Nasehat di Penghujung Bulan Ramadhan
BERSYUKUR KEPADA ALLAH
Wahai Para hamba Allah, sepatutnya kita bersyukur kepada Allah dan memujiNya atas berbagai keutamaanNya.
Dengan taufikNya semata kita dapat melalui siang dan malam bulan Ramadhan, bulan yang penuh kebaikan. Tentu, siapa saja yang mengetahui kedudukan bulan ini; dia akan berusaha mengerjakan segala yang Allah wajibkan serta menjalankan bimbingan dan sunnah rasulNya; berdzikir, tilawatul quran, shalat Tarawih pada malamnya, berpuasa pada siang harinya. Dia akan sibuk dengan berbagai kebaikan yang ada pada bulan tersebut.
Hanya saja kondisi mereka berbeda-beda dalam memperoleh keutamaan bulan ini.
– Diantara mereka ada yang Allah muliakan dengan memberinya taufik untuk memperoleh keutamaan bulan tersebut secara menyeluruh. Dan tidaklah ada kondisi mereka ini kecuali sedikit.
– Ada yang memperoleh setengahnya.
– Bahkan ada yang tidak memperoleh sedikitpun dari keutamaan bulan ini. Sungguh yang demikian ini karena Allah tahu kondisi mereka; semua Allah beri keutamaan berdasarkan kadar niat/atas dasar tujuan mereka. Allah Maha Pemurah dan Dia melipatgandakan keutamaan hambanya yaitu ketika hamba berbuat amalan ringan kemudian Dia lipat gandakan untuk mereka dengan (pahala) yang banyak.
ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar.” (QS. Al-Jumu’ah : 5).
MUHASABAH DAN BERHARAP DITERIMANYA AMAL IBADAH
Wahai Kaum Mukminin, sungguh tak lama lagi bulan ini akan berakhir. Hendaknya kita semua bermuhasabah terhadap apa yang berlalu padanya.
Apa yang telah kita persembahkan dari masing-masing kita?
– Barangsiapa yang mendapati dirinya berada dalam kebaikan (amal), maka hendaknya memuji Allah dan menyempurkannya dengan kebaikan.
– Jika dia mendapati dirinya masih kurang dalam menjalani ketaatan maka bersegeralah bertaubat.
Maka siapapun dia, yang mendapati dirinya di atas kebaikan ataupun yang mendapati dirinya kurang (dalam menjalan ibadah pada bulan tersebut), hendaknya ia akhiri bulan ini dengan penutupan yang baik.
Kemudian, wajib baginya untuk senantiasa khawatir dan takut jikalau saja amalannya tidak diterima, karena Allah berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنْ الْمُتَّقِين
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah : 27).
Maka perhatikan jiwa kalian, perhatikan niat dan tujuan kalian. Tidaklah pantas seorangpun untuk merasa takjub dengan amalannya, atau dia merasa telah sempurna dalam melakukan kewajiban dan dia beranggapan telah menunaikan hak Allah; bahkan yang pantas adalah meyakini dirinya masih kurang, menghitung dirinya alpa dan tidak sempurna dihadapan Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ* أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُون
“Orang-orang yang memberikan (berinfaq) apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. al-Mukminun : 60).
Terdapat sebuah hadits yang menjelaskan maksud ayat ini. Yaitu ketika Ummul mukminin Aisyah bertanya kepada Rasulullah,
“Apakah mereka itu para peminum khamr dan pencuri?.” Maka Rasulullah menjawab, “ “Bukan wahai putri ash-Shiddiq. Mereka itu adalah orang yang berpuasa, sholat dan bersedekah dalam keadaan mereka takut jikalau amalan mereka tidak terima. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (HR. At-Tirmidzi No. 3175).
AMALAN MULIA DI PENGHUJUNG BULAN RAMADHAN
Wahai Para hamba Allah, sesungguhnya Allah telah mensyariatkan beberapa amalan mulia sebagai penutup bulan Ramadhan.
Pertama, takbir pada malam Ied; ketika telah terlihat hilal dan dipersaksikan oleh pemerintah tentang hal tersebut. Maka sungguh saat itulah kalian besarkan Allah dengan bertakbir serta perbanyaklah takbir padanya.
الله أكبر، الله أكبر لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Agungkanlah Allah dengan senantiasa memperbanyak takbir pada malam Ied. Begitu pula ketika engkau berjalan menuju tempat shalat Ied sampai imam datang.
Kedua, Allah syariatkan sedekah/zakat fitrah; menyedekahkan makan pokok yang digunakan oleh penduduk suatu negeri dengan kadar satu Sha’ nabawy atau setara dengan ± 3kg. Jika terdapat kelebihan takaran maka itu adalah bentuk ihtiyath.
