Panggilan Pak Haji Bagi yang Sudah Berhaji
Panggilan Pak Haji/Bu Haji bagi siapapun yang baru pulang menunaikan manasik haji dari tanah suci, merupakan kebiasaan yang marak didapati di negeri kita.
Mirip seperti sebuah gelar yang terus tersematkan pada seseorang yang sudah beribadah haji.
Yang namanya sebuah kebiasaan, terkadang sebagian orang yang sudah berhaji ketika dipanggil namanya tanpa diawali gelar tersebut merasa berat dan akhirnya seakan kurang atau tidak menghiraukan panggilan yang diarahkan kepadanya.
Para ulama menjelaskan dalam sekian fatwa tentang kebiasaan ini.
Di antara mereka ada yang menjelaskan bahwa haji merupakan ibadah kepada Allah yang wajib ditunaikan bagi yang mampu.
Tentunya yang dicari adalah pahala di sisi-Nya, serta tidak berkonsekuensi adanya gelar-gelar panggilan tertentu ketika telah menunaikannya.¹
Seorang muslim wajib menunaikannya dengan niatan yang tulus mengharap ridha Allah, bukan untuk meraih gelar.
Justru sangat dikhawatirkan gelar-gelar panggilan tersebut menimbulkan godaan hati agar niat seorang muslim dalam berhaji menjadi berbelok ingin mendapatkan sebutan tadi, sehingga sangat dikhawatirkan terjatuh pada riya’.²
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dahulu tidak pernah mencontohkan untuk menyematkan gelar Haji bagi beliau atau siapapun dari kalangan para shahabatnya yang telah menunaikan ibadah haji.³
Sebagian ulama sangat mewanti-wanti kaum muslimin agar tidak menyebut orang yang telah berhaji sebagai Pak Haji ataupun Bu Haji karena tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak pula para shahabat beliau Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in.⁴
Sebagai nasehat bagi kaum muslimin sekalian, hendaknya kita menghindari gelar-gelar panggilan seperti di atas, serta marilah kita mendoakan saudara-saudara kita yang telah menunaikan ibadah haji, agar ibadahnya tersebut diterima di sisi Allah dan dijadikan sebagai haji mabrur.
Amin ya Rabbal ‘Alamin lamin.
——————-
¹) Al-Lajnah ad-Daimah (26/384)
²) Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin (24/204)
³) Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin (24/204)
⁴) Mu’jam al-Manahi al-Lafdziyah hal. 219