Surga dan Neraka dalam Prinsip Keimanan
Edisi: 10 || 1441 H
Tema: Akidah
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Beriman tenntang keberadaan surga dan neraka merupakan prinsip yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Betapa tidak, karena mengingkari atau meragukan keberadaan keduanya, merupakan kekufuran yang dapat menghapuskan iman.
Kaum mukminin yang meyakini keberadaan surga dan neraka berbeda-beda dalam tingkat keimanan mereka. Semakin kuat keimanan seseorang maka semakin kuat hasratnya untuk meraih surga serta menyelamatkan diri dari api neraka. Sehingga dia akan berusaha melakukan amal shalih dan menjauhi kemaksiatan demi meraih cita-citanya itu.
Oleh karena itu, penting kiranya mempelajari prinsip-prinsip yang berkaitan dengan keimanan terhadap surga dan neraka guna memperkokoh keimanan kita. Berikut tiga prinsip yang wajib dipahami dan diyakini dalam perkara ini.
Pertama: Surga dan Neraka Adalah Seseuatu yang Nyata
Banyak ayat dalam al-Qur’an yang menggabungkan antara penyebutan ancaman neraka dengan janji surga. Di antaranya adalah firman Allah ta’ala (artinya),
“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) — dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shalih, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (al-Baqarah: 24-25)
Hampir setiap kali disebutkan tentang surga dalam al-Qur’an, maka akan selalu diikuti dengan penyebutan neraka, demikian pula sebaliknya. Barangsiapa yang berusaha merenungi kendungan al-Qur’an niscaya tidak akan sulit baginya untuk mendapati hal ini.
Banyaknya penyebutan mengenai surga dan neraka di dalam al-Qur’an, menunjukkan bahwa keimanan terhadap surga dan neraka adalah masalah yang sangat penting dalam syariat agama islam. Sampai-sampai Allah ta’ala memberi jaminan surga bagi orang-orang yang meyakini tentang kebenaran surga dan neraka.
Hal ini disebutkan dalam sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam (artinya),
“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah saja, tidak ada sekutu baginya, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya serta kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah benar adanya, neraka adalah benar adanya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga atas amalan apapun yang telah ia lakukan.” (HR. al-Bukhari no. 3435 an Muslim no. 28 dari shahabat Ubadah bin Shamit radhiallahuanhu)
Sebaliknya, perbuatan mendustakan keberadaan surga dan neraka adalah suatu bentuk kekufuran yang akan menyeret pelakunya ke dalam neraka. Allah ta’ala berfirman,
يَوْمَ يُدَعُّوْنَ اِلٰى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا. هٰذِهِ النَّارُ الَّتِيْ كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُوْنَ
“Pada hari (ketika) itu mereka didorong ke neraka Janannam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka), “Inilah neraka yang dahulu kalian mendustakannya.” (at-Thur: 13-14)
Kedua: Surga dan Neraka Keduanya Telah Tercipta
Allah ta’ala telah menciptakan surga dan neraka pada zaman yang telah lampau. Terkhusus surga, Allah ta’ala telah menjadikannya sebagai tempat tinggal bagi nabi Adam, sebelum beliau dikeluarkan darinya karena tipu daya iblis. Allah ta’ala berfirman (artinya),
“Wahai Adam, tinggalah engkau bersama istrimu dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi janganlah kalian berdua mendekati pohon yang satu ini. (Apabila mendekati) kalian berdua termasuk orang-orang yang zhalim.” (al-A’raf: 19)
Surga tersebut telah dipersiapkan sebagai tempat kembali bagi anak keturunan Adam yang beriman dan bertakwa. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda (artinya).
