Biografi

I B N U K A T S I R Tokoh Ahli Tafsir

Damaskus, Kota Ulama

Para pembaca yang berbahagia . . .

Pada masa khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan, Damaskus menjadi pusat pemerintahan yang sebelumnya berpusat di Kufah, Irak. Disamping itu, Damaskus juga menjadi kota ilmu. Madrasah-madrasah ilmu tumbuh dengan pesat di bawah bimbingan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah semisal Muhammad bin Syihab az-Zuhri, Makhul asy-Syami. Kemudian muncul generasi ulama setelahnya semisal Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayim al-Jauziyah, Ibnu Rajab al-Hanbali, Ibnu Katsir dll. Pada edisi kali ini kami akan mengupas secara ringkas biografi al-Hafizh Ibnu Katsir. Nama beliau tidak asing lagi di telinga kaum muslimin sebagai ulama ahli tafsir.

Nama dan Kun-yahnya

Ibnu Katsir bernama lengkap Ismail bin Umar bin Katsir bin Dhau’i bin Katsir bin Dhau’i bin Dar’i bin al-Qurasyi asy-Syafi’i al-Bushrawi ad-Dimasyqi. Ia digelari dengan ‘Imaduddin (penopang agama). Nama kunyahnya adalah Abul Fida’. Ia lebih dikenal dengan nama Ibnu Katsir, nisbat kepada sang kakek. Dalam fikih, Ibnu Katsir berpegang dengan madzhab Syafi’i. Namun begitu, ia tidak fanatik dengan madzhabnya tersebut.

Masa Kecil

Ibnu Katsir dilahirkan di Damaskus, Syam. Tepatnya di daerah Majdal yang terletak sebelah timur Bushra pada tahun 701 H (1301 M). Ayahnya dikenal sebagai khatib di Majdal. Dalam usia 2 tahun Ibnu Katsir telah menjadi yatim. Ayahnya meninggal pada tahun 703 H. Sepeninggal sang ayah tercinta, Ibnu Katsir diasuh oleh kakak kandungnya, Kamaluddin ‘Abdul Wahab. Tahun 707 H, dengan didampingi sang kakak, ia pindah ke Damaskus. Ketika itu ia berusia 6 tahun.

Masa-Masa Belajar

Di mata Ibnu Katsir, disamping menggantikan peran sang ayah, sang kakak juga sebagai guru pertama. Ia mengajarkan berbagai ilmu kepada Ibnu Katsir. Ibnu Katsir tekun menimba ilmu dari sang kakak sampai tahun 750 H. Ia juga belajar kepada Burhanuddin al-Fazari dan para ulama yang lain. Memang, pada masa itu Damaskus menjadi pusat ilmu di dunia Islam. Madrasah para penghafal al-Qur’an, pondok-pondok pesantren dan masjid-masjid begitu mudah dijumpai. Keunggulan Ibnu Katsir

Berikut ini adalah beberapa keutamaan yang Allah karuniakan kepada Ibnu Katsir:
1.Kekuatan hafalan. Pada usia 11 tahun, ia telah selesai menghafal al-Qur’an.
2.Kekuatan menghadirkan kembali ilmu-ilmu yang telah dihafalnya.
3.Kekuatan pemahaman yang bagus.
4.Semangat tinggi untuk komitmen berpegang teguh dengan sunnah (petunjuk) nabi, berdakwah untuk mengikuti generasi salaf dan membantah segala bentuk penyimpangan dalam beragama.
5. Memiliki akhlak mulia seperti lapang dada, jujur dalam pertemanan, sabar, menghormati guru.
Hingga akhirnya Allah Ta’ala mengangkat derajat Ibnu Katsir menjadi seorang ulama. Berkat ketekunannya, ia ahli dalam bidang tafsir, hadits, sejarah dll.

Prestasi Ibnu Katsir

Ibnu Katsir diangkat sebagai kepala Lembaga Pendidikan Ummu Saleh. Ia menggantikan gurunya, adz-Dzahabi, yang telah meninggal dunia. Tak lama kemudian ia diangkat menjadi kepala Lembaga Pendidikan Darul Hadits al-Asyrafiyah setelah meninggalnya as-Subki. Para penuntut ilmu pun berdatangan dari berbagai pelosok negeri yang jauh. Mereka datang untuk menimba ilmu kepada Ibnu Katsir. Mereka menjadikan Ibnu Katsir sebagai rujukan dalam ilmu agama Islam.

