Tauhid

Waspada! Para Peramal di Sekitar Kita

Edisi: 14 || 1441H
Tema: Tauhid

بسم الله الرّحمان الرّحيم

Sebenarnya peramal dan praktik ramal dengan berbagai macamnya bukanlah sesuatu yang baru dalam sejarah kehidupan manusia. Keberedaannya sudah sangat lama, bahkan jauh sebelum datangnya Islam dan diutusnya Nabi kita Muhammad shalallahu’alaihi wasallam. Oleh karena itulah, sejak dahulu Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam sudah memperingatkan umatnya dari berbagai bentuk ramalan.

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda (artinya), “Barangsiapa mempelajari salah satu ilmu nujum (metode ramalan dengan media bintang-bintang), maka ia telah mempelajari salah satu cabang ilmu sihir. Semakin bertambah ilmu nujumnya, semakin bertambah pula ilmu sihirnya.” (HR. Abu Dawud no. 3905)

Jenis Ramalan dan Hakikatnya

Ada banyak sekali jenis ramalan yang biasa digunakan oleh para peramal. Di antara jenis ramalan yang sering kita jumpai adalah:

⦁ Kartu Taro: teknik meramal dengan cara membaca sebuah kartu.

⦁ Ilmu Nujum atau Astrologi: teknik meramal dengan cara membaca letak atau pergerakan bintang-bintang. Teknik ini biasanya juga dikenal dengan nama zodiak, shio (astrologi Tionghoa) atau primbon (penanggalan Jawa).

⦁ Membaca Aura: teknik meramal dengan cara membaca aura seseorang yang diyakini memiliki warna tertentu.

⦁ Palmistri (membaca garis tangan): teknik meramal dengan cara membaca garis telapak tangan yang dominan atau tangan yang sering digunakan.
Meramal dