Al-Imam Ibnu ‘Abdil Bar rahimahullah Ulama Ahli hadits dari Negeri Spanyol
Edisi: 12 || 1441H
Tema: Sirah
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Para pembaca yang berbahagia.
Jazirah Arab yang meliputi berbagai negara sejak zaman dahulu hingga sekarang memang telah terkenal sebagai wilayah sentra ilmu Islam dan tempat lahirnya pada ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Namun siapa yang menyangka kalau ternyata di suatu wilayah nun jauh di sana -di ujung barat daya Eropa tepatnya di Semenanjung Iberia yang notabene penduduknya adalah penganut Katolik Roma dan Yahudi- ternyata tercatat dalam sejarah dunia sebagai wilayah yang pernah menjadi sentral ilmu Islam dan banyak melahirkan ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Wilayah Semenanjung Iberia sendiri meliputi tiga negara, yaitu: Spanyol, Portugal dan Andorra. Di antara ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah yang lahir di wilayah tersebut adalah al-Imam Ibnu ‘Abdil Bar rahimahullah.
Asal Usul dan Kelahiran Ibnu Abdil Bar rahimahullah
Nama lengkap beliau adalah Yusuf bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Bar al-Qurthubi al-Andalusi al-Maliki. Kunyah (nama yang diawali dengan Abu atau Ummu) beliau adalah Abu Umar.
Dari sisi etnis, beliau berasal dari etnis arab tepatnya dari kabilah (suku) Namr bin Qasith. Kata al-Qurthubi adalah menunjuk kepada sebuah kota tempat kelahiran beliau yaitu kota Cordoba.
Kata al-Andalusi adalah menunjuk kepada sebuah negeri asal beliau yang terletak di Semenanjung Iberia yaitu negeri Andalusia (Spanyol) yang kala itu merupakan negeri kaum muslimin.
Kota Cordoba sendiri awalnya adalah kota utama bangsa Visigoth (Katolik Roma) hingga akhirnya berhasil ditaklukkan oleh kaum muslimin dan menjadi bagian dari wilayah kekhalifahan Bani Umayyah.
Di masa kekuasaan Islam, kota Cordoba dibangun dengan indah dan cantik. Jembatan besar yang kemudian dikenal dengan jembatan Cordoba dibangun di atas sungai al-Wadi al-Kabir yang membelah kota.
Dibangunnya taman-taman, tempat pemandian dan istana-istana di seantero kota, turut mempercantik keindahan kota Cordoba.
Tak luput pula banyaknya masjid-masjid yang dibangun dengan arsitektur Timur Tengah ikut menghiasi keindahan kota, terutama masjid besar Cordoba (Le Mezquita) yang sekarang dijadikan sebagai salah satu peninggalan sejarah dunia.
Kalangan ahli sejarah berbeda pandapat dalam menetapkan tanggal kelahiran beliau. Namun pendapat yang lebih kuat adalah yang menetapkan bahwa beliau dilahirkan pada hari Jum’at kelima saat khatib sedang berkhutbah, bulan Rabi’ul Akhir, tahun 368 Hijriah.
Masa Menuntut Ilmu
Ibnu Abdil Bar rahimahullah tumbuh berkembang di kota Cordoba yang menjadi ibu kota kekhalifahan Islam saat itu. Di masa itu kota Cordoba dikenal sebagai sentra ilmu di negeri Andalusia sebagaimana kota Madinah di negeri Hijaz dan kota Baghdad di negeri Iraq.
Masa remaja Ibnu Abdil Bar rahimahullah dihabiskan untuk mereguk berbagai bidang ilmu dari para ulama Cordoba.
Banyak sekali riwayat hadits yang dihafalkan oleh beliau sampai-sampai para ulama menggelari beliau dengan sebutan Hafizhul Maghrib (penghafal hadits wilayah barat). Keluarga beliau pun dikenal sebagai keluarga yang berilmu, zuhud dan memiliki keutamaan.
Sebut saja ayah beliau yang bernama Abdullah bin Muhammad, adalah seorang yang zuhud dan merupakan salah satu ulama ahli fikih kota Cordoba. Melalui jasa sang ayahlah, beliau dihubungkan dengan para ulama dan mengambil ilmu dari mereka.
Kakek beliau yang bernama Muhammad bin Abdil Bar dikenal sebagai ahli ibadah yang rajin melakukan shalat tahajud.
Ibnu Abdil Bar tidak pernah melakukan perjalanan menuntut ilmu keluar dari negeri Andalusia. Namun beliau menjelajahi seluruh negeri Andalusia mulai dari bagian timur sampai bagian barat untuk menuntut ilmu.
Di antara kota-kota yang pernah disinggahi oleh beliau adalah Daniyah, Valencia dan Xativa. Dengan kesungguhan dan semangatnya dalam menuntut ilmu, mengantarkan beliau menjadi seorang ulama yang mumpuni dalam berbagai bidang ilmu, baik: akidah, hadits, fikih, akhlak, sejarah. qira’ah, syair dan lain-lain.
Beliau pernah menjadi seorang hakim di kota Lisabon (sekarang ibu kota Portugal).
Guru-Guru Beliau
Beliau menuntut ilmu kepada para ulama Andalusia yang jumlahnya mencapai lebih dari 100 orang yang semuanya dikenal sebagai tiang-tiangnya ilmu. Guru-guru beliau dikenal sangat mumpuni dalam bidang hadits dan fikih.
Karena banyaknya guru-guru beliau, sehingga tidak cukup kiranya untuk dituliskan nama-nama mereka semua dalam lembaran ini, sehingga hanya disebutkan sebagiannya saja. Di antaranya adalah:
1. Abul Walid al-Baji Sulaiman bin Khalaf bin Sa’d bin Ayyub at-Tujibi.
Beliau adalah seorang ahli fikih madzhab Maliki, ahli hadits dan ahli sya’ir. Pernah menjabat sebagai qadhi (hakim).
