Aqidah

KELUARNYA API DARI NEGERI YAMAN [Beriman terhadap Hari Akhir (10) ]

Pembahasan kita pada kali ini adalah tentang tanda besar hari kiamat yang terakhir muncul dari tanda-tanda besar lainnya yang disebutkan Rasulullah. Tanda tersebut juga sekaligus tanda awal terjadinya hari kiamat, artinya apabila tanda tersebut muncul maka ketahuilah bahwa kiamat segera terjadi dan dunia segera fana, hancur tanpa bersisa.

Tanda tersebut tidak lain adalah munculnya api besar dari negeri Yaman. Ini sebagaimana yang tercantum dalam kitab Shahih Muslim dari shahabat Hudzaifah bin Usaid Al Ghifary, bahwa Nabi melihat para shahabat dalam keadaan sedang menyebut-nyebut tentang hari kiamat, maka Rasulullah menyebutkan:

إِنَّهَالَنْتَقُومَحَتَّىتَرَوْنَقَبْلَهَاعَشْرَآيَاتٍ

“sesungguhnya hari kiamat itu tidak akan terjadi sampai kalian melihat terlebih dahulu sepuluh tanda”

Kemudian beliau menyebutkan tanda-tanda tersebut, dan beliau menyatakan bahwa pertanda yang paling akhir muncul adalah keluarnya api besar dari negeri Yaman yang akan menggiring seluruh manusia ke mahsyar (tempat berkumpul) mereka.

Namun pada hadits yang lain justru peristiwa ini disebutkan sebagai tanda kiamat yang paling pertama muncul. Dalam Shahih al-Bukhari shahabat Anas bin Malik bercerita tentang awal kedatangan Nabi ke Madinah. Abdullah bin Salam, yang ketika itu masih beragama Yahudi dan termasuk ulama mereka, saat mendengar kedatangan beliau, ia menemui Rasulullah untuk menguji kebenaran risalah yang beliau bawa.

Dia bertanya kepada Rasulullah tentang tiga perkara yang tidak akan bisa menjawabnya kecuali seorang nabi. Maka beliau pun menjawab ketiga pertanyaan tersebut dengan jawaban yang telah diwahyukan Jibril kepada beliau.

Di antara pertanyaan tersebut adalah: apakah tanda kiamat yang paling pertama terjadi? Maka jawaban beliau:

أَمَّاأَوَّلُأَشْرَاطِالسَّاعَةِفَنَارٌتَحْشُرُالنَّاسَمِنْالْمَشْرِقِإِلَىالْمَغْرِبِ

“Adapun tanda kiamat yang pertama adalah api yang akan menggiring manusia dari arah timur ke arah barat”

Peristiwa keluarnya api ini dianggap sebagai tanda kiamat terakhir karena apabila dibandingkan dengan semua tanda-tanda kiamat besar yang disebutkan Rasulullah pada hadits tersebut, maka tanda ini adalah tanda terakhir.

Namun dianggap sebagai tanda hari kiamat pertama ditilik dari kenyataan bahwa setelah berakhirnya peristiwa ini tidaklah tersisa dari kehidupan dunia sedikit pun, bahkan yang akan terjadi setelahnya adalah peniupan sangkakala yang menunjukkan akhir dunia. Maka peristiwa ini menunjukkan awal terjadinya kiamat (kehancuran alam).

Tempat keluarnya

Pada hadits yang telah kami bawakan di atas disebutkan bahwa tempat keluarnya api tersebut adalah negeri Yaman, namun tidak disebutkan dari bagian negeri Yaman yang mana. Pada riwayat lain dari hadits tersebut disebutkan tempat keluarnya dengan lebih spesifik. Rasulullah bersabda:

وَنَارٌتَخْرُجُمِنْقُعْرَةِعَدَنٍ

“Dan api yang akan keluar dari dasar bumi Aden” (HR. Muslim 5163)

Aden adalah salah satu kota di pesisir pantai Yaman bagian selatan yang telah ada sejak zaman Nabi sampai sekarang.

