Ramadhan Telah Berlalu, Jangan Menjadi Orang yang Melepas Apa yang Telah Ia Lakukan dengan Sungguh-Sungguh

Segenap pembaca rahimakumullah,
Ramadhan telah berlalu dan pergi meninggalkan kita. Padahal belum lama kita menyambutnya dengan mengucapkan: “Marhaban Ya Ramadan“, namun kini ia telah pergi.
Kepergian Ramadhan tentu meninggalkan pilu dan kesedihan dalam hati orang-orang beriman, karena Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Sementara tidak ada jaminan apakah di tahun depan kita masih bisa berjumpa dengannya lagi, ataukah justru kita telah pergi lebih dahulu.
Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata :
“Hati orang-orang bertakwa rindu kepada bulan ini dan merintih karena rasa sakit berpisah dengannya …
Bagaimana air mata seorang mukmin tidak berlinang karena berpisah dengannya, dalam kondisi dia tidak mengetahui apakah tersisa bagi dia umur untuk kembali bertemu dengannya?!
Aku teringat di hari-hari dan malam-malam yang telah berlalu…
Lalu berlinanglah air mata karena mengingatnya.
Adakah satu hari saja baginya untuk kembali…
Dan masih adakah waktu bagiku untuk bertemu kembali dengannya.”
(Lathaiful Ma’arif, hlm. 387).
Kepergian Ramadhan bukanlah berarti bahwa segala amal shalih lantas sirna dan berakhir.
Asy-Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah menasihatkan :
“Lanjutkanlah amal-amal shalih pada sisa bulan-bulan yang ada, dari amalan yang dahulu kalian kerjakan di bulan Ramadhan, karena sesungguhnya Tuhan seluruh bulan adalah satu, Dia Maha Mengawasi dan Maha Menyaksikan kalian (di seluruh bulan).
Sungguh Dia telah memerintah kalian agar mentaati-Nya di sepanjang hidup, dan barangsiapa yang menyembah bulan Ramadhan maka sesungguhnya bulan Ramadhan telah berlalu dan hilang, namun barang siapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Hidup dan tidak pernah mati. Maka hendaknya lanjutkanlah ibadah kepada-Nya di seluruh waktu.”
(Ithafu Ahlil Iman bi Durusi Syahri Ramadhan, hlm. 211-212).
Kewajiban ibadah berlaku seumur hidup, bukan hanya khusus di bulan Ramadhan
Segenap pembaca rahimakumullah,
Pahamilah dengan sebaik-baiknya, bahwa kewajiban ibadah berlaku seumur hidup bukan hanya khusus di bulan Ramadhan. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya,
(وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ یَأۡتِیَكَ ٱلۡیَقِینُ)
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai al-Yaqin (ajal) datang kepadamu.” (QS. Al-Hijr : 99).
Sungguh miris, ada sebagian orang yang semangat beribadah hanya khusus di bulan Ramadhan, Mereka rajin shalat berjamaah ke masjid, membaca Al-Qur’an, shalat tarawih sebagai pengganti shalat malam, akan tetapi tatkala Ramadhan berakhir, keadaan mereka berubah drastis, mereka sudah jarang ke masjid, jarang membaca Al-Qur’an, bahkan tidak pernah shalat malam.
Ada pula sebagian orang yang menganggap Ramadhan seperti sebuah penjara, ia menunggu kapan berakhirnya masa tahanannya agar ia bisa kembali berbuat maksiat dan melakukan perbuatan-perbuatan haram, hingga tatkala Ramadhan berakhir, dia benar-benar bergembira dan berbahagia karena telah bebas dari penjara dan berakhir masa tahanannya. Allahul mustaan, hanya Allah-lah tempat kita memohon taufik dan pertolongan.
Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala mengaruniai kita keistiqomahan di sepanjang waktu dan berakhir dengan husnul khotimah.
Amin ya Mujibas saa’ilin. (UAJFR).