Fiqih

Keutamaan Mengurus Anak Yatim

Edisi: 32 || 1440H
Tema: Fikih

بسم الله الرّحمان الرّحيم

Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,

أناوكافل اليتيم في الجنّة هكذا (وأشار بالسّبابة والوسطى,وفرّج بينهماشيئا)

“Aku dan orang yang memelihara/menanggung anak yatim berada di surga kedudukannya adalah seperti ini. (Beliau mengisyaratkan dengan mensejajarkan jari telunjuk dan jari tengah dengan sedikit merenggangkannya antara keduanya) (HR. al-Bukhari no. 5304 dari shahabat Sahl bin Sa’d radhiallahuanhu)

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ta’ala. Islam merupakan agama yang mengajarkan kasih sayang karena Allah ta’ala mengutus Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam ke muka bumi tidak lain sebagai rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam semesta. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam pun memerintahkan kita untuk menyayangi sesama makhluk sebagaimana salam sabdanya,

الرّاحمون يرحمهم الرّحمان,ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السّماء

“Orang-orang yang penyayang akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah ta’ala). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit (Allah) akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud no. 4941 dan Tirmidzi no. 1924 dari shahabat Abdillah bin Amr radhiallahuanhu, lihat as-Silsilah ash-Shahihah no. 925)

Oleh karena itu, sebagai sesama muslim hendaklah saling menyayangi dan memiliki sikap kepedulian. Terlebih lagi kepada orang-orang yang sangat membutuhkan kasih sayang dan kepedulian seperti anak-anak yatim, fakir miskin, para janda dan lain-lain.

Pembahasan yang diangkat pada edisi kali ini adalah terkait dengan sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap anak-anak yatim.

Pengertian yatim adalah anak kecil (laki-laki atau perempuan) yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum baligh (lihat Syarh Riyadhush Shalihin lil ‘Utsaimin, [1/635]). Dari pengertian di atas menunjukkan apabila anak yang ditinggal mati oleh ayahnya telah mencapai usia baligh maka dia tidak lagi disebut sebagai yatim. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam (artinya), “TIdak ada keyatiman setelah mimpi basah (baligh).” (HR. Abu Dawud no. 2873 dari shahabat Ali bin Abi Thalib, lihat Shahih Sunan Abu Dawud no. 2873 [6/373])

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Yatim di kalangan manusia adalah anak kecil yang ditinggal mati ayahnya (sebelum baligh), karena fungsi seorang ayah adalah yang mendidik, memberikan nafkah dan menolong anaknya sesuai dengan tabiat makhluk.” (Majmu’ Fatawa, [14/108-110])

Sehingga dengan ketiadaan sang ayah dan keterbatasan kemampuan sang ibu, anak yatim sangat membutuhkan bantuan orang lain yang bisa mengurusi kebutuhan mereka. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam telah menjanjikan pahala besar bagi setiap mukmin yang mau peduli terhadap urusan anak-anak yatim dengan memelihara dan menanggung kebutuhan hidup mereka – sebagaimana dalalm hadits di atas – bahwasannya orang yang memelihara dan menanggung kebutuhan anak yatim akan menjadi teman dekat Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam di surga.

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Menanggung kebutuhan anak yatim maknanya adalah mengurusi kepbutuhan-kebutuhannya, seperti: nafkah, pakaian, pendidikan, bimbingan … dan selainnya.” (Syarh Shahih Muslim, [13/118])

Ath-Thibi rahimahullah berkata, “Anak yatim disini sifatnya adalah umum yaitu untuk semua anak yatim baik dari kalangan kerabat dekat atau bukan kerabat.” (Faidhul Qadir, [3/645])

Ibnu Baththal rahimahullah berkata, “Wajib bagi setiap mukmin yang mendengar hadits ini untuk bersemangat dalam mengamalkannya agar bisa menjadi teman dekat nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam dan juga bersama-sama dengan para nabi dan para rasul lainnya. TIdak ada kedudukan di sisi Allah ta’ala di akhirat nanti yang paling utama dibandingkan menjadi teman dekat para nabi.” (Syarh Shahih al-Bukhari, [9/217])

Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hadits ini menganjurkan untuk menanggung kebutuhan anak-anak yatim, yaitu dengan mengurusi segala sesuatu yang akan memberikan kebaikan kepadanya baik sisi agama maupun dunianya. Adapun kebaikan dari sisi agama, seperti: membimbing, menasehati, memberikan pendidikan agama dan yang semacamnya. Adapun kebaikan dari sisi dunia, seperti: memberi makan, minum dan tempat tinggal.” (Syarh Riyadhush Shalihin, [1/311])

Di antara keutamaan lain dari mengurus anak-anak yatim, bahwa memberi makan mereka merupakan amalan yang akan memasukkan pelakunya ke dalam surga sebagaimana firman Allah ta’ala (artinya), “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (al-Insan: 8)
Abu Bakr bin Hafsh radhiallahuanhu mengisahkan bahwa shahabat Abdullah bin Umar radhiallahuanhu tidaklah memakan makanan melainkan di hadapan meja makannya terdapat anak yatim. (HR. al-Bukhari dalam kitab al-Adabul Mufrad no. 136)