Guru-Guru Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menimba ilmu kepada para ulama di masa itu. Diantara guru yang terkenal adalah sebagai berikut:
1. Al-Hafizh al-Kabir Abul Hajjaj Yusuf bin az-Zaki Abdurrahman bin Yusuf al-Mizzi.
Ibnu Katsir memfokuskan diri untuk mempelajari ilmu hadits kepada al-Mizzi. Al-Mizzi adalah guru yang paling berpengaruh dalam kehidupan Ibnu Katsir. Disamping sebagai guru, al-Mizzi juga sebagai mertua Ibnu Katsir, karena beliau mempersunting putri al-Mizzi yang bernama Ammatu Rahim Zainab.

2. Syaikhul Islam Ahmad bin Abdil Halim bin Abil Qasim bin Taimiyah al-Harrani.
Ibnu Katsir juga menimba ilmu sekian lamanya dengan mempelajari banyak ilmu kepada Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah pun banyak memberikan pengaruh dalam kehidupan Ibnu Katsir. Ibnu Katsir menyebutkan tentang biografi Ibnu Taimiyah dalam kitab al Bidayah wa an Nihayah, “Antara aku dan beliau terjalin kecintaan dan persahabatan dari kecil.”
Saking dekatnya persahabatan dengan Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir pun ikut mendapatkan cobaan sebagaimana yang dialami oleh Ibnu Taimiyah. Dari sini ada sebuah pelajaran berharga bagi kita semua bahwa perbedaan madzhab bukanlah sebagai alasan untuk bersikap fanatik. Sebab, sikap fanatik akan menghalangi seseorang dalam belajar atau mengajarkan ilmu satu sama lain. Ibnu Katsir adalah seorang tokoh ulama syafi’iyyah (madzhab syafi’i) dan Ibnu Taimiyah adalah tokoh ulama hanabilah (madzhab hanbali).

3. Al-Hafizh al-Kabir Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Utsman adz-Dzahabi.
Beliau adalah salah seorang tokoh ulama yang sangat mumpuni dalam ilmu sejarah dan ilmu hadits. Ibnu Katsir menyebutkan tentang biografi adz-Dzahabi dalam kitab al Bidayah wa an Nihayah, “Beliau adalah tokoh penutup para ulama ahli hadits dan para penghafal hadits.”

Murid-Murid Ibnu Katsir

Para penulis biografi menyebutkan bahwa Ibnu Katsir memiliki murid yang banyak sekali. Diantara murid beliau yang terkenal adalah:
1. Syihabuddin Abul Abbas Ahmad bin al-‘Ala Haji as-Sa’di.
Disamping belajar kepada Ibnu Katsir, Syihabuddin Abul Abbas juga belajar kepada Ibnu Rafi’. Sampai-sampai dikatakan, “Dalam bidang ilmu-ilmu hadits, Syihabuddin adalah lulusan dari 2 ulama ahli hadits (hafizh) yaitu Ibnu Katsir dan Ibnu Rafi’”. Syihabuddin Abul Abbas belajar kepada Ibnu Katsir selama 6 tahun.

2. Al-Allamah Shaddrudin Muhammad bin ‘Alauddin ‘Ali bin Muhammad Ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi, penulis kitab Syarh ‘Aqidah Thahawiyah.

3. Al-Hafizh Syamsuddin Abul Khair Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Ibnul Jazari, seorang tokoh ulama ilmu qiraah pada zamannya.

Pujian Para Ulama

Para ulama memberikan pujian kepada Ibnu Katsir. Pujian tersebut datang dari berbagai arah, baik dari para guru, para ulama yang semasa, para murid maupun dari para ulama penulis biografi. Mereka semua sepakat memuji kekuatan hafalan Ibnu Katsir, pengetahuan tentang para perawi hadits dan kemahiran dalam ilmu tafsir, sejarah, fikih dan nahwu. Diantara ulama yang memuji beliau adalah:

1. Al-Imam adz-Dzahabi, beliau mengatakan dalam kitab Tadzkiratul Huffazh, “Beliau adalah seorang ahli fikih, seorang pemberi fatwa dan ahli hadits yang memiliki banyak keutamaan.”

