Adab

PAK . . . BU . . . TERIMALAH BAKTIKU

Disebutkan dalam sebuah pepatah, “Air susu dibalas dengan air tuba” Itulah realita pahit yang jamak kita dapati di sekitar kita. Yang lebih menyesakkan, realita tersebut menimpa tidak sedikit dari anak kaum muslimin. Realita yang dimaksud adalah tidak ditunaikannya hak orang tua oleh anak-anak mereka. Padahal, orang tua adalah orang yang paling berjasa bagi seseorang. Tanpa orang tua, seseorang tidak akan terlahir di dunia.

Para pembaca yang berbahagia, tidak jarang kebaikan orang tua sejak anak belum dilahirkan, saat masih dalam kandungan, ketika dilahirkan hingga sang anak dewasa, dibalas dengan kedurhakaan. Parahnya, kedurhakaan demi kedurhakaan datang silih-berganti dengan berbagai macam dan jenisnya. Seakan birrul walidain (berbakti kepada orang tua) menjadi suatu hal yang asing di masa ini. Padahal Allah mewajibkan birrul walidain setelah kewajiban menauhidkan-Nya. Begitu juga para nabi dan rasul memberikan teladan kepada kita dalam berbakti kepada orang tua. Para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para ulama pun mencontohkan hal ini. Mereka-lah salafush shalih, para pendahulu yang wajib untuk kita ikuti, baik dalam akidah, ibadah, amalan, muamalah, ilmu, maupun akhlaknya. Termasuk birrul walidain, amalan ibadah yang telah dipraktekkan dan diamalkan oleh mereka.

Betapa indah ucapan penyair,

وَكُلُّ خَيْرٍ فِيْ اتِّبَاعِ مَنْ سَلَفَ

وَكُلُّ شَرٍّ فِيْ ابْتِدَاعِ مَنْ خَلَفَ

Seluruh kebaikan ada pada mengikuti salaf (yang terdahulu)

Seluruh kejelekan ada pada bid’ah kaum khalaf (belakangan)

Pembaca, pembahasan kita kali ini tentang birrul walidain. Semoga pembahasan ini bisa mengingatkan kita yang selama ini lalai dari ibadah birrul walidain.

Kedudukan Orang Tua

Sesungguhnya diantara nikmat paling besar yang diberikan kepada seseorang adalah keberadaan kedua orang tuanya. Keduanya-lah yang menyebabkan dia ada. Mereka berdua-lah yang telah memberikan perawatan dan perhatian secara sempurna semenjak dalam kandungan hingga ia tumbuh dewasa. Ayah memberi nafkah, dan ibu memberi kasih sayang. Tidak samar lagi besarnya hak orang tua. Mereka memberikan kenikmatan kepada sang putra. Tidak ada pemberi kenikmatan setelah Allah selain kedua orang tua. Seorang ibu yang telah mengandungnya dengan penuh kepayahan. Ia melahirkannya dengan kelemahan, rasa letih ketika merawat dan capek ketika membesarkannya, menyusuinya dengan segala kekuatannya, serta mengutamakannya daripada dirinya sendiri.

Seorang ayah juga, berperan dalam terwujudnya seorang anak, mencintainya ketika sudah terlahir. Ia bersungguh-sungguh dalam mendidiknya, bekerja untuk membiayainya. Orang yang berakal akan mengetahui hak orang yang telah berbuat baik kepadanya dan berupaya untuk membalasnya. Oleh karena itu Allah jadikan hak kedua orang tua memiliki kedudukan yang tinggi. Bahkan Allah menjadikan hak tersebut setelah hak Allah dan rasul-Nya. Lebih dari itu, Allah menggandengkan hak mereka dengan hak Allah yaitu hak untuk diibadahi, yang ini merupakan hak yang paling besar dan kewajiban yang paling wajib serta kepentingan yang paling mendesak bagi manusia di dunia ini.

