Pembenaman ke dalam Bumi, Asap (ad-Dukhan) dan Matahari Terbit dari Barat

Telah lama berlalu dari kita pembahasan tentang tanda-tanda besar Kiamat. Alhamdulillah edisi kali ini kembali kita melanjutkan pembahasan tersebut, setelah kita lewati pembahasan tentang :
– Keluarnya al-Mahdi
– Munculnya ad-Dajjal
– Turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam, dan
– Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj.
Tanda berikutnya adalah: Khasf di Tiga Tempat
Makna khasf adalah hilang atau terbenamnya sebagian tempat ke dalam bumi. Salah satu tanda-tanda besar Kiamat adalah akan terjadi Khasf di tiga tempat di muka bumi ini. Sebagaimana berita dari Nabi:
إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ – فَذَكَرَ – ومنها : وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَب
“Sesungguhnya Kiamat itu tidak akan terjadi hingga kalian melihat sebelumnya sepuluh tanda, – kemudian beliau menyebutkannya – di antaranya, “Tiga penenggelaman, penenggelaman di timur, penenggelaman di barat, dan penenggelaman di Jazirah Arab.” (HR. Muslim, 2901 dari shahabat Hudzaifah bin Usaid).
Ketiga macam Khasf ini belum terjadi sebagaimana tanda-tanda besar kiamat lainnya. Khasf ini sangat besar dan merata. Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Sungguh telah dijumpai berbagai Khasf di banyak tempat. Namun yang dimaksud dengan tiga Khasf tersebut adalah lebih daripada yang sudah terjadi, yaitu lebih luas/merata tempatnya dan lebih besar.” (lihat Fathul Bari 13/84)
Tanda berikutnya : Kabut/Asap (ad-Dukhan)
Pada akhir zaman, akan keluar Kabut/Asap sebagai salah satu tanda-tanda besar Kiamat. Sebagaimana berita dari Nabi – yang tidak berkata berdasarkan hawa nafsu, namun bersumber dari wahyu yang beliau terima – :
إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ – فَذَكَرَ – الدُّخَان
“Sesungguhnya Kiamat itu tidak akan terjadi hingga kalian melihat sebelumnya sepuluh tanda, -kemudian beliau menyebutkannya– di antaranya, asap/kabut …” (HR. Muslim, 2901 dari shahabat Hudzaifah bin Usaid).
Keluarnya asap/kabut merupakan salah satu tanda kiamat yang sangat penting. Nabi memberikan peringatan secara khusus agar bersegera beramal shalih sebelum keluarnya enam tanda, di antara yang beliau sebutkan adalah asap/kabut.
Al-Imam Muslim meriwayatkan dari shahabat Abu Hurairah bahwa beliau bersabda,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا: الدَّجَّالَ، وَالدُّخَانَ، …
“Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya enam hal : ad-Dajjal, Kabut/Asap, …” (HR. Muslim 2947)
Tanda berikutnya : Matahari Terbit dari Barat!!
Di antara tanda-tanda yang sangat tampak nyata dan mencengangkan semua orang adalah tiba-tiba matahari terbit dari arah tenggelamnya, yakni dari arah barat!! Sungguh ini merupakan peristiwa yang tidak pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Matahari terbit dari barat, hanya terjadi pada saat itu saja, yang merupakan tanda-tanda Kiamat!!
“لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ فَرَآهَا النَّاسُ آمَنُوا أَجْمَعُونَ، فَذَلِكَ حِينَ: {لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ، أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا} [الأنعام: 158]
“Tidak akan terjadi hari Kiamat sampai matahari terbit dari barat. Apabila matahari terbit dari barat maka orang-orang pun melihatnya, lantas berimanlah mereka semuanya. Itulah ketika, “Iman seseorang tidak bermanfaat bagi dirinya, yang belum pernah beriman sebelumnya atau belum berbuat kebaikan dalam masa imannya.” (al-An’am 158). (HR. al-Bukhari 6506)
Dalam hadits tersebut Nabi menegaskan bahwa hari Kiamat tidak akan terjadi sampai didahului oleh terbitnya matahari dari arah barat. Tanda ini disaksikan oleh seluruh manusia, karena memang merupakan peristiwa yang benar-benar nyata dan keluar dari kewajaran yang selama ini berlangsung.