2. Syihabuddin Ibnu Haji berkata, “Beliau adalah orang yang paling kuat hafalannya terhadap hadits dari orang yang pernah kami temui, beliau adalah orang yang paling mengetahui tentang ilmu jarh, para perawi hadits, keshahihan hadits dan penyakit-penyakit hadits. Para ulama yang seangkatan dengan beliau dan juga guru-guru beliau sangat mengetahui yang demikian. Beliau mampu mendatangkan banyak faedah dari ilmu tafsir dan sejarah. Beliau adalah orang yang sedikit lupa, cerdas, sangat baik pemahamannya serta memiliki pemikiran yang lurus”.

3. Badruddin al-Aini berkata, “Beliau adalah teladan para ulama dan salah seorang penghafal. Beliau adalah sumber rujukan yang ahli dalam masalah makna dan kata-kata. Beliau mendengar, mengumpulkan, menulis, mengajar, membacakan hadits dan menyusun. Beliau memiliki pengetahuan yang sangat tinggi dalam masalah hadits, tafsir dan sejarah. Beliau dikenal akan kekuatan hafalannya dan semangatnya. Beliau telah mencapai puncak keilmuan dalam sejarah, hadits dan tafsir. Beliau memiliki karya tulis yang cukup banyak dan berfaedah”.

Karya-Karya Ibnu Katsir

Kehidupan Ibnu Katsir begitu ilmiah. Hari-harinya dipenuhi dengan kesungguhan dalam mengajar dan menulis karya. Ibnu Katsir lebih banyak berkecimpung dalam ilmu hadits sehingga ia tergolong sebagai ahli hadits. Diantara karya yang terkenal adalah:

1. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim
Kitab tafsir ini disusun selama 4 tahun. Dalam menyusun kitab ini, Ibnu Katsir merujuk lebih dari 200 referensi dalam berbagai disiplin ilmu seperti tafsir, ilmu al-Qur’an, kitab sunnah, ilmu hadits dan penjelasannya, ilmu fikih dan ushul fikih, ilmu sejarah, biografi, ilmu bahasa dll.
Al-Imam as-Suyuthi berkata, “Ibnu Katsir memiliki kitab tafsir yang belum pernah ada seorangpun yang menulis dengan cara yang seperti ini.”
Al-Imam asy-Syaukani berkata, “Beliau memiliki banyak karya tulis yang bermanfaat, diantaranya kitab tafsir yang terkenal dalam beberapa jilid.”

2. Al-Bidayah wan-Nihayah
Kitab ini merupakan kitab ensiklopedi sejarah terbesar. Pembahasannya dimulai dari penciptaan alam semesta, langit dan bumi, malaikat, manusia pertama, kisah para nabi dan umat-umat terdahulu hingga nabi terakhir. Kemudian tokoh-tokoh, dinasti (raja, khalifah, sultan) dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada abad-abad yang dilalui dalam masa Islam hingga ke masa pengarang. Kemudian diikuti dengan peristiwa yang akan terjadi di akhir zaman seperti tanda-tanda kiamat, perjalanan di alam barzakh, hari kebangkitan hingga surga dan neraka.
Dengan bersumber pada al-Qur’an dan Hadits, seluruh kisah-kisah ini diceritakan dengan baik oleh Ibnu Katsir..

3. At-Takmil fi Ma’rifat ats-Tsiqat wa adh-Dhu’afa wal Majahil
Kitab ini merupakan salah satu karya beliau dalam bidang ilmu hadits. Kitab ini merupakan rangkuman 2 kitab dari tulisan guru beliau, al-Mizzi (Tahdzibul Kamal fi Asma ar-Rijal) dan adz-Dzahabi (Mizanul I’tidal fi Naqdir Rijal). Hanya saja, pada kitab ini disertai beberapa tambahan yang bermanfaat dalam masalah jarh wa ta’dil.

Wafatnya Ibnu Katsir

Di akhir usianya kedua mata Ibnu Katsir mengalami kebutaan. Diantara sebabnya, di malam hari beliau sibuk menulis kitab Jami’ al-Masanid. Ibnu Kastir wafat pada hari Kamis tanggal 26 Sya’ban tahun 774 H (1372 M) di Damaskus. Ia dimakamkan di samping makam gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Wallahu a’lamu bish-shawab

Penulis: Ust. Muhammad Rifqi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button