Urgensi Birrul Walidain

Sesungguhnya birrul walidain termasuk salah satu ibadah paling agung lagi paling mulia. Sebab, Allah menggandengkan ibadah ini dengan hak-Nya. Allah berfirman (artinya),

Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah kecuali kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.” (QS. al-Isra’: 23)

Allah juga berfirman (artinya),

Beribadahlah kepada Allah saja dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua kalian.” (QS. an-Nisa: 36)

Birrul walidain termasuk yang diwasiatkan oleh Allah. Allah berfirman (artinya),

Dan Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua.” (QS. al-‘Ankabut: 8)

Dalam ayat lain, “Dan Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua.” (QS. al-Ahqaf: 15)

Silaturahmi Tertinggi

Allah memuji orang-orang yang menyambung tali kekerabatan (silaturahmi). Allah berfirman (artinya),

Dan orang-orang yang menyambung hal-hal yang Allah perintahkan agar disambung, dan mereka takut kepada Rabb mereka serta takut kepada (perhitungan) hisab yang buruk.” (QS. ar-Ra’du: 21)

Sebaliknya, Allah melaknat orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi. Allah berfirman (artinya),

Dan orang-orang yang membatalkan janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutus hal-hal yang Allah perintahkan supaya disambung serta orang-orang mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (QS. ar-Ra’du: 25)

Dalam ayat lain, Allah berfirman (artinya),

Maka apakah kiranya jika berkuasa kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah dan ditulikan telinga mereka serta dibutakan penglihatan mereka. Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka telah terkunci?” (QS. Muhammad: 22-24)

Sebesar-besar tali silaturahmi adalah silaturahmi kepada kedua orang tua.

Pahala Birrul Walidain

Birrul walidain akan memperkuat hubungan antar manusia dan masyarakat. Dengannya akan tercapai kebaikan, kebahagiaan dan ketenangan dunia dan akhirat. Tidak hanya itu saja, Allah pun mengganjar dengan pahala yang besar bagi orang-orang yang berbakti dan menyambung silaturahmi dengan kedua orang tua. Sebaliknya Allah mengganjar dengan azab yang pedih bagi para pendurhaka dan pemutus silaturahmi dengan kedua orang tua.

Demikian juga Rasulullah, beliau memerintahkan umatnya untuk berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan beliau mendahulukan perintah birrul walidain sebelum perintah jihad. Dalam hadits dari shahabat Abdullah bin Mas’ud, dia bertanya kepada Rasulullah tentang amalan yang paling dicintai Allah. Maka Rasulullah bersabda,

الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا

“Shalat pada waktunya.”

Aku berkata, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab,

بِرُّ الْوَالِدَيْنِ

“Berbakti kepada kedua orang tua.”

Aku berkata, “Kemudian?” Dijawab,

الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ

“Berjihad di jalan Allah.”

Rasulullah juga menganjurkan umatnya untuk menyambung silaturahmi. Beliau bersabda,

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang menginginkan rezeki yang lapang dan umur panjang hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Anas bin Malik) Tentu, silaturahmi tertinggi adalah dengan orang tua.

Waspada Perbuatan Durhaka

Rasulullah mengategorikan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua sebagai dosa besar yang paling besar. Sebagaimana dalam sabda beliau,

أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَوْلُ الزُّورِ أَوْ قَالَ وَشَهَادَةُ الزُّورِ

“Paling besarnya dosa-dosa besar adalah berbuat syirik kepada Allah, membunuh jiwa (yang tidak halal untuk dibunuh), durhaka terhadap kedua orang tua, dan ucapan dusta atau persaksian palsu.” (HR. al-Bukhari dari shahabat Anas bin Malik)

Berdasarkan penjelasan di atas, berbakti kepada orang tua termasuk kewajiban yang paling besar, seutama-utamanya pendekatan diri kepada Allah dan perbuatan baik yang paling agung lagi paling wajib. Demikian pula sebaliknya, kedurhakaan kepada kedua orang tua termasuk dosa besar dan perbuatan yang paling keji lagi buruk. Dengan demikian birrul walidain merupakan ibadah yang agung, syiar yang besar, sekaligus ajaran yang memiliki kedudukan mulia lagi tinggi. Barangsiapa yang diberi taufik untuk bisa berbakti kepada orang tuanya sungguh ia telah diberi taufik dan petunjuk kepada kebaikan yang banyak. Sebaliknya siapa yang dihalangi dari ibadah ini, atau meremehkannya, sungguh ia telah merugi di dua negeri, dunia maupun akhirat, dengan kerugian yang begitu nyata.

Fakta yang Ada

Sangat disesalkan, di zaman kita ini birrul walidain menjadi ibadah yang telah disepelekan dan diremehkan. Banyak orang meremehkan ibadah ini. Hal tersebut tidaklah terjadi melainkan karena jauhnya dari Allah, jauh dari ilmu dan sibuk dengan dunia. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk bisa berbakti kepada kedua orang tua dan menjauhkan kita dari sikap durhaka terhadap kedua orang tua. Amin.

Wallahu a’lam.

Penulis: Ustadz Abu Abdillah Majdiy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Baca Juga
Close
Back to top button