Jangan Memandang Remeh Setiap Amalan
Edisi: 14 || 1440 H
Tema: Tafsir
بسم الله لرّحمان الرّحيم
Allah ta’ala berfirman,
وَوَجَدُوا۟ مَا عَمِلُوا۟ حَاضِرًۭا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًۭا
“Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis) dan Rabbmu tidak menganiaya seorang juapun.” (al-Kahfi: 49)
Pembaca rahimakumullah, tidak akan sia-sia setiap amal perbuatan yang dilakukan oleh seorang hamba. Sedikit atau banyak, besar maupun kecil, semuanya ada nilainya. Semua pasti dicatat di sisi Allah ta’ala dan akan diperhitungkan, untuk kemudian diberi balasan sesuai dengan jenis perbuatannya.
Di dalam surat al-Kahfi ayat 49, Allah ta’ala memberitakan bahwa pada hari kiamat nanti, kitab-kitab yang berisi catatan seluruh amalan, baik yang kecil maupun besar, akan diletakkan dan diperlihatkan kepada hamba-Nya.
Orang-orang yang suka berbuat kejahatan merasa ketakutan karena kejelekan-kejelekan mereka tertulis dalam kitab tersebut, sampai-sampai mereka mengatakan, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak membiarkan dosa kecil maupun besar, serta amalan walaupun kecil, melainkan semuanya telah tercatat!”
Mereka benar-benar mendapati semua yang telah mereka kerjakan selama di dunia tertulis dalam kitab catatan amalan tersebut.
Tidak ada satu amalan pun yang luput darinya, baik amalan yang dikerjakan itu terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi, siang ataupun malam. Mereka tidak mampu mengikngkari dan membantah kenyataan ini. (Tafsir Ibnu Katsir, [3/124] dan Tafsir as-Sa’di, hal. 479)
Dalam ayat yang lain Allah ta’ala berfirman (artinya),
“Pada hari (kiamat) ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga)kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siknya-Nya dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 30)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Setiap manusia yang melihat amalannya baik, maka hal itu akan membuatnya senang dan gembira dan jika amalan yang dilihatnya berupa keburukan, maka ia berkeinginan untuk berlepas diri darinya dan berharap antara dia dengan hari itu (hari kiamat) masih ada jangka waktu yang sangat lama.” (Tafsir Ibnu Katsir, [1/494])
Allah ta’ala juga berfirman,
يُنَبَّؤُا۟ ٱلْإِنسَٰنُ يَوْمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ
“Pada hati itu (hari kiamat) diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.” (al-Qiyamah: 13)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Pada hari kiamat, manusia akan diberi kabar dan disampaikan kepada mereka tentang seluruh amalannya, baik amalan yang lama maupun yang baru, amalan yang dilakukan pertama kali hingga yang terakhirnya, serta amalan-amalan yang kecil ataupun besar.” (Tafsir Ibnu Katsir, [4/597-598])
Jangan Meremehkan Amalan Apapun, Meski Sedikit!
Adakalanya orang menganggap remeh suatu amalan. Tidak jarang ia meninggalkan sebuah kebaikan karena ia memandang kebaikan itu kecil nilainya. Sebaliknya, terkadang ia terjatuh ke dalam kejelekan karena ia menganggapnya sesuatu yang remeh.
Sikap semacam ini seyogyanya tidak ada pada diri seorang muslim. Setiap manusia akan melihat buah dari setiap amalan yang ia lakukan.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari shahabat Said bi Jubair radhiallahuanhu, bahwa dahulu kaum muslimin berpandangan bahwa mereka tidak akan mendapat pahala dari sedikitnya sesuatu yang mereka sedekahkan.
Sehingga ketika ada orang miskin datang mengetuk pintu rumah mereka, mereka menganggap kecil bila memberikan kepada si miskin tersebut berupa sebiji kurma, remukan roti, atau makanan kecil lainnya, akhirnya mereka pun menolak kedatangan si miskin tersebut seraya mengatakan, “Pemberian seperti ini tidak berarti, kami hanya diberi pahala karena menyedekahkan sesuatu yang kami sukai.”
Sedangkan kaum muslimin yang lain ada yang berpandangan bahwa mereka tidak dicela karena melakukan perbuatan dosa kecil seperti dusta, memandang yang haram, ghibah, dan perbuatan semisalnya. Mereka mengatakan bahwa Allah ta’ala mengancam dengan api neraka hanya kepada pelaku dosa besar.
Maka Allah ta’ala pun memberikan dorongan dan motivasi kepada mereka untuk mengerjakan kebaikan walaupun sedikit, karena suatu kebaikan yang sedikit itu akan bisa menjadi banyak juga.
Juga sekaligus Allah ta’ala memperingatkan mereka dari kejelekan walaupun kecil, karena suatu kejelekan yang sedikit dan kecil itu akan menjadi banyak dan besar juga.
