Syafa’at, Secercah Harapan di Hari Kiamat (3)
Edisi: 22 || 1440H
Tema: Akidah
Allah ta’ala adalah penguasa di hari kiamat itu. Tiada seorangpun yang memiliki kekuasaan pada hari itu melainkan Dia. Umat manusia benar-benar berharap untuk mendapatkan ampunan dan pertolongan-Nya. Salah satu sebab yang akan mendatangkan ampunan dan pertolongan Allah adalah syafa’at.
Pada hakekatnya Allah ta’ala mampu untuk memberikan pertolongan secara langsung kepada hanba-hamba-Nya tanpa asanya syafa’at, namun dengan hikmah-Nya yang agung Allah menetapkan syafa’at sebagai sebab datangnya pertolongan-Nya.
Di antara hikmah ditetapkannya syafa’at yaitu Allah ingin memuliakan para pemberi syafa’at di hadapan manusia yang berkumpul pada hari kiamat. Hal ini dapat ditinjau dari dua sisi:
⦁ Sisi pertama: Allah ta’ala menampakkan keutamaan mereka atas para manusia, di mana manusia membutuhkan syafa’at mereka.
⦁ Sisi kedua: Allah ta’ala mempersilahkan mereka untuk memberi syafa’at serta mengabulkan syafa’at mereka, ini menunjukkan tingginya kedudukan mereka di sisi Allah ta’ala.
Maka siapakah para pemberi syafa’at yang mulia tersebut? Mari kita simak uraiannya dalam pembahasan berikut.
1. Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam sebagai manusia termulia akan menjadi orang pertama yang memberi syafa’at. Beliau shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
لكلّ نبيّ دعوة مستجابة,فتعجّل كلّ نبيّ دعوته,وأنّي اختبأت دعوتي شفاعة لأمّتي يوم القيامة, فهي نائلة إن شاء الله من مات من أمّتي لا يشرك بالله شيئا
“Setiap nabi memiliki satu doa yang mustajab. Maka semua nabi menyegerakan doanya (di dunia). Sedangkan aku menyimpan doaku sebagai syafa’at bagi umatku pada hari kiamat. Syafa’at tersebut akan didapatkan insya Allah oleh siapapun yang meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun (berbuat syirik).” (HR. al-Bukhari no. 6304 dan Muslim no. 199 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)
Pembahasan lebih rinci mengenai syafa’at Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam telah kita lalui pada beberapa edisi yang lalu.
2. Para nabi selain Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam
Para Nabi akan memberikan syafa’at kepada kaum mukminin ketika di atas ash-shirath. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Kemudian diletakkan suatu jembatan di atas jahanam, maka akulah orang yang paling pertama melauinya, dan doa para rasul ketika itu,
اللّهمّ سلّم سلّم
‘Ya Allah selamatkan, selamatkan’.” (HR. al-Bukhari no. 6573 dari shahabat Abu Hurairah dan Muslim no. 183 dari Abu Sa’id al-Khudri radhiallahuanhuma)
Doa para nabi ini termasuk salah satu jenis syafa’at, yaitu syafa’at bagi kaum mukminin yang berhak masuk ke dalam neraka agar tidak dimasukkan ke dalamnya.
Mereka juga akan memberi syafa’at bagi orang-orang yang bertauhid namun masuk ke dalam neraka disebabkan perbuatan-perbuatan dosanya, agar dikeluarkan dari neraka
ثمّ سشفع الأنبياء في كلّ من كان يشهد أن لآإله إلّاالله مخلصا فيخر جونهم منها
“Kemudian para nabi memberikan syafa’at pada setiap orang yang bersaksi dengan ikhlas bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Allah lalu mengeluarkan mereka darinya.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan al-Khathib dihasankan oleh asy-Syaikh Muqbil al-Wadi’i rahimahullah)
3. Para malaikat
Syafa’at mereka disebutkan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya (artinya), “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), ‘Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala’.” (Ghafir: 7)
Istighfar (permintaan ampunan) dalam ayat ini merupakan suatu jenis syafa’at bagi orang-orang yang melakukan dosa.