Pada hadits tersebut, Nabi juga memberitakan bahwa tatkala matahari terbit dari barat maka tidak bermanfaat lagi keimanan bagi seseorang yang belum beriman sebelumnya, dan tidak bermanfaat lagi amal kebaikan bagi seseorang yang belum beramal kebaikan sebelumnya.
Dari shahabat Abu Dzar, bahwa pada suatu hari Nabi bersabda,
«أَتَدْرُونَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ؟» قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ: ” إِنَّ هَذِهِ تَجْرِي حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَاجِدَةً، فَلَا تَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّى يُقَالَ لَهَا: ارْتَفِعِي، ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَرْجِعُ فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلِعِهَا، ثُمَّ تَجْرِي حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَاجِدَةً، وَلَا تَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّى يُقَالَ لَهَا: ارْتَفِعِي، ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَرْجِعُ فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلِعِهَا، ثُمَّ تَجْرِي لَا يَسْتَنْكِرُ النَّاسَ مِنْهَا شَيْئًا حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا ذَاكَ تَحْتَ الْعَرْشِ، فَيُقَالُ لَهَا: ارْتَفِعِي أَصْبِحِي طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ، فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِهَا “، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَتَدْرُونَ مَتَى ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِينَ {لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا} [الأنعام: 158] “
“Tahukah kalian kemana perginya matahari ini?” Para shahabat menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini terus berjalan hingga sampai di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tunduk bersujud. Dia terus demikian, hingga dikatakan kepadanya, “Bangkitlah dan kembalilah dari arah kamu datang (yakni dari arah timur, pen).” Maka matahari pun kembali, pagi hari dia terbit dari tempat terbitnya (timur, pen). Kemudian dia berjalan, manusia tidak mengingkari apapun darinya, hingga dia sampai di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy. Lalu dikatakan kepadanya, “Bangkitlah, esok pagi terbitlah kamu dari tempat terbenammu (barat)!” Maka esok paginya mataharipun terbit dari barat!! Kemudian Rasulullah bertanya, “Tahukah kalian kapan itu terjadi? Itu ketika “Tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya, yang belum pernah beriman sebelumnya atau belum berbuat kebaikan dalam masa imannya.” (al-An’am 158). [HR. Muslim 158]
Telah dijelaskan oleh para ‘ulama bahwa sujudnya matahari di bawah ‘Arsy setiap usai dia tenggelam setiap hari, itu adalah peristiwa yang hakiki, kita tidak tahu bagaimana itu terjadinya. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.
Para ‘ulama juga membantah pihak yang menakwilkannya kepada makna lain.
Al-Qadhi ‘Iyadh (w. 544 H) mengatakan, “Makna hadits tersebut adalah sesuai zhahir (redaksi)nya menurut ahli fiqh, ahli hadits, dan orang-orang yang berkecimpung di ilmu kalam dari kalangan Ahlus Sunnah. Berbeda dengan pihak yang menakwilkan makna hadits tersebut (kepada makna lain) dari kalangan ahli bid’ah dan kebatinan. Itu merupakan salah satu tanda-tanda kiamat yang besar dan dinantikan.” (lihat Ikmal al-Mu’allim 3/700)
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Menurut teks hadits ini, bahwa yang dimaksud dengan menetapnya matahari adalah berhentinya pada setiap hari dan setiap malam ketika dia bersujud … .” (lihat Fathul Bari 8/403)
Tidak Bermanfaat Lagi Iman dan Taubat pada hari itu!