“Allah ta’ala berfirman, ‘Aku telah mempersiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih balasan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia, maka jika kalian mau bacalah (firman Allah ta’ala),
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati, sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan’.” (as-Sajdah: 17)” (HR. al-Bukhari no. 3244 dan Muslim no. 2824 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)
Adapun neraka maka Allah ta’ala telah mempersiapkannya bagi orang-orang kafir lagi mendustakan hari kiamat. Allah ta’ala berfirman,
وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْٓ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ ۚ
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan bagi orang yang kafir.” (Ali Imran: 131)
Surga telah Allah ta’ala ciptakan di tempat yang tertinggi di atas langit yang ketujuh. Allah ta’ala telah memperlihatkannya kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam pada peristiwa Isra’ Mi’raj. Ini ditunjukkan oleh firman Allah ta’ala (artinya),
“Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (melihat malaikat Jibril dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (an-Najm: 13-15)
Sidratul Muntaha adalah sebuah pohon bidara yang sangat besar di atas langit ketujuh. Lebih lanjut, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam menceritakan tentang peristiwa tersebut dalam hadits berikut, beliau bersabda (artinya),
“Kemudian Jibril membewaku sampai ke Sidratul Muntaha yang ketika itu diliputi oleh warna-warni, aku tidak mengetahui apa sebenarnya warna-warni tersebut. Kmeudian aku dimasukkan ke dalam surga dan ternyata di dalamnya terdapat untaian-untaian mutiara, dan tanahnya terbuat dari wewangian misik.” (HR. al-Bukhari no. 349 dan Muslim no. 163 dari shahabat Anas bin Malik radhiallahuanhu)
Allah ta’ala juga telah memperlihatkan neraka kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Beliau mengabarkannya kepada umatnya dalam sabdanya (artinya),
“Aku telah melihat ke surga maka aku dapati kebanyakan penghuninya adalah ornag-orang miskin. Dan aku melihat neraka maka aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita.” (HR. al-Bukhari no. 3241 dan Muslim no. 2603 dari shahabat Imran bin Husain radhiallahuanhu)
Demikian pula seorang yang telah meninggal dunia, dalam kuburnya ia diperlihatkan tempat kembali yang telah dipersiapkan baginya, apakah di surga atau di neraka. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda (artinya),
“Apabila salah seorang dari kalian telah meninggal dunia, maka akan diperlihatkan kepadanya tempat duduknya setiap pagi dan petang hari. Apabila ia termasuk penghuni surga maka akan diperlihatkan surga, dan apabila ia termasuk panghuni neraka maka akan diperlihatkan neraka. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Inilah tempat dudukmu, sampai Allah membangkitkanmu untuk menempatinya pada hari kiamat’.” (HR. al-Bukhari no. 1379 dan Muslim no. 2866 dari shahabat Abdullah bin Umar radhiallahuanhu)
Tidak hanya diperlihatkan tempat kembalinya di surga, seorang yang mendapat nikmat kubur pun akan merasakan pula hembusan anginya dan semerbak wangi aroma surga. Demikian pula sebaliknya, seorang yang mendapat adzab kubur akan mendaptkan hawa panan neraka dan bau busuknya. (lihat HR. Ahmad no. 18534 dari shahabat al-Bara bin ‘Azib radhiallahuanhu, dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah)
Dalil-dalil yang telah disebutkan menunjukkan bahwa surga dan neraka sekarang telah ada. Allah ta’ala tampakkan bagi siapa yang Ia kehendaki, dan merasakan sebagian dampak dari keberadaan surga dan neraka baik semasa hidupnya atau setelah kematiannya.
Ketiga: Surga dan Neraka Kekal Abadi dan Tidak Akan Fana.
Hal ini berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur’an dan Hadits yang shahih, antara lain sebagai berikut:
1. Penduduk surga akan mengalami kehidupan yang kekal abadi di dalamnya. Allah ta’ala berfirman,
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (an-Nisa’: 57)
2. Para penghuni surga tidak akan dikeluarkan darinya. Allah ta’ala berfirman,
لَا يَمَسُّهُمْ فِيْهَا نَصَبٌ وَّمَا هُمْ مِّنْهَا بِمُخْرَجِيْنَ
“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya.” (al-Hijr: 48)
3. Kenikmatan yang dirasakan penduduk surga juga merupakan kenikmatan yang kekal abadi selamanya. Allah ta’ala berfirman
اِنَّ هٰذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهٗ مِنْ نَّفَادٍۚ
“Sungguh, inilah rezeki dari Kami yang tidak ada habis-habisnya.” (Shad: 53)
4. Demikian pula penduduk neraka dari kalangan orang-orang kafir, mereka kekal abadi selamanya di dalam neraka dan tidak mengalami kematian. Bahkan adzab yang mereka rasakan tidak akan berkurang sama sekali. Allah ta’ala berfirman (artinya),
“Dan orang-orang kafir, bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya. Demikanlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (Fathir: 36)
5. Justru Allah ta’ala akan menambahkan adzab di atas adzab mereka. Allah ta’ala berfirman,
فَذُوْقُوْا فَلَنْ نَّزِيْدَكُمْ اِلَّا عَذَابًا
“Maka karena itu rasakanlah! Maka tidak ada yang Kami tambahkan kepada kalian selain adzab.” (an-Naba’: 30)
Demikian tiga prinsip keimanan terhadap surga dan neraka. Barangsiapa yang mengimaninya maka sungguh dia telah berjalan di atas akidah ahlussunnah wal jama’ah.
Wallahul muwaffiq.
Penulis: Ustadz Abu Ahmad hafizhahullah