan Muslim no. 1762)
Apa yang diberitakan Rasulullah tersebut benar-benar terjadi. Kaum Khawarij-lah yang membunuh Khalifah Utsman bin Affan. Mereka jugalah yang membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib, shahabat az-Zubair bin al-Awwam, dan para shahabat terbaik lainnya. Peperangan terhadap kaum muslimin akan terus senantiasa mereka lakukan.
Terbukti juga hingga saat ini, tidak pernah terdengar Khawarij berperang melawan kaum kafir dan musyrikin. Tidak pernah ISIS, al-Qaeda, dan kelompok teroris Khawarij lainnya mengumandangkan perang terhadap Amerika, Israel, Rusia, dan negara kafir lainnya. Justru yang mereka tantang untuk berperang adalah negara Islam semisal Indonesia, Malaysia, Arab Saudi, Kuwait, dan negara Islam lainnya.
Memerangi Teroris Khawarij Adalah Ibadah
Para pembaca rahimakumullah. Jika Anda ditanya, “Siapakah dari umat Nabi Muhammad yang paling cemburu dan semangat membela agama?” Bila jawaban Anda benar, pasti Anda akan mengatakan, “Para shahabat Nabi, merekalah orang yang paling cemburu dan semangat membela agama.”
Walaupun demikian, para shahabat tidak lantas bergabung dengan Khawarij yang sama-sama memiliki semangat tinggi untuk membela agama. Bahkan para shahabat Nabi bangkit memerangi kaum Khawarij, karena bahaya dan kejahatan mereka.
Perang Nahrawan adalah salah satu peristiwa besar yang menjadi momen penumpasan gerakan pemberontakan yang dilakukan Khawarij terhadap pemerintahan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.
Sebelum peperangan terjadi, upaya dialog dan nasehat kepada kaum Khawarij telah dilakukan. Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah mengutus Abdullah bin Abbas untuk mendatangi kaum Khawarij dalam rangka memberikan penjelasan tentang kesesatan Khawarij dan ajakan untuk kembali kepada jalan yang lurus.
Akhirnya ada (kurang lebih) 6000 orang Khawarij bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Namun, masih tersisa beberapa ribu orang yang belum bertaubat, sehingga Khalifah Ali bin Abi Thalib bersama dengan para shahabat Nabi terpaksa memerangi mereka agar kaum muslimin selamat dari kejelekan dan kejahatan kaum teroris Khawarij.
Orang-orang yang memerangi Khawarij telah dijanjikan pahala yang besar di sisi Allah. Rasulullah bersabda,
فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Di manapun kalian menjumpai mereka (Khawarij), maka bunuhlah mereka karena orang yang membunuh mereka akan mendapatkan pahala pada hari kiamat kelak.” (HR. al-Bukhari no. 3342 dan Muslim no. 1771).
Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis: Ustadz Abu Abdillah .