Raqaiq

Jerat-jerat Maksiat (Bahan Evaluasi & Introspeksi – 2)

Para pembaca rahimakumullah, dosa itu ibarat noda. Noda tersebut akan mengotori suci dan putihnya hati manusia. Jika seorang insan sering berbuat maksiat, tidak lekas bertobat, tidak segera kembali ke jalan ketaatan, hatinya akan semakin gelap memekat. Hati yang sudah menjadi hitam pekat akan sulit menerima nasehat. Pembaca, mari duduk sesaat, membaca sekaligus merenungi pembahasan berikut, walau singkat dan sesaat!

Para pembaca rahimakumullah, Rasulullah pernah bersabda,

إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا نُكِتَ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ زَادَ زَادَتْ حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ

“Jika seorang mukmin melakukan suatu dosa maka satu titik hitam akan ditorehkan pada hatinya. Jika dia bertobat, meninggalkan dosa tersebut dan memohon ampun (kepada Allah) maka hatinya akan kembali mengkilap. Jika dia menambah dosanya maka hatinya akan semakin bertambah hitam hingga memenuhi hati tersebut.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan al-Hakim)

Pembaca, kita akan melanjutkan pembahasan tentang bahaya dosa. Edisi kali ini berjudul jerat-jerat maksiat. Semoga membantu kita untuk segera bertobat dari maksiat,

Cinta Maksiat

Manakala seseorang suka berbuat maksiat maka akhirnya menjadi kebiasaan baginya. Anggapan bahwa maksiat adalah perbuatan keji pun akan hilang. Ia tidak lagi menganggap jelek sebuah kemaksiatan yang ia kerjakan sekalipun orang lain melihat dan membicarakan dirinya.  Inilah yang melemahkan keinginan untuk bertobat. Bahkan keinginan tersebut bisa hilang sama sekali. Kalau sudah demikian keadaannya, ia akan mengumbar dosa yang ia kerjakan. Tidak ada lagi rasa malu. Kondisi ini sangat berbahaya. Dosa orang seperti ini tidak dimaafkan. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi,

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرُونَ، وَإِنَّ مِنَ الإِجْهَارِ أَنْ يَسْتُرَ اللَّهُ عَلَى الْعَبْدِ ثُمَّ يُصْبِحُ يَفْضَحُ نَفْسَهُ وَيَقُولُ: يَا فُلَانُ عَمِلْتُ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا، فَهَتَكَ نَفْسَهُ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ

“Seluruh umatku diberi maaf kecuali orang yang melakukan dosa secara terang-terangan. Di antaranya adalah seseorang yang berbuat maksiat kemudian Allah menutupi aibnya. Lalu pada keesokan harinya, ia sendiri membuka aib tersebut dengan mengumbarnya kepada orang lain, ‘Wahai fulan, pada hari ini dan itu aku telah melakukan (dosa) ini dan itu.’ Maka dia merusak kehormatan dirinya padahal sebelumnya Rabb-nya telah menutup aibnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dosa sebab kehinaan

Dosa menyebabkan pelakunya terhina di hadapan Rabb-nya. Harga dirinya pun jatuh di hadapan manusia. Imam Hasan al-Bashri berkata, “Kalau saja mereka mau memuliakan dan mengagungkan Allah pasti Dia akan menjaga mereka. Jika seorang hamba telah hina di hadapan Allah, maka tidak ada yang bisa memuliakannya.” Allah berfirman (artinya), “Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak ada yang bisa memuliakannya.” (QS. al-Hajj: 18)

Walaupun kelihatannya, orang-orang menghormatinya, maka karena mereka sedang membutuhkan orang tersebut, atau karena takut terhadap kejelekannya. Kenyataannya, orang tersebut adalah orang yang paling hina di hati mereka. Oleh karena itu, sebagian ulama salaf berdoa,

اللَّهُمَّ أَعِزَّنِي بِطَاعَتِكَ وَلَا تُذِلَّنِي بِمَعْصِيَتِكَ.

“Ya Allah muliakanlah diriku dengan ketaatan kepada-Mu dan janganlah Engkau hinakan diriku karena kemaksiatan kepada-Mu.”

Meremehkan dosa

Bahaya dosa berikutnya adalah menganggap remeh dosa. Jika seseorang terus bergelimang dosa maka dia akan memandang remeh dan menganggap kecil dosa tersebut di dalam hatinya. Ini pertanda kebinasaan dan kehancuran. Sebab, jika sebuah dosa semakin dianggap kecil di mata seorang hamba maka sebaliknya dosa tersebut semakin besar di sisi Allah. Rasulullah bersabda,

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ، فَقَالَ بِهِ هَكَذَا فَطَارَ

“Sesungguhnya seorang mukmin itu memandang dosa-dosanya seakan-akan dia berada di bawah sebuah gunung. Ia khawatir kalau gunung tersebut akan runtuh menimpa dirinya. Sebaliknya seorang pendosa melihat berbagai dosanya ibarat seekor lalat yang hinggap di hidungnya. Maka ia menggusirnya (dengan tangannya), kemudian lalat tersebut terbang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dosa Pembawa Celaka

Dosa yang dikerjakan seorang hamba akan mencelakakan makhluk lain. Binatang pun akan merasakan kesialan dari dosa yang dilakukan hamba tadi. Akhirnya, segenap makhluk melaknat si pelaku maksiat. Abu Hurairah berkata, “Seekor burung Hubara bisa mati dalam sarangnya gara-gara kezaliman orang yang berbuat zalim.”