2. Yahya bin Mujahid al-Fazari.
Beliau dikenal sebagai seorang yang zuhud, ahli ibadah dan ahli fikih.
3. Abdulllah bin Muhammad bin Abdul Mu’min.
Beliau merupakan tokoh pembesar ulama ahli hadits negeri Andalusia.
Akidah Beliau
Al-Hafizh adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Beliau adalah seorang pemimpin agama yang taat beribadah, orang yang terpecaya, kuat hafalannya, luas ilmunya, berpengang teguh dengan sunnah Nabi … Dan dalam perkara pokok agama, beliau mengikuti jejak pada salafus shalih, tidak terpengaruh dengan ilmu kalam (filsafat) dan bahkan kepribadian guru-guru beliau banyak mempengaruhi sosok beliau.” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih [1/15])
Pandangan Fikih Beliau
Al-Humaini rahimahullah berkata, ” … dalam masalah fiqih, beliau condong kepada pendapat-pendapat asy-Syafi’i.” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih [1/15])
Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Dan ada yang mengatakan bahwa pada awalnya beliau terpengaruh dengan madzhab Zhahiri (tekstual), kemudian berpindah kepada madzhab Maliki. Namun di sisi lain, beliau justru condong kepada fikih asy-Syafi’i dalam berbagai permasalahan dan tidak ada seorangpun yang mengingkarinya. Karena beliau termasuk dari ulama yang telah mencapai tingkatan ahli ijtihad.” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih [1/15])
Murid-Murid Beliau
Di bawah didikan beliau, lahirlah murid-murid yang kelak menjadi para ulama besar sebagaimana gurunya. Beliau memiliki banyak murid yang tidak cukup pula kiranya untuk disebutkan semua dalam lembaran ini. Di antara murid-murid beliau adalah:
1. Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm al-Andalusi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Hazm azh-Zhahiri. Beliau adalah seorang ulama besar yang mumpuni dalam bidang hadits dan fikih.
2. Abu Abdillah Muhammad bin Abi Nashr Futuh al-Azdi al-Andalusi. Beliau adalah seorang hafizh (penghafal hadits) yang kokoh hafalannya dan seorang pemimpin agama.
3. Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ahmad bin al-Arabi.
Karya-Karya Tulis Beliau
Beliau memiliki banyak sekali karya tulis dalam berbagai bidang ilmu, baik: akidah, fikih, adab, akhlak, tarbiyah (pendidikan), hadits, tarikh (sejarah), qira’ah (ilmu al-Qur’an) dan lain-lain.
Abu Thahir rahimahullah berkata. “…. dan secara kesimpulan bahwasannya beliau adalah seorang yang memiliki kedudukan yang mulia dan luas ilmunya. Karya-karya tulis beliau banyak sekali.” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih [1/16])
Di antara karya-karya tulis beliau adalah:
1. At-Tamhid Lima fil Muwaththa’ minal Ma’ani wal Asanid.
Kitab ini merupakan kitab syarh (penjelasan) terhadap kitab al-Muwaththa’ karya al-Imam Malik rahimahullah.
2. Al-Istidzkar fi Syarh Madzahib ‘Ulama al-Amshar mimma Rasamahu Malik fi Muwathaihi min ar-Ra’yi wal Atsar.
Kitab ini juga merupakan kitab syarh (penjelasan) terhadap kitab al-Muwaththa’ karya al-Imam Malik rahimahullah. Perbedaannya adalah kitab al-Istidzkar merupakan ringkasan dari kitab at-Tamhid.
Perbedaan lainnya adalah kitab at-Tamhid metode penyusunan babnya berdasarkan urutan nama perawi hadits sedangkan kitab al-Istidzkar metode penyusunan babnya berdasarkan susunan bab fikih sebagaimana dalam kitab induknya yaitu al-Muwaththa’.
3. Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih wa Maa Yanbaghi min Riwayatihi wa Hamlihi.
Merupakan karya tulis beliau dalam bidang akhlak, adab, dan pendidikan.
4. Al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ashab.
Merupakan karya tulis beliau dalam bidang sejarah dan biografi pada shahabat Nabi.
Pujian Para Ulama kepada Beliau
Banyak para ulama yang memberikan pujian kepada beliau, di antaranya adalah:
1. Abul Walid al-Baji rahimahullah berkata, “Belum pernah ada di negeri Andalusia orang yang (ilmunya) menyamai Abu Umar bin Abdil Bar dalam bidang hadits. Beliau adalah orang yang paling banyak hafalannya dari ahli Maghrib (penduduk wilayah barat).” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih [1/12])
2. Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Aku tidak mengetahui dalam ucapan terhadap fikih hadits orang yang menyamai beliau, apalagi dengan orang yang lebih baik dari beliau?” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih [1/16])
3. Ibnu Khalkan rahimaullah berkata, “Abu Umar Ibnu Abdil Bar adalah pemimpin umat pada masanya dalam bidang hadits, riwayat dan segala sesuatu yang terkait dengan keduanya.” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih [1/13])
Wafat Beliau
Beliau wafat di kota Syathibah (Xativa) yaitu sebuah kita di bagian timur Spanyol di provinsi Valencia pada malam Jumat akhir bulan Rabi’ ul Akhir tahun 463 H dalam usia 95 tahun. Semoga Allah ta’ala merahmati beliau. Amin ya Mujibas Sailin.
Wallahu a’lam bishshawab.
Penulis: Ustadz Muhammad Rifki hafizhahullah