Hadits ini menunjukkan permulaan keluar api dari dasar bumi Aden kemudian menyebar ke seluruh bumi. Sehingga tidak ada pertentangan dengan riwayat lain yang menyebutkan bahwa api akan menggiring manusia dari timur ke barat.

Keadaan manusia ketika digiring menuju tempat berkumpulnya

Pada hari terjadinya peristiwa mencengangkan sekaligus menakutkan ini, manusia berlarian untuk menyelamatkan diri menuju tempat yang aman dari lalapan api yang berkobar di belakang mereka.

Rasulullah mengisahkan tentang keadaan mereka dalam hadits Abu Hurairah:

“Manusia akan digiring dalam tiga keadaan: dalam keadaan berharap dan cemas, dua orang berkendara di atas satu unta, tiga orang di atas satu unta, bahkan sepuluh orang di atas satu unta, sedangkan orang-orang yang tersisa akan digiring oleh api, api itu menyertai mereka ketika mereka tidur malam, menyertai mereka ketika tidur siang” para rawi berkata: “dan menyertai mereka di pagi hari, juga menyertai mereka di sore hari.” (HR. al-Bukhari 6041 dan Muslim 5105, dan ini lafadz Muslim)

Berdasarkan hadits di atas, disimpulkan bahwa manusia akan dikumpulkan dalam tiga keadaan:

Kelompok pertama akan dikumpulkan dalam keadaan berharap dan cemas.

Kelompok kedua akan berkendara di atas unta, satu unta ketika itu akan dinaiki beramai-ramai, ada yang dikendarai dua orang, tiga orang, bahkan sepuluh orang.

Lalu bisakah hal itu terjadi?

Yakni berkendaranya banyak orang di atas satu unta?

Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah mereka bergantian menaiki unta tersebut. Sebagian yang lain mengatakan bahwa pada saat itu Allah memberikan kekuatan pada unta-unta sehingga mampu melakukan hal itu. Namun tampaknya yang dimaksud, wallahu a’lam, bahwa hal ini menunjukkan sedikitnya kendaraan yang bisa ditunggangi saat itu sehingga mereka terpaksa mengendarai satu unta bersama-sama. (Syarh Kitabul Fitan wa Asyrathus Sa’ah min Shahih Muslim hal 189)

Kelompok ketiga akan digiring oleh api. Api tersebut tidak meninggalkan mereka sama sekali sampai tiba di mahsyar.

Semua manusia yang dikumpulkan pada saat itu adalah orang-orang yang paling buruk, karena kiamat tidaklah terjadi kecuali pada seburuk-buruk manusia. Rasulullah bersabda dalam hadits Abdurrahman bin Syamasah Al Mahry:

لَاتَقُومُالسَّاعَةُإِلَّاعَلَىشِرَارِالْخَلْقِهُمْشَرٌّمِنْأَهْلِالْجَاهِلِيَّةِلَايَدْعُونَاللَّهَبِشَيْءٍإِلَّارَدَّهُعَلَيْهِم

“Tidaklah terjadi hari kiamat kecuali pada manusia-manusia paling buruk, mereka lebih buruk dari orang-orang jahiliyah, tidaklah mereka berdoa kepada Allah dengan sesuatu kecuali Allah tolak doa mereka” (HR. Muslim 1924)

Mahsyar (tempat berkumpul)

Api yang keluar dengan dahsyatnya tersebut akan menggiring manusia ke mahsyar (tempat berkumpul) mereka, sebagaimana dalam hadits Hudzaifah bin Usaid, lalu di mana mahsyar itu?

Mahsyar tersebut ada di negeri Syam (sekarang menjadi tiga negara), sebagaimana yang dijelaskan sendiri oleh Rasulullah ketika ditanya oleh para shahabat: wahai Rasulullah, maka apa yang engkau perintahkan kepada kami (ketika telah muncul api tersebut)? Maka beliau menjawab:

عَلَيْكُمْبِالشَّامِ

“Hendaknya kalian menuju Syam” (HR. Ahmad 5502 dari shahabat Ibnu Umar, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albany).

Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda:

إنكممحشورون–ونحابيدهنحوالشام- رجالاوركباناوتجرونعلىوجوهكم

“Sungguh kalian akan dikumpulkan”, beliau mengisyaratakan dengan tangannya ke arah Syam “dengan berjalan kaki, atau berkendaraan, atau kalian diseret pada wajah-wajah kalian” (berkata Al Hafizh Ibnu Hajar: dikeluarkan oleh At Tirmidzi dan An Nasa`i, sanadnya kuat [Fathul Bari 11/387]).

Rasulullah juga bersabda:

الشامأرضالمحشروالمنشر

“Negeri Syam adalah tempat berkumpul dan pembangkitan” (HR. Al Bazzar dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albany dalam Shahih Al Jami’ 3726)

Maka mahsyar yang dimaksud oleh Nabi terletak di negeri Syam.

Waktu terjadinya

Para ulama berbeda pendapat apakah peristiwa berkumpulnya manusia tersebut terjadi sebelum kiamat ataukah setelahnya, dan apakah mahsyar tersebut adalah padang mahsyar tempat berkumpulnya manusia di hadapan Rabb mereka pada hari kiamat, ataukah bukan.

Yang menjadi penentu dalam permasalahan ini adalah hadits Rasulullah:

سَتَخْرُجُنَارٌمِنْحَضْرَمَوْتَأَوْمِنْبَحْرِحَضْرَمَوْتَقَبْلَيَوْمِالْقِيَامَةِتَحْشُرُالنَّاسَ

“Akan keluar api dari Hadramaut atau dari laut Hadramaut sebelum hari kiamat, (api itu) akan menggiring manusia.” (HR. Ahmad 5502 dari shahabat Ibnu Umar, dishohihkan oleh Asy Syaikh Al Albany).

Al-Hafizh Ibnu Hajar menyampaikan argumen yang menguatkan pendapat tersebut, beliau menukilkan dari Al Khaththaby: “Peristiwa berkumpulnya manusia ini sebelum terjadinya kiamat, manusia dikumpulkan hidup-hidup ke negeri Syam, adapun peristiwa dikumpulkannya manusia dari kubur-kubur mereka menuju mauqif (tempat berdiri seluruh manusia di hadapan Allah) maka keadaannya berbeda dengan apa yang digambarkan di sini, di mana mereka berkendara di atas unta dan bergantian ketika mengendarainya. Sedangkan di padang mahsyar setelah hari kebangkitan, keadaannya seperti yang disebutkan di dalam hadits Ibnu Abbas:

حفاةعراةمشاة

“Tidak beralas kaki, tidak berbusana, berjalan kaki” (Fathul Bary 11/379)

Maka pendapat yang benar adalah peristiwa berkumpulnya manusia di negeri Syam ini terjadi sebelum hari kiamat.

Kemudian hendaknya dibedakan peristiwa keluarnya api ini dengan apa yang disebutkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:

لَاتَقُومُالسَّاعَةُحَتَّىتَخْرُجَنَارٌمِنْأَرْضِالْحِجَازِتُضِيءُأَعْنَاقَالْإِبِلِبِبُصْرَى

“Kiamat tidak akan terjadi sampai keluar api dari tanah Hijaz, api itu akan menerangi leher-leher unta di Bushra” (HR. al-Bukhari 7118 dan Muslim 2902)

Api yang diberitakan oleh Rasulullah dalam hadits terakhir ini, sebagaimana yang disebutkan para ulama, termasuk tanda-tanda kecil terjadinya kiamat dan sudah terjadi beberapa abad yang lampau.

Seorang ulama terkemuka yang juga pakar sejarah, Al Imam Ibnu Katsir menyebutkan peristiwa tersebut dalam kitabnya Al Bidayah wan Nihayah, dan menggolongkannya sebagai peristiwa yang terjadi pada tahun 654 H.

Wallahu a’lam bish shawab.

Penulis: Ustadz Abu Ahmad Purwokerto

Satu Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Baca Juga
Close
Back to top button