Mujahid berkata, “Sesungguhnya binatang-binatang melaknat para pelaku maksiat dari kalangan Bani Adam, yaitu jika musim kemarau berkepanjangan dan tidak turun hujan.”

Ikrimah berkata, “Binatang melata di bumi dan serangga sampai kumbang kelapa dan juga kelajengking berkata, ‘Kami semua dihalangi dari tetes air hujan disebabkan dosa-dosa Bani Adam.’

(Lihat Hilyatul Auliya’ 3/286)
Di sini ada yang dihapus

Hati menjadi mati

Abdullah bin Mubarak berkata,

رَأَيْتُ الذُّنُوبَ تُمِيتُ الْقُلُوبَ        وَقَدْ يُورِثُ الذُّلَّ إِدْمَانُهَا

وَتَرْكُ الذُّنُوبِ حَيَاةُ الْقُلُوبِ         وَخَيْرٌ لِنَفْسِكَ عِصْيَانُهَا

Aku memandang dosa itu mematikan hati

Terus berbuat dosa menjadikan hina

Meninggalkan dosa adalah kehidupan hati

Lebih baik bagimu, meninggalkan dosa

Menghalangi dan menghilangkan ilmu

Ingatkah Anda keluhan Imam asy-Syafi’i kepada gurunya? Asy-Syafi’i berujar,

شَكَوْتُ إِلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي        فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي

وَقَالَ اعْلَمْ بِأَنَّ الْعِلْمَ فَضْلٌ             وَفَضْلُ اللَّهِ لَا يُؤْتَاهُ عَاصِي

Kepada Waki’ kukeluhkan jeleknya hafalan
Lalu beliau membimbingku untuk meninggalkan kemaksiatan
Kata beliau, “Ketahuilah, bahwa ilmu itu adalah keutamaan
Dan keutamaan Allah tidak akan diberikan kepada pelaku kemaksiatan”

Maksiat Penyebab Laknat

Rasulullah melaknat orang yang mentato dan orang yang meminta untuk ditato, wanita yang menyambung rambut dan meminta untuk disambung rambutnya, wanita yang mencukur alisnya dan meminta untuk dicukur alisnya, wanita yang mengikir gigi dan yang meminta untuk dikikirkan giginya. Rasulullah juga melaknat orang yang makan dari hasil riba, yang memberi makan, penulis dan saksi dari praktik riba. Beliau juga melaknat seorang laki-laki yang menikahi wanita yang ditalak tiga dalam rangka agar halal untuk dinikahi oleh suami pertama dan juga melaknat suami yang menyuruh istrinya untuk melakukannya. Beliau melaknat pencuri, peminum khamer, yang menuangkannya, yang memerasnya, yang meminta diperaskan, pembelinya, pemakan hasil jualnya, yang membawanya dan yang meminta dibawakan. Rasulullah melaknat orang yang mengubah tanda batas tanah, melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, melaknat orang yang menjadikan makhluk bernyawa sebagai sasaran memanah, melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki. Beliau melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, melaknat orang yang melakukan perbuatan bid’ah dan melindungi orang tersebut, melaknat para pelukis gambar makhluk bernyawa, melaknat orang yang melakukan amalan kaum Nabi Luth (homoseksual), melaknat orang yang melaknat ayah dan ibunya, melaknat orang yang menyesatkan orang buta dari jalan, melaknat orang yang bersetubuh dengan binatang.  Rasulullah juga melaknat orang yang mencap (memberi tanda) binatang pada wajahnya, melaknat orang-orang yang merusak hubungan seorang istri dengan suaminya atau hubungan seorang budak dengan majikannya, melaknat seorang suami yang bersetubuh dengan istrinya dari dubur (analseks). Beliau juga memberitahu bahwa malaikat melaknat hingga pagi hari kepada seorang istri yang tidur meninggalkan suaminya karena menolak ajakan suaminya. Rasulullah juga mengabarkan bahwa para malaikat melaknat orang yang mengacungkan senjata kepada saudaranya yang beriman. Beliau juga melaknat orang yang mencela para sahabat. Semoga semakin membuat kita tergugah untuk segera bertobat.

Wallahu a’lam.

Penulis: Ustadz Abu Abdillah Majdiy

Untuk mendapatkan buletin dalam bentuk file gambar/JPEG klik di sini: halaman 1, halaman 2, halaman 3, halaman 4.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca Juga
Close
Back to top button