Di antara Metode Iblis Menyesatkan Manusia

Para pembaca rahimakumullah,
Was-was berasal dari Iblis dan merupakan salah satu tipu daya mereka untuk menyesatkan manusia.
Iblis menghembuskan was-was dan membisikkan keraguan dan kebimbangan ke dalam hati manusia dalam urusan agamanya baik dalam masalah akidah maupun ibadah.
Diantara bentuk was-wasnya Iblis, yaitu masalah penciptaan.
Nabi Shallalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ، فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ. فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
“Setan mendatangi salah seorang dari kalian, lalu bertanya: ‘Siapakah yang menciptakan ini? Siapakah yang menciptakan itu?’ Hingga dia bertanya: ‘Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?’ Apabila telah sampai kepadanya hal tersebut, hendaknya dia berlindung kepada Allah dan menghentikannya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Di dalam riwayat Imam Muslim dalam shahihnya:
فَمَنْ وَجَدَ مِنْ ذلك شَيئًا، فَلْيَقُلْ: آمنْتُ بِاللهِ
“Barangsiapa yang mendapati sesuatu dari hal itu (was-was), hendaknya mengucapkan: ‘Aku beriman kepada Allah.'”
Termasuk tipu dayanya Iblis, yaitu was-was ketika berwudhu dan bersuci. Engkau dapati sebagian orang ragu dari apa yang telah dibasuh dari anggota wudhu, sehingga ia membasuhnya secara berulang-ulang lebih dari tiga kali.
Imam Ahmad rahimahullah berkata :
لاَ يَزِيدُ على الثَّلَاثِ إلاّ رَجلٌ مُبتَلًى
“Tidaklah menambah dari tiga, kecuali seorang yang tertimpa was-was.”
Obat dari penyakit was-was -semoga Allah melindungi kita- hendaknya dia berpaling dari keraguan tersebut dan tidak memperdulikannya.
Al-Hafidz Ibnul Jauzi rahimahullah menyebutkan sebuah kisah dari Abul Wafa Ibni Aqil bahwa seseorang bertanya kepadanya:
“Aku menceburkan diri ke dalam air secara berulang-ulang, namun aku ragu apakah mandiku sah atau tidak. Apa pendapatmu tentang hal itu?”
Maka Abul Wafa-pun menjawab :
“Pergilah, karena telah gugur kewajiban shalat darimu.”
Maka orang itupun bertanya: “Mengapa demikian?”
Maka beliupun menyebutkan alasannya: “Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
رُفع القلم عن ثلاثة: عن المجنون حتى يفيق، وعن النائم حتى يستيقظ، وعن الصبي حتى يبلغ
“Pena diangkat dari tiga orang : orang gila sampai sadar, orang yang tidur sampai bangun, dan anak kecil sampai baligh.”
ومن ينغَمِس في الماء مرارا ويشُكّ أصابه الماء أم لا فهو مجنون.
“Barangsiapa yang menceburkan dirinya ke dalam air secara berulang-ilang, dan ia ragu, apakah air mengenai dirinya atau tidak, maka dia seorang yang gila.”
Termasuk was-wasnya Iblis -semoga Allah melindungi kita- yaitu seseorang merasa terkenai najis pada pakaian atau badannya.
Oleh karenanya, disyariatkan bagi seorang ketika buang air kecil tidak dalam keadaan berdiri dan tidak melawan arah angin, agar ia tidak terkena air kencing dan menutup pintu was-was.
Diantara bentuk was-was Iblis adalah membuat ragu seseorang di dalam shalatnya, apakah dia buang angin atau tidak.
Maka wajib bagi seorang yang shalat agar tidak membatalkan shalatnya, kecuali jika ia yakin telah buang angin.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إذا وجد أحدكم في بطنه شيئا وأشكل عليه. أ خرج منه شيئ أم لا؟ فلا يخرجَنّ من المسجد حتى يسمع صوتا أو يجد ريحا (أخرج مسلم وغيره)
“Apabila seorang dari kalian mendapati sesuatu di perutnya dan ia ragu apakah telah keluar darinya atau tidak. Maka janganlah ia keluar dari masjid sampai ia mendengar suara atau mendapati angin.” (HR. Muslim dan lainnya).
Kami nasehatkan kepada kaum muslimin, hendaknya menghilangkan keraguan dan singkirkanlah was-was Iblis. Janganlah batalkan amalan kalian, janganlah rusak ibadah kalian dan janganlah sia-siakan shalat kalian.
Kita berlindung kepada Allah dari gangguan Iblis dan bala tentaranya.
Semoga bermanfaat. Amiin.
Wallahu a’lam bish-shawab. (UAIA).