Tahun: 2014
-
Des- 2014 -26 DesemberAqidah
Agar Amal Anda Diterima di Sisi-Nya
Setiap orang tentu menginginkan amal kebaikan yang ia lakukan diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Butuh pengorbanan dalam beramal…
Selengkapnya dan » -
12 DesemberManhaj
Mari Menuntut Ilmu…!!!
Para pembaca rahimakumullah Mengingatkan kembali tentang pentingnya ilmu syar’i bagi kehidupan seorang muslim. Bahkan kebutuhan seorang muslim terhadap ilmu agama…
Selengkapnya dan » -
5 DesemberAdab
Saat Kita Berkendara
Para pembaca rahimakumullah. Di antara nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita adalah sarana transportasi/kendaraan. Dengan sarana transportasi ini kita menjadi mudah untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Tidak sebatas nikmat, keberadaan sarana transportasi juga merupakan bentuk pemuliaan dan kebaikan Allah kepada manusia. Allah berfirman (yang artinya): “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam (manusia), Kami mengangkut mereka (dengan sarana transportasi) di daratan dan di lautan, Kami memberi mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami melebihkan mereka dengan kelebihan (keutamaan) atas kebanyakan makhluk lainnya yang telah Kami ciptakan.” (al-Isra’: 70) (Lihat Tafsir as-Sa’di). Di zaman Rasulullah sarana transportasi/kendaraan juga menjadi suatu hal yang penting, seperti untuk membawa barang dagangan atau untuk berperang, meskipun pada masa itu mungkin masih bersifat sederhana seperti onta, kuda, gajah dan yang semisal. Adapun di zaman kita sekarang, alhamdulillah, berbagai jenis kendaraan modern dan canggih tersedia dengan berbagai fasilitas dan pelayanan kenyamanan. Perjalanan pun menjadi lebih mudah dan cepat. Bayangkan jika kendaraan di zaman kita sekarang sama dengan kendaraan di zaman dahulu, betapa susah dan beratnya aktifitas kita. Untuk pergi haji misalnya, tentu akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan menguras banyak tenaga dan biaya. Beberapa Etika Saat Berkendara Para pembaca rahimakumullah, agama Islam yang mulia ini telah membimbing umatnya untuk melakukan segala hal yang berdampak positif bagi diri mereka, baik terkait untuk kehidupan mereka di dunia demikian pula untuk kehidupan berikutnya di akhirat. Perihal kendaraan, Islam telah mengajarkan tata cara dan etika yang baik dalam penggunaannya agar si pengendara bisa mengambil banyak manfaat darinya. Di antara etika tersebut adalah: 1. Bersyukurlah! Telah kita ketahui bersama bahwa kendaraan merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan kepada kita. Beragam kemudahan kita dapatkan dengan perantara nikmat yang satu ini. Jika demikian maka sebagaimana nikmat yang lain, nikmat adanya kendaraan menuntut dari kita untuk bersyukur kepada Yang Memberikannya. Di antara bentuk syukur adalah memanfaatkan dan menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan dan ketakwaan. Dari sini kita paham bahwa kendaraan yang kita miliki harus bisa menjadi perantara untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, bukan malah menjadi penyebab datangnya bala dan musibah. Maka kendarailah untuk menuju tempat-tempat atau kegiatan-kegiatan yang mendatangkan ridha Allah, dan janganlah menggunakannya menuju tempat-tempat atau aktifitas-aktifitas yang mendatangkan kemurkaanNya. Bukankah umat-umat terdahulu dibinasakan dan dicabut nikmat dari mereka karena jauhnya mereka dari sikap syukur? Allah telah mengingatkan kita: “Jika kalian bersyukur maka Aku akan tambah (nikmat) yang lain kepada kalian. Namun jika kalian kufur maka sungguh adzabKu amatlah pedih.” (Ibrahim: 7) 2. Merendahlah dan jauhi sikap-sikap tercela! Etika berikutnya adalah bersikap tawadhu’/rendah hati saat berkendara. Suatu hal yang sangat disayangkan jika kendaraan yang dimiliki menjadi sebab riya, angkuh, ujub dan peremehan terhadap orang lain. Karena jika kita mau sadar, sesungguhnya kendaraan yang ada hanya sekedar titipan ilahi dan bukan milik kita pribadi sehingga memang tidak pantas dan tidak pula layak dijadikan alasan untuk kita berbangga diri karenanya. Terlebih kelak akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Rabbul Alamin. Maka perlu bagi kita untuk bersikap hati-hati saat berkendara. Jangan merasa “lebih” apalagi berbuat zalim kepada orang lain. Suara knalpot yang tidak enak didengar, gambar-gambar/stiker yang tidak pantas, modifikasi yang berlebihan sehingga “merusak penglihatan dan pemandangan” hingga parkir sembarangan merupakan contoh-contoh dan bentuk-bentuk perbuatan zalim, bukankah begitu? 3. Bertawakal saat berkendara. Allah telah menetapkan dan menjadikan adanya keterkaitan antara sebab dan musabab. Dalam meraih kebaikan dan keselamatan atau terjauhkan dari bencana dan musibah, Rabbuna telah menuntunkan sebab-sebab yang dapat menghantarkan kepada tujuan tersebut. Sehingga seseorang tidak hanya sekedar berserah diri kepada Allah namun di sisi lain dia pun dituntut untuk melakukan upaya agar meraih apa yang dia sandarkan tersebut. Inilah bentuk tawakal yang benar. Demikian pula terkait dengan pembahasan kita kali ini, dituntut bagi kita untuk bertawakal kepada Allah. Selain dengan bersandar penuh kepadaNya, mesti ditambah pula dengan melakukan sebab-sebab tercapainya keselamatan dan sebab-sebab terhindar dari musibah dan kecelakaan saat berkendara. Di antara bentuk tawakal tersebut adalah berdoa. Rasulullah telah mengajarkan kepada kita beberapa doa terkait dengan kegiatan berkendara, di antaranya: – Doa ketika keluar rumah: بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لَا حَوْلَ وَ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ ”Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.” (HR. Abu Dawud no. 5097 dan at-Tirmidzi no. 3426) – Di saat akan berkendara:…
Selengkapnya dan » -
5 DesemberTafsir
Cintailah Mereka, Karena Mereka Telah Dicintai Allah
Allah berfirman (artinya): “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti…
Selengkapnya dan » -
Nov- 2014 -15 NovemberFiqih
Zakat Emas dan Perak
Para pembaca rahimakumullah. Emas dan peraka dalah di antara logam mulia yang paling berharga. Keduanya adalah perhiasan dan simpanan harta…
Selengkapnya dan » -
8 NovemberSiroh
Fathimah az-Zahra’ Sekuntum Bunga dari Kota Makkah
Wanita ini lebih dikenal dengan sebutan az-Zahra’ (Sekuntum Bunga). Tak berlebihan, karena…
Selengkapnya dan » -
8 NovemberAdab
Adab Memakai Sandal
Para pembaca rahimakumullah.RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita seluruh perkara…
Selengkapnya dan » -
Okt- 2014 -29 OktoberAqidah
ISIS, Al-Qaedah, dan Berbagai Aliran Khawarij Lainnya Bahaya Laten terhadap ISLAM dan UMAT ISLAM
Baru-baru ini, orang-orang Khawarij (baca: teroris) di Iraq, membuat “kejutan” baru lagi, dengan mendeklarasikan apa yang mereka sebut dengan “Khilafah…
Selengkapnya dan »