Siroh

Seorang Perampok Taubat Jadi Ulama

 

Banyak yang mengira sosok ulama mesti muncul dari keluarga yang menekuni ilmu agama. Semenjak kecil dibiasakan dengan hafalan al-Quran, hadits dan materi-materi pendidikan agama. Dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai Islami dan adab yang terpuji.

Namun, siapa sangka ada sosok ulama yang memiliki latar belakang sebagai seorang perampok yang bengis. Kehidupannya dipenuhi dengan kekerasan dan kezaliman. Tentu tidak akan ada yang menyangkanya.

Akan tetapi hidayah Allah itu luas, meliputi seluruh makhluk-Nya. Jika Allah berkehendak memberikan hidayah, maka tidak ada yang kuasa menolaknya. Pintu taubat Allah buka selebar-lebarnya bagi seluruh hamba-Nya yang menginginkan untuk bertaubat.

Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh (105 – 187 H) rahimahullah, salah seorang ulama di masa tabi’ut tabi’in yang latar belakangnya sangat kontra dengan kedudukan beliau yang dikenal di mata manusia sekarang. Dahulu beliau adalah mantan begal atau perampok yang kemudian bertaubat hingga dikenal sebagai seorang ulama umat.

Biografi Ringkas al-Fudhail bin ‘Iyadh

Al-Fudhail bin ‘Iyadh bin Mas’ud at-Tamimi al-Yarbu’i, dikenal dengan kunyah (nama akrab) Abu ‘Ali, dijuluki sebagai Syaikhul Haram al-Makki (Syaikhnya negeri Haram, Mekah).

Salah seorang ulama yang dikenal zuhud, ahli ibadah dan hikmah.

Dalam bidang periwayatan ilmu hadits dinyatakan sebagai perawi yang tsiqah (sangat terpercaya) oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani. Banyak ulama yang meriwayatkan hadits darinya, antara lain Imam asy-Syafi’i.

Lahir di Samarkand, salah satu kota tertua di Uzbekistan, pada tahun 105 hijriyah atau sekitar 723 Masehi.

Tumbuh kembang di Abiward (daerah Turkmenistan), kemudian tinggal di Kufah-Irak.

Ketika menginjak usia tua, beliau pindah ke Mekah dan meninggal di sana pada tahun 187 Hijriyah atau 803 Masehi.

Kisah Imam al-Fudhail, Mantan Perampok Taubat Jadi Ulama

Diceritakan oleh Imam adz-Dzahabi rahimahullah di dalam kitab Siyar A’lam an-Nubala;

Dahulu al-Fudhail adalah seorang yang bengis dan perampok jalanan. Beroperasi di sekitar wilayah Abiward dan Sarkhas, bagian negeri Khurasan di waktu itu. Kini kedua wilayah tersebut merupakan bagian dari negara Turkmenistan.

Terkenal sebagai orang yang bengis dan jahat, kisah taubatnya berawal dari rasa iba kepada sebuah rombongan yang singgah saat dalam perjalanan.

Suatu ketika al-Fudhail mengendap-endap berupaya menaiki sebuah tembok.

Tiba-tiba ia mendengar lantunan suara al-Quran dibacakan;

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُم

“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah?” (QS. Al-Hadid : 16).

Mendengar ayat di atas, al-Fudhail bergumam dalam hati, “tentu ya Allah, sudah tiba saatnya.”

Maka ia pun kembali mengurungkan niatnya menaiki tembok rumah tersebut.

Larut malam membawanya ke sebuah bangunan rumah yang roboh. Ternyata ia mendapati satu rombongan tengah singgah dan bercakap-cakap.

Salah seorang dari mereka berkata mengajak, “Ayo kita lanjutkan perjalanan!”

“Tunggu sampai Subuh,” ujar sebagian yang lain. “Kita takut al-Fudhail menyerang kita malam-malam.” imbuhnya.

Al-Fudhail mulai berpikir dan merenung, “Aku lalui malam-malamku dengan maksiat, sementara di sana ada satu rombongan dari kaum muslimin yang takut kepadaku.

Tidaklah Allah membawaku kepada mereka melainkan supaya aku jera.

Ya Allah, sungguh aku bertaubat kepada-Mu. Akan aku wujudkan taubatku dengan tinggal dekat al-Baitul Haram (Mekah).”

Setelah itu ia tinggal di Mekah, kemudian tekun menuntut ilmu hingga menjadi ulama tersohor.

Sanjungan Para Ulama

Berbagai sanjungan para tokoh ulama, baik yang semasa dengan beliau maupun setelahnya, tak terhitung mengalir untuknya.

Imam an-Nasa’i, penulis Kitab Sunan, menyatakan tentang al-Fudhail:

“Dia tsiqah, terpercaya dan orang shalih.”

Imam Ibnul Mubarak yang notabene muridnya, menyanjungnya setinggi langit.

Ia menyatakan, “Menurutku, tidak ada satu orangpun di muka bumi ini yang lebih afdhal/baik daripada al-Fudhail bin ‘Iyadh.”

Ia juga berujar, “Aku lihat orang yang paling tekun beribadah adalah Abdul Aziz bin Abi Rawwad, dan yang paling wara’ adalah al-Fudhail bin ‘Iyadh.”

Imam Ibrahim bin al-Asy’ats mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang pengagungan di hatinya kepada Allah lebih besar daripada al-Fudhail bin ‘Iyadh.

Jika ia menyebut nama Allah atau disebutkan di hadapannya atau sedang mendengar al-Quran, tampak perasaan takut dan sedih darinya, air matanya mengalir deras.

Sampai orang-orang di sekitarnya merasa kasihan kepadanya. Rasa sedih dan pikiran mendalam senantiasa tampak darinya.”

Pelajaran dari Kisah al-Fudhail

Kisah al-Fudhail di atas sangat inspiratif dan penuh hikmah. Bagi seorang mukmin, tentu akan menambah keyakinannya terhadap kehendak dan hidayah Allah Ta’ala.

Segala sesuatu bisa berbolak-balik kondisinya sesuai dengan hikmah dan keinginan Allah.

Seorang yang awalnya perampok bengis dan berkelakuan sadis, tiba-tiba menjadi orang yang khusyuk dan berhati mulia. Bahkan menjadi salah satu ulama panutan umat yang disebut-sebut kebaikannya sejak tiga belas abad silam hingga sekarang.

Imam adz-Dzahabi setelah menguraikan cerita di atas memberi komentar,

“Bagaimanapun juga, dosa syirik jauh lebih besar dibandingkan perampokan. Betapa banyak orang bertaubat dari syirik kemudian menjadi orang-orang mulia umat ini.

Ubun-ubun hamba itu ditangan Allah. Hanya Dia yang mampu menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan memberi hidayah bagi siapa saja yang mau kembali bertaubat.”

Oleh karena itu, bagi Anda yang masih bergelimang dengan dosa dan maksiat, marilah kembali kepada Allah Ta’ala.

Sungguh, rahmat Allah itu Maha Luas, bisa jadi Anda diberi karunia menjadi manusia yang jauh lebih baik setelah bertaubat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyeru para hamba-Nya di dalam al-Quran,

قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah, “wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar : 53).

Demikian secuil kisah dari al-Fudhail, sang perampok yang bertaubat menjadi ulama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button