Di antara yang menunjukkan pula akan keutamaan mengurus anak-anak yatim adalah riwayat Ummul Mukminin Aisyah radhiallahuanha bahwasanya beliau mengisahkan (artinya), “Suatu hari datang seorang wanita ke rumahku dengan membawa dua anak perempuannya (yatim). Kemudian dia meminta sesuatu makanan kepadaku namun aku tidak memilikinya melainkan hanya sebutir kurma. Kemudian aku berikan sebutir kurma tersebut, dan dia membaginya menjadi dua bagian untuk diberikan kepada kedua anaknya. Setelah itu wanita itu pun berdiri dan keluar. Tak lama berselang, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam menemuiku dan aku menceritakan kejadian tersebut. Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang mengurusi anak-anak perempuan seperti itu kemudian dia berbuat baik kepada mereka maka mereka ini akan menjadi penghalang bagi orang yang mengurusnya dari api neraka.” (HR. al-Bukhari no. 5536)

Al-Imam al-Bukhari rahimahullah dalam kitabnya al-Adabul Mufrad membuat sebuah bab yang diberi judul “Bab Keutamaan Orang Yang Menanggung Anak Yatim” dengan membewakan sebuah hadits bahwasannya Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,

السّاعي على الأرملة والمساكين كا لمجاهد في سبيل الله, وكالّذي يصوم النّهارويقوم اللّيل

“Orang yang berusaha membentu para janda dan orang-orang miskin adalah seperti orang yang berjihad di jalan Allah dan seperti orang yang berpuasa pada siang hari serta menegakkan shalat pada malam hari.” (HR. al-Bukhari no. 131 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu dalam al-Adabul Mufrad, lihat Shahih al-Adabul Mufrad no. 131)

Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad al Madkhali rahimahullah berkata, “Demikian pula masuk dalam hadits tersebut adalah anak-anak yatim sebagaimana bab yang dibuat oleh al-Bukhari, anak-anak yatim adalah golongan yang paling membutuhkan perhatian.” (Aunul Ahadi Shamad, [1/163])

Sungguh betapa besar keutamaan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang membantu para janda, orang-orang miskin dan anak-anak yatim, mereka akan mendapatkan tiga keutamaan sekaligus yaitu seperti orang yang berjihad di jalan Allah, seperti orang yang rajin melakukan puasa sunnah dan seperti orang yang rajin melakukan shalat malam.

Tentang keutamaan orang yang berjihad di jalan Allah ta’ala sungguh telah diterangkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam,

إن في الجنّة مائة درجة أعدّها الله للمجاهدين في سبيله, كلّ درجتين ما بينهما كما بين السّماء ولأرض

“Sesungguhnya di surga ada 100 tingkatan yang Allah persiapakan untuk orang-orang yang berjihad di jalan-Nya. Setiap dua tingkatan jarak antara keduanya adalah seperti jarak antara langit dan bumi.” (HR. al-Bukhari no. 7423 dari shahabat Abu Hurairah dan Muslim no. 1884 dari shahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiallahuanhuma)

Tentang keutamaan orang yang rajin melakukan puasa disebutkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam,

من صام يوما في سبسل الله باعد الله النّار عن وجهه سبعين خريفا

“Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (HR. al-Bukhari no. 2840 dan Muslim no. 1153 dari shahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiallahuanhu)

Adapun keutamaan bagi orang yang rajin melakukan shalat malam, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,

يا أيّهالنّاس,أفشوالسّلام,وأطعموا الطّعام, وصلّوا والنّاس نيام تدخلون الجنّة بسلام

“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, dan berilah makan, dan shalatlah di waktu malam dalam keadaan manusia tertidur. Niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. al-Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)

Sekedar mengusap kepada anak yatim merupakan salah satu sebab yang akan melembutkan hati seorang hamba. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,

إن أردت تليين قلبك فأطعم المسكيمن وامسح رأس اليتيم

“Apabila engkau menginginkan kelembutan pada hatimu maka berilah makan kepada orang-orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR. Ahmad 2/263, lihat kitab ash-Shahihah, [2/854] dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)

Sebaik-baik harta yang dimiliki seseorang di antaranya adalah harta yang diberikan kepada anak-anak yatim, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam,

أنّ هذا المال خضرة حلوة فنعم صاحب المسلم ما أعطى منه المسكين و اليتيم وابن السّبيل

“Sesungguhnya harta itu hijau dan manis maka sebaik-baik seorang pemilik harta muslim adalah apa yang diberikan kepada orang-orang miskin, anak yatim dan ibnu sabil (seorang musafir yang kekurangan bekal).” (HR. al-Bukhari no. 1465 dan Muslim no. 1052 dari shahabat Abu Said al-Khudri radhiallahuanhu)

Wabillahi at-taufiq.

Penulis: Ustadz Muhammad Rifki hafizhahullah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca Juga
Close
Back to top button