Khusus

Bukti Keutamaan Ilmu Syar’i

Tidak diragukan lagi bagi setiap muslim bahwasanya ilmu agama adalah perkara yang penting. Sungguh telah banyak ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang menunjukkan atas keutamaannya.

Setiap orang mengklaim dirinya memiliki ilmu, sampai orang bodoh tidak mau dikatakan bodoh. Manusia senang dikatakan sebagai orang berilmu, meskipun hakikatnya dia bukan orang yang berilmu.

 

Ini merupakan dalil pentingnya ilmu dan mulianya seorang yang berilmu. Shahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu berkata :

كفى بالعلم شرفاً أن يدعيه من ليس بأهله، وكفى بالجهل ذماً أن يتبرأ منه من هو فيه

“Cukuplah kemuliaan bagi ilmu, pengakuan seorang yang tidak berilmu kalau dia berilmu. Cukuplah celaan bagi kebodohan, tatkala seorang enggan disandarkan kepadanya padahal dia orang yang bodoh.” (Tadzkiratus Sami Wal Mutakallim hlm. 10).

Perkara ini terjadi di tengah-tengah kaum muslimin. Seorang muslim bahagia dikatakan berilmu, meskipun dia orang yang tidak memiliki ilmu.

Oleh karenanya, telah datang pujian dari Al-Qur’an untuk orang-orang berilmu. Allah Ta’ala berfirman :

قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِى الَّذِيۡنَ يَعۡلَمُوۡنَ وَالَّذِيۡنَ لَا يَعۡلَمُوۡنَ​ؕ

“Katakanlah (wahai Nabi Muhammad), apakah sama antara orang-orang yang berilmu dan yang tidak berilmu.” (QS. Az-Zumar: 9).

Begitu pula firman Allah Ta’ala :

شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالْمَلٰۤاكَةُ وَاُولُوا الْعِلْمِ قَاۤئمًاۢ بِالْقِسْطِۗ

“Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak kecuali Dia. Demikian pula para malaikat dan orang-orang berilmu yang tegak di atas keadalian (juga turut bersaksi).” (QS. Ali Imron: 18).

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengiringkan persaksian-Nya dengan persaksian para malaikat dan orang-orang berilmu.

Sehingga tatkala para salafus shalih mengetahui kedudukan ilmu dan kedudukan orang-orang berilmu, mereka benar-benar bersungguh-sungguh dalam mencarinya.

Mereka pergi berkelana, meninggalkan kampung halamannya dalam rangka menuntut ilmu agama.

Diriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kota Madinah datang menemui Shahabat Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu dalam keadaan beliau ada di Damaskus, Suriah.

Kemudian Abu Darda bertanya: “Wahai saudaraku, apa yang membuatmu datang?”

Kemudian laki-laki tersebut menjawab: “Yang mendorongku datang kemari adalah sebuah hadits yang telah sampai kepadaku bahwasanya engkau menyampaikannya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.”

Abu Darda kembali bertanya : “Apa engkau datang karena ada keperluan?”

Laki-laki itu menjawab: “Tidak.”

Abu Darda kembali bertanya: “Atau engkau datang untuk berdagang?”

Iapun menjawab: “Tidak.”

Lalu Abu Darda berkata: “Tidaklah engkau datang kecuali untuk mencari sebuah hadits?

Sungguh aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

منْ سَلَكَ طَريقًا يَبْتَغِي فِيهِ علْمًا سهَّل اللَّه لَه طَريقًا إِلَى الجنةِ، وَإنَّ الملائِكَةَ لَتَضَعُ أجْنِحَتَهَا لِطالب الْعِلْمِ رِضًا لطالب العلم، وَإنَّ الْعالِم لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ منْ في السَّمَواتِ ومنْ فِي الأرْضِ حتَّى الحِيتانُ في الماءِ، وفَضْلُ الْعَالِم عَلَى الْعابِدِ كَفَضْلِ الْقَمر عَلى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وإنَّ الْعُلَماءَ وَرَثَةُ الأنْبِياءِ وإنَّ الأنْبِياءَ لَمْ يُورِّثُوا دِينَارًا وَلا دِرْهَمًا وإنَّما ورَّثُوا الْعِلْمَ، فَمنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحظٍّ وَافِرٍ

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalannya ke surga. Sesungguhnya para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya sebagai bentuk keridhoan kepada penuntut ilmu.

Sesungguhnya seorang berilmu akan dimintai ampun oleh makhluk yang ada di langit dan bumi, hingga ikan di lautan.

Keutamaan seorang berilmu atas ahli ibadah, seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, karena para Nabi tidaklah mewarisi dinar dan dirham, hanyalah mereja mewarisi ilmu.

Barangsiapa yang mengambilnya, sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At-Tirmidzi 2682, Abu Dawud 3641, dishahihkan oleh Imam Al-Albani rahimahullah).

Sumber : Makanatul Ulama Wa Khuturatul Istiqlal ‘Anhu Li Syaikh Fawaz Al-Madhkali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca Juga
Close
Back to top button