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda dalam potongan suatu hadits yang panjang mengenai keadaan hari kiamat,
فيقول الله عزّ وجلّ: شفعت الملائكة وشفع النّبيّون وشفع المؤمنون
“Kemudian Allah ta’ala berkata, ‘Para malaikat telah memberi syafa’at, kaum mukminin telah memberi syafa’at …’.” (HR. Muslim no. 183 dari shahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu)
4. Para syuhada
Orang-orang yang mati syahid dalam membela agama Allah betul-betul akan dimuliakan. Salah satu kemuliaan yang mereka dapatkan adalah diizinkan untuk memberi syafa’at. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
للشّهيد عند الله ستّ خصال: يخفر له في أوّل دفعة, ويرى مقعده من الجنّة, ويجار من عذاب القبر, ويأمن من الفزع الأكبر, ويوضع على رأسه تاج الوقار, الياقوتة منها خير من الدّمنيا وما فيها, ويزوّج اثنتين و سبعين زوجة من الحور العين, ويشفّع في سبعين من أقاربه
“Ada enam perkara yang akan didapatkan seorang yang mati syahid di sisi Allah: ia diampuni sejak saat pertama (kematiannya), ia dapat melihat tempatnya di surga, Ia dilindungi dari azab kubur, Ia akan merasa dari kengerian terbesar (pada hari kiamat), akan diletakkan di atas kepalanya mahkota kewibawaan, sebiji Permata Yakut dari mahkota tersebut lebih berharga dari dunia dan seisinya. Ia akan dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari, dan ia akan memberikan syafa’at kepada tujuh puluh orang dari karib kerabatnya.” (HR. at-Tirmidzi no. 1663, Ibnu Majah no. 2799 dan Ahmad no. 17172 dari shahabat Miqdam bin Ma’di Yakrib, dishahihkan oleh al-Imam al-Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 2274)
5. Orang-orang terpilih dari kaum mukminin
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda dalam potongan suatu hadits yang panjang yang menceritakan keadaan hari kiamat,
فما أنتم بأشدّ لي مناشدة في الحقّ, قد تبيّن لكم من المؤمن يومئذ للجبّار, وإذا رأوا أنّهم قد نجوا, في إخوانهم, يقولون: ربّنا إخواننا, كانوا يصلون معنا, ويصومون معنا, ويعملون معنا, فيقول الله تعال: اذهبوا, فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من إيمان فأخرجوه
“Maka tidaklah kesungguhan kalian dalam meminta kepadaku suatu hak yang telah kalian ketahui melebihi kesungguhan seorang mukmin pada hari itu ketika meminta kepada Al-Jabbar (Allah) -saat melihat diri mereka telah selamat (telah berhasil melewati jembatan di atas neraka)- untuk menolong saudara-saudara mereka (yang terjatuh ke dalam neraka), mereka berkata, ‘Wahai Rabb kami, mereka saudara-saudara kami, dahulu mereka shalat bersama kami, berpuasa bersama kami, dan beramal bersama kami’. Maka Allah berfirman, ‘Pergilah kalian, maka siapapun yang kalian dapati keimanan di dalam hatinya seberat satu dinar keluarkanlah ia dari neraka’.” (HR. al-Bukhari no. 7439 dari shahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiallahuanhu)
Dalam lanjutan hadits disebutkan bahwa mereka mengeluarkan dari neraka orang-orang yang dapat mereka kenali. Lalu Allah ta’ala mengizinkan mereka untuk mengeluarkan orang-orang yang memiliki keimanan seberat setengah dinar, maka mereka mengeluarkan dari neraka orang-orang yang dapat mereka kenali. Lalu Allah ta’ala mengizinkan mereka untuk mengeluarkan orang-orang yang masih memiliki keimanan sekecil apapun, maka mereka mengeluarkan dari neraka orang-orang yang dapat mereka kenali.
Di antara para pemberi syafa’at ada yang diizinkan untuk memberi syafa’at kepada satu orang dan ada yang lebih. Bahkan ada di antara mereka yang dapat memberikan syafa’at kepada manusia yang sangat banyak jumlahnya. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
ليدخلنّ الجنّة بشفاعة رجل من أمّتي, أكثر من بني تميم, قالوا: يا رسول الله سواك؟ قال:سواي
“Sungguh akan masuk ke dalam surga (sejumlah manusia) yang lebih banyak dari Bani Tamim dengan sebab syafa’at seorang dari umatku”. Para shahabat lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, orang itu bukan engkau?’, beliaupun menjawab, ‘Bukan aku’.” (HR. at-Tirmidzi no. 2438 dan Ibnu Majah no. 4316 dari shahabat Abdullah bin Abil Jad’a radhiallahuanhu, dishahihkan oleh al-Imam al-Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah)
Al-Imam al-Munawi rahimahullah berkata, “Syafa’at itu bertingkat-tingkat. Setiap golongan, baik para nabi, para wali dan orang-oarang yang kuat agamannya seperti para ahli ibadah, orang-orang yang wara’, orang-orang yang zuhud dan para ulama mengambil bagian dalam memberikan syafa’at sesuai dengan kadarnya”
Setelah para pemberi syafa’at selesai memberikan syafa’at mereka dengan izin Allah kepada orang-orang yang Allah ridhai, Allah Yang Maha Penyayang masih mengeluarkan kaum mukminin yang masih tersisa dalam neraka. Sampai pun seorang yang tidak pernah melakukan amal shalih namun masih memiliki keimanan, Allah ta’ala menyelamatkan dari api neraka. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
شفعت الملائكة وشفع النّبيّن وشفع المؤمنون والم يبق إلاّأرحم الرّاحمين. فيقبض قبضة من النّار فيخرج منها قوما لم يعملوا خيرا قط. قد عادواحمما
“Malaikat telah memberi syafa’at, demikian pula para nabi dan kaum mukminin. Tidaklah tersisa kecuali Dzat Yang Maha Penyayang. Maka Allah menggenggam satu genggaman dari dalam neraka kemudian mengeluarkan sejumlah manusia yang belum pernah mengamalkan kebaikan sama sekali, mereka telah menjadi arang.” (HR. al-Bukhari no. 7439 dan Muslim no. 183 dari shahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiallahuanhu)
Mereka yang dikeluarkan oleh Allah ta’ala dari neraka adalah termasuk orang-orang yang beriman juga, namum Allah tidak menakdirkan para pemberi syafa’at untuk dapat melihat atau mengenali mereka, sehingga mereka tidaklah mendapatkan syafa’at untuk dapat keluar dari neraka sampai Allah sendiri yang mengeluarkan mereka.
Wabillahi at-taufiq.
Penulis: Ustadz Abu Ahmad hafizhahullah