Hakekat Kemerdekaan
Edisi: 01 || 1440 H
Tema: Akidah
Kemerdekaan bangsa Indonesia berhasil diraih semata-mata berkat pertolongan Allah ta’ala. Kemudian hasil jerih payah perjuangan para pahlawan negeri ini. Mayoritas mereka adalah kaum muslimin.
Jihad Merebut Kemerdekaan
Agama Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamiin, tidak mengizinkan adanya kezhaliman dan penjajahan di muka bumi.
Ajaran Islam telah meniupkan kepada kaum muslimin semangat berjihad fi sabilillah. Umat Islam tak rela terhadap kekuatan angkara murka para penjajah kafir menginjak-injak kehormatan agama dan negara, serta memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Maka bangkitlah kaum muslimin berperang demi melawan kezhaliman dan kekejaman kolonial penjajah di negeri nusantara ini. Tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa ini, sekian kali peperangan kaum muslimin melawan para penjajah, baik Potugis, Belanda, Jepang, maupun sekutu. Kalimat tauhid “Laailaahaillallah” disertai pekikan takbir “AllahuAkbar!” benar-benar membangkitkan semangat kaum muslimin untuk ikhlas berjuang demi merebut kemerdekaan.
Ajaran tauhid menanamkan keberanian yang luar biasa, sebagai buah tawakkal kepada-Nya dan pantang takut kepada siapapun kecuali hanya kepada-Nya.
Islam Mengajak Untuk Merdeka
Agama Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad shalallahu ‘alaihiwasallam inti utamanya adalah Iman dan Tauhid.
Iman dan Tauhid merupakan kunci kemerdekaan dan kejayaan bagi kaum muslimin. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ ٱلْأَشْهَٰدُ
“Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (Ghafir: 51)
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ
“Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (ar-Ruum: 47)
Allah ta’ala akan memberikan kemenangan ini apabila kaum muslimin mau membela agama-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian membela (agama) Allah, niscaya Dia akan memenangkan kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.” (Muhammad: 7)
Membela agama Allah adalah menegakkan tauhid, yaitu memurnikan ibadah hanya kepada Allah tiada sekutu bagi-Nya, dan meninggalkan segala penyembahan kepada selain-Nya. Juga menegakkan syari’at Allah di muka bumi.
Inilah Hakekat Kemerdekaan
Yaitu ketika seseorang hamba memerdekakan dirinya dari penyembahan dan bergantung kepada sesama makhluk, menuju kepada peribadahan kepada Sang Pencipta makhluk satu-satu-Nya dan hanya bergantung kepada-Nya.
Melepaskan dirinya dari kesempitan kehidupan dunia, menuju kelapangan dan kebahagiaan kehidupan akhirat.
Kemudian dia tunduk dan patuh kepada segala aturan dari Sang Pencipta, Allah ta’ala.
Indonesia Meraih Kemerdekaan
Setelah berjuang bertahun-tahun, mengorbankan jiwa raga dan harta menegakkan jihad fi sabilillah demi mengusir para penjajah kafir, Allah ta’ala mengkaruniakan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Sungguh kemerdekaan adalah nikmat dari Allah ta’ala. Para pejuang bangsa ini mengakui bahwa kemerdekaan ini diraih berkat rahmat Allah ta’ala. Tanpa pertolongan-Nya, segala perjuangan sebesar apa pun tak akan memiliki arti.
Pengakuan tulus murni para pejuang bangsa ini, tertuang dalam pembukaan UUD 1945, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa …”.
Founding Fathers (Pada Pendiri) bangsa ini juga menyadari bahwa keimanan kepada Allah ta’ala merupakan pilar terpenting bagi keberlangsungan bangsa dan negara. Maka bangsa ini menetapkan prinsip iman kepada Allah sebagai sila pertama. Sebagaimana dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945, “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Kemudian sila pertama tersebut ditetapkan menjadi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sila pertama ini, sebagaimana ditegaskan oleh Bung Hatta sang proklamator kemerdekaan, adalah bermakna Tauhid, sedangkan keempat sila lainnya harus dikembalikan kepada sila pertama. Ditegaskan oleh Bung Hatta bahwa Allah ta’ala sangat menentukan, Ia Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. (Mohammad Hatta Hati Nurani Bangsa, Deliar Noer (2012), hal. 91)
Mensyukuri dan Mengisi Kemerdekaan
Apabila putra-putra bangsa ini tak pandai mensyukuri nikmat besar kemerdekaan, maka bangsa ini akan menuai petaka.