Tidak diragukan, bahwa semakin zaman berlalu maka kita semakin mendekat kepada tanda-tanda kiamat yang masih belum terjadi. Hal ini menuntut kita untuk semakin waspada dan semakin mempersiapkan diri. Di antara tanda yang paling serius adalah terbitnya matahari dari barat. Sebuah tanda yang dimaksud dalam firman Allah, “Pada hari ketika telah datang sebagian ayat-ayat Rabb-mu, maka tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya yang belum beriman sebelum itu atau belum mengusahakan kebaikan dalam imannya.” (al-An’am : 158)
Nabi juga bersabda,
ثَلَاثٌ إِذَا خَرَجْنَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ، أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا: طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدَّجَّالُ، وَدَابَّةُ الْأَرْض
“Tiga hal apabila telah muncul maka maka tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya yang belum beriman sebelum itu atau belum mengusahakan kebaikan dalam imannya : terbitnya matahari dari arah barat, ad-Dajjal, dan keluarnya binatang dari perut bumi.” (HR. Muslim 158)
Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan, “Hadits-hadits yang mutawatir ini bersama dengan ayat yang mulia, adalah dalil bahwa barangsiapa yang mulai beriman atau mulai bertaubat setelah terbitnya matahari dari barat maka itu tidak diterima. Karena – wallahu a’lam – terbit matahari dari barat di antara tanda-tanda Kiamat yang menunjukkan sudah sangat dekat sekali terjadinya. Sehingga waktu itu (terbitnya matahari dari barat) diposisikan seperti hari Kiamat itu sendiri.
Nabi juga bersabda,
وَلا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ مَا تُقُبِّلَتِ التَّوْبَةُ، وَلا تَزَالُ التَّوْبَةُ مَقْبُولَةً حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنَ المَغْرِبِ، فَإِذَا طَلَعَتْ طُبِعَ عَلَى كُلِّ قَلْبٍ بِمَا فِيهِ، وَكُفِيَ النَّاسُ الْعَمَلَ
“Kewajiban berhijrah tidak terputus selama taubat masih diterima. Taubat akan terus diterima hingga matahari terbit dari barat. Apabila matahari telah terbit dari barat maka ditutuplah setiap hati dengan kondisi apa adanya saat itu, dan manusia diselesaikan dari amal.” (HR. Ahmad 3/133, 134).
Maka bersegeralah beramal dan bertaubat kepada Allah. Sebelum tanda kiamat tersebut datang secara tiba-tiba mengejutkan Anda. Allah berfirman : “Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan perjumpaan mereka dengan Allah; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: “Alangkah besarnya penyesalan kami atas kelalaian kami terhadap kiamat itu!“, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu!” (al-An’am : 31)
Nabi telah mengingatkan kita semua dalam sabdanya,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا: طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، أَوِ الدُّخَانَ، أَوِ الدَّجَّالَ، أَوِ الدَّابَّةَ، أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ
“Bersegeralah beramal sebelum munculnya enam hal : Terbitnya matahari dari barat, atau asap/kabut, atau ad-Dajjal, atau keluarnya binatang dari perut bumi, atau kematian, atau perkara yang terjadi menyeluruh.” (HR. Muslim 2947)
Al-Qadhi ‘Iyadh berkata, “Nabi memerintahkan mereka untuk bersegera beramal sebelum munculnya tanda-tanda tersebut. Karena apabila tanda-tanda itu telah muncul, maka akan mengejutkan dan menyibukkan mereka dari beramal, atau akan ditutup untuk mereka pintu taubat dan diterimanya amal.” (lihat Mirqah al-Mafatih, Ali al-Qari, syarh no. 5465).
Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis: Ustadz Abu Amr Alfian
Untuk mendapatkan buletin dalam bentuk file gambar/JPEG klik di sini: halaman 1, halaman 2, halaman 3, halaman 4.