Kiat Mempertahankan Ibadah Pasca Ramadhan

Bulan Ramadhan dengan segala kebaikan dan barakah di dalamnya telah pergi meninggalkan kita, di antara barakah pada bulan Ramadhan Allah ‘Azza wa jalla memberikan kemudahan bagi kita untuk melaksanakan berbagai ketaatan dan amalan shalih.
Namun dengan usainya bulan Ramadhan bukan berarti telah usai pula kewajiban dan tugas seorang hamba untuk menghambakan dirinya kepada Rabb semesta alam, bahkan bulan Ramadhan adalah kesempatan yang Allah anugerahkan kepada kita untuk memperbaiki diri-diri kita agar menjadi hamba yang lebih beriman dan bertakwa kepada-Nya.
Hak Allah ‘Azza wa jalla untuk diibadahi harus senantiasa dijaga dan diperjuangkan oleh seorang hamba hingga ia menghadap Rabb-Nya, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.”
(QS. Al-Hijr 15 : 99).
Oleh karenanya penting bagi seorang hamba mukmin untuk menempuh langkah-langkah yang dengannya ia dapat meraih keistiqamahan dalam beribadah kepada Allah ‘Azza wa jalla pasca bulan Ramadhan, diantara sebab tersebut yang dapat kami paparkan adalah :
1. Hendaknya seorang hamba memperbanyak doa memohon pertolongan kepada Allah ‘Azza wa jalla dalam upayanya menempuh keistiqamahan diatas ketaatan kepada Rabnya, diantara doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa,
“اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صرف قُلُوبَنَا على طَاعَتِكَ”
“Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan kepada-Mu!”
(HR. Muslim 2654).
Begitupula diantara doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada shahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,
“اللَّهُمَّ أَعَنِّي عَلَى ذكرك، وشكرك، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ”
“Ya Allah tolonglah kami untuk bisa berdizkir kepada-Mu, bisa bersyukur dan dapat beribadah dengan baik kepada-Mu.”
(HR. Abu Dawud no 1522).
2. Berupaya untuk menjaga amalan shalih sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya walaupun amalan tersebut hanya sedikit, sehingga tidak muncul pada jiwanya sikap jenuh dan merasa berat untuk beramal shalih, dikarenakan itulah amalan yang lebih Allah cintai sebagaimana sabda Nabi Shallallahu “alaihi wa sallam,
“أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ”
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling konsisten meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari no 6464 dan Muslim 783).
3. Hendaknya seorang hamba memilih kawan dan lingkungan yang dapat mendukung ia untuk bisa meraih keistiqamahan diatas ketaatan kepada Allah ‘Azza wa jalla, bukankah kita kemarin pada bulan Ramadhan merasakan kemudahan dalam melaksanakan puasa, diberikan kemudahan dalam menegakkan qiyamullail (terawih) dan mudah membaca al-Qur’an, kenapa ? dikarenakan orang-orang di sekeliling kita adalah kaum muslimin yang sama-sama melaksanakan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa jalla, sehingga jiwa kita juga terdorong dan ingin berlomba-lomba dalam mengamalkan berbagai amalan ketaatan seperti mereka.
Sungguh betapa agung perintah Allah Subhanahu wa ta’ala dan nasehat-Nya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam ayat-Nya,
وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَٰوةِ
وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥ ۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَٰوةِ ٱلدُّنۡيَا ۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطًا
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Rab mereka pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.”
(QS. Al-Kahf 18 : 28).
Semoga sekelumit pemaparan di atas dapat membantu kita bisa menggapai keistiqamahan dalam menjalankan berbagai ketaatan hingga kita semua berjumpa dengan ar-Rahman dengan mendapatkan keridhaan dari-Nya, Amiin…