Setelah itu turunlah ayat-Nya (artinya),
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (sesuatu yang terkecil) pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah (sesuatu yang terkecil) pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (az-Zalzalah: 7-8)(Tafsir Ibnu Katsir, [4/470-471])
Amalan Kecil yang Justru Menjadi Penentu
Beragam peristiwa yang terjadi di masa lampau, yang diberitakan oleh Rasululllah shalallahu’alaihi wasallam, harus menjadi pelajaran penting, bahwa sekecil dan sesepele apapun amalan dalam pandangan orang, ternyata bisa menentukan nasib seseorang di akhirat.
Dua hadits berikut menunjukkan akan hal tersebut:
⦁ Hadits Pertama: Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda (artinya), “Pada suatu ketika, ada seseorang yang sedang dalam perjalanan mengalami kehausan yang sangat hebat. Lalu ia mendapati sebuah sumur, kamudian turun dan meminum airnya. Tatkala ia naik dari sumur, ia mendapati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya hingga makan tanah karena rasa haus yang dialaminya. Orang tadi berkata,’Sungguh anjing ini sangat kehausan sebagaimana rasa haus yang aku alami tadi.’ Kemudian orang tersebut turun lagi ke sumur itu dan memenuhi sepatunya dengan air, lalu naik dengan menggigit sepatunya dan memberi minum anjing tersebut. Allah pun memuji orang tersebut dan memberikan ampunan kepadanya.” Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah memasukkan orang tersebut ke dalam surga. (HR. al-Bukhari no. 2190, Muslim no.4162)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang peristiwa di atas, “Amalan yang kecil dan ringan, namum Allah memberikan pujian kepada orang yang melakukannya dan mengampuni dosa-dosanya.” (Syarh Riyadhush Shalihin, [1/157])
⦁ Hadits Kedua: Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam memberitakan orang yang mengalami nasib sebaliknya, “Ada seorang wanita yang diadzab disebabkan seekor kucing yang ia kurung hingga mati. Ia masuk nereka disebabkan kucing tersebut. Ia tidak memberinya makan dan minum ketika mengurungnya dan tidak pula ia lepaskan agar bisa mencari serangga (makanan) di muka bumi.” (HR. al-Bukhari no. 3223, Muslim no. 4160)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Wanita tersebut masuk neraka dan diadzab di dalamnya disebabkan seekor kucing, na’udzubillah mindzalik, padahal hanyalah seekor kucing yang tidak sebanding dengan apa-apa. Namun karena wanita tadi berbuat jahat terhadapnya sedemikian rupa hingga kucing itu mati.” (Syarh Riyadhush Shalihin, [1/1888])
Dua orang yang mengalami nasib yang bertolak belakang “hanya” karena perlakuan yang berbeda terhadap binatang.
Sedikitnya Kebaikan Jangan Diabaikan, Kecilnya Kemungkaran Jangan Diremehkan
Ada lagi hadits yang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, sebagai motivasi untuk beramal kebaikan, sekecil apapun kebaikan itu. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda (artinya), “Sungguh aku pernah melihat seseorang yang bergelimang dengan kesenangan di surga, disebabkan sebuah pohon yang ia potong dari jalan, yang mana pohon tersebut sebelumnya mengganggu orang lewat.” (HR. Muslim no. 4745)
Hadits ini merupakan dalil yang menunjukkan keutamaan menghilangkan gangguan dari jalan dan merupakan sebab seseorang dimasukkan ke surga. (Syarh Riyadhush Shalihin, [1/145])
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam nasehatnya mengatakan, “Aku wasiatkan kepada Anda wahai saudaraku, dan kepada diriku sendiri, hendaknya Anda selalu bersemangat untuk memanfaatkan setiap amalan dengan niat baik agar Anda memiliki simpanan pahala di sisi Allah pada hari kiamat kelak.
Berapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat! Dan berapa banyak pula amalan besar menjadi kecil karena kelalaian dari pelaku amalan itu sendiri.” (Syarh Riyadhush Shalihin, [1/457]).
Dalam upayanya mengerjakan kebaikan, apapun bentuk dan ukurannya seseorang juga harus meninggalkan segala macam kemungkaran, meskipun remeh menurut pandangan orang. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam telah mengingatkan umatnya,
إيّاكم ومحقّراب فإنّهنّ يجتمعن على الرّجل حتّى يهلكنه
“Hati-hati dan waspadalah kalian dari dosa-dosa yang dianggap kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa tersebut (jika dilakukan terus-menerus) akan terkumpul pada diri seseorang hingga akhirnya bisa membinasakannya,”
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam mempermisalkan dosa-dosa kecil yang terkumpul itu seperti sekelompok orang yang singgah di tanah lapang. Ketika tiba saatnya untuk menyiapkan makanan, satu orang membawa sepotong kayu bakar, satu orang yang lain membawa kayu bakar juga, demikan seterusnya hingga orang terakhir, maka terkumpulah kayu dalam jumlah banyak. Lalu mereka menyalakan api dan mematangkan semua yang dilemparkan ke dalamnya. (HR. Ahmad no. 3627)
Semoga Allah ta’ala menjaga serta melindungi kita dari murka dan adzab-Nya. Amin.
Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis: Ustadz Abu Abdillah hafizhahullah