Hendaknya generasi muda penerus bangsa mengerti makna hakiki kemerdekaan. Bukan dengan euforia kemerdekaan, berbagai acara hiburan, pentas musik, serta berbagai kegiatan tak berguna lainya. Sungguh ayah-ayah kita para pejuang bangsa ini, seandainya melihat anak cucunya demikian kondisinya, tentu mereka tak akan rela.
Marilah umat Islam kembali kepada ajaran al-Qur’an dan sunnah Nabi-Nya, serta bagaimana para ulama salafushshalih memahami dan mengamalkannya. Allah ta’ala menjelaskan bagaimana sifat bangsa yang menang dan jaya:
-
Beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (an-Nur: 55)
Maka bangsa ini tidak boleh menyembah alam, gunung, matahari atau bergantung kepada benda-benda keramat. Tapi hendaknya beribadah murni hanya kepada Allah, bergantung dan bertawakkal kepada-Nya, serta mengharap rizki hanya kepada-Nya. Jangan pula mempercayai pada dukun dan tukang sihir.
-
Menegakkan shalat, membayar zakat dan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Allah ta’ala berfirman,
ٱلَّذِينَ إِن مَّكَّنَّٰهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ أَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَمَرُوا۟ بِٱلْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا۟ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلْأُمُورِ
“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (al-Hajj: 41)
Bangsa yang merdeka harus menegakkan shalat dan membayar zakat. Yang berarti harus menjadi bangsa yang taat menjalalankan hukum-hukum agama. Kemudian mengajak dari mungkar (Amar Ma’ruf Nahi Munkar). Ini juga merupakan salah satu kunci kesuksesan.
Allah ta’ala berfirman,
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang sukses.” (Ali Imran: 104)
Amar Ma’ruf Nahi Munkar dilakukan dengan cara yang baik, tepat dan penuh hikmah sesuai dengan bimbingan agama. Jauh dari cara kekerasan, anarkhis, pengerahan massa dan main hakim sendiri.
Jika ini terwujud, maka akan terwujud stabilitas nasional yang aman, tertib dan membuahkan integrasi bangsa.
-
Banyak beristighfar dan bertaubat kepada Allah ta’ala.
Manusia sering salah dan lupa. Terlalu banyak dosa dan kemaksiatan, baik sengaja maupun tidak. Dosa dan maksiat itu berdampak negatif, baik terhadap individu, masyarakat dan bangsa. Maka sebagai bangsa yang beriman dan berperadaban kita harus banyak bertaubat dan beristighfar kepada Allah Yang Maha Pengampun. Inilah kunci agar bangsa ini menjadi makmur, kuat dan jaya.
Allah ta’ala berfirman,
وَيَٰقَوْمِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا۟ مُجْرِمِينَ
(Nabi Hud barkata) “Hai kamumku, mohonlah ampun kepada Rabb kalian lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras kepada kalian dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian, dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa.” (Hud: 52)
Itulah sifat dan karakter bangsa yang menang dan jaya. Yang mengerti hakekat kemerdekaan dan akan mampu mengisinya dengan tepat dan benar sesuai koridor keimanan kepada Allah ta’ala.
Apabila putra-putra bangsa ini tak pandai mensyukuri nikmat besar kemerdekaan, maka bangsa ini akan menuai petaka.
Mari kita renungkan firman Allah ta’ala,
وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلْجُوعِ وَٱلْخَوْفِ بِمَا كَانُوا۟ يَصْنَعُونَ
“Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi teteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari berbagai penjuru, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (an-Nahl: 112)
Semoga Allah ta’ala senantiasa menjaga pemerintah dan rakyat Indonesia dari berbagai kejelekan dan marabahaya. Amiin.
Penulis: Ustadz Abu Amr Alfian hafizhahullah