Shahabat Ibnu Abbas menyebutkan,
“Rasulullah mewajibkan sedekah fitri; ia akan mensucikan jiwa seorang yang berpuasa dari perbuatan sia-sianya dan rafts, dan pemberian makan untuk orang miskin. Barang siapa yang bersedekah sebelum ditegakkannya shalat Ied maka itulah zakat yang diterima. Dan barangsiapa mengeluarkan setelah shalat maka terhitung sedekah.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Zakat merupakan kewajiban atas umat muslim; umat Muhammad yang kecil; anak-anak maupun yang besar. Laki-laki maupun wanita, seorang yang merdeka maupun hamba sahaya.
NASEHAT UNTUK YANG LUPA ZAKAT ATAU BELUM MENYETAHUINYA
Barang siapa yang lupa atau dia tidaklah mengetahui kecuali setelah shalat Ied hendaknya ia keluarkan (zakat tersebut) yang terhitung sebagai sedekah.
Dan barang siapa terluput dari hari Ied dan belum sempat mengeluarkan zakat, maka hendaknya ia qodha’ dan jangan ia tinggalkan begitu saja karena itu merupakan kewajiban setiap muslim.
Ketiga, diantara ibadah yang menjadi penutup bulan ini adalah Shalat Ied. Kaum muslimin keluar menuju tempat lapang. Demikianlah yang Afdhal. Dan jika terhalangi hal tersebut karena hujan dan lainnya maka shalat di masjid jami’. Sampaipun seorang wanita yang sedang datang bulan pun dihasung untuk menghadiri pelaksanaan shalat ied. Karena shalat ied merupakan syiar Islam yang agung. Maka tidak sepatutnya untuk bermudah-mudah untuk tidak menghadiri. Semoga Allah memberikan taufiq.
Kemudian yang terpenting dan prinsip dasar bagi seorang muslim adalah beridul fitri dan mengakhiri ramadhan bersama pemimpin kaum muslimin.
Tidaklah dibenarkan menyelisihi mereka. Walaupun seorang telah melihat hilal, akan tetapi belum diterima persaksiannya maka wajib baginya dan rakyat mendengar dan taat.
Allah tetap menerima ibadah puasa, walau mungkin terjadi kesalahan pada keputusan.
Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (artinya),
“Puasa (Ramadhan) adalah di hari kalian berpuasa, waktu beridulfitri adalah ketika manusia beridul fitri, dan hari raya idul Adha adalah ketika kalian beridul adha.” (HR. At-Tirmidzi No. 700).
Demikian ini, karena Islam menginginkan agar pemeluknya tidak berselisih dan hendaknya mereka berjamaah dengan mendengar dan taat kepada para memimpin mereka. Ini pula yang dibimbingkan oleh para shahabat Nabi seperti Aisyah dan Abdullah ibnu Masud serta bimbingan para ulama’ ahlis sunnah.
Maka bertakwalah kalian kepada Allah wahai para hamba Allah, hendaknya kalian memperbanyak isfighfar dan taubat. Karena istighfar akan menutupi kekurangan yang ada pada amal shalih.
TUNAIKAN HAK ALLAH DI SETIAP WAKTU
Wahai Para hamba Allah, jika saja Ramadhan ini berakhir maka sesungguhnya hak Allah tidaklah berakhir kecuali kematian telah menjemput hamba.
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِين
“Dan beribadahlah sampai datang ajal.” (QS. al-Hijr : 99).
Allah adalah Rabb bulan Ramadhan, Rabb bulan Syawwal dan Rabb dari seluruh bulan.
Maka bertakwalah kepada Allah di bulan apapun. Jagalah agama kalian, jagalah agama kalian, jagalah agama kalian dalam seluruh kehidupan.
Karena itu adalah perbendaharan termulia kalian di sisi Allah. Ia akan menjadi sebab tersematkannya kalian dari api neraka.
Jaga agama kalian dan pegang teguhlah ia pada setiap bulan dan pada setiap waktu.
BERGEMBIRA KARENA DIBERI KEMUDAHAN UNTUK MENJALANKAN IBADAH RAMADHAN
Sesungguhnya berakhir bulan Ramadhan disusul dengan rasa syukur, dan istighfar serta dibarengi dengan suka cita karena Allah telah memberikan kemampuan bagi kita berpuasa dan menjalankan berbagai kebaikan. Atas dasar inilah kita bersyukur. Bukan bersyukur atas dasar berakhirnya bulan Ramadhan.
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus : 58).
Hendaknya kita berhari-hati dari lahwu, laib, banyak lalai atau bahkan berpaling dari ketaatan kepada Allah. Karena syaithan sangat bersemangat untuk menghanguskan amal kalian dan apa yang telah kalian upayakan.
Sebagian manusia ketika telah berakhir Ramadhan, dia merasa bebas merdeka seperti baru keluar dari penjara. Kemudian dia kembali pada perkara sia-sia, menelantarkan sholat dan berbagai perkara yang mungkar. Maka jangan kalian urai dan telantarkan kebaikan yang telah kalian tunaikan.
وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثاً
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. an-Nahl : 92).
Wallahu a’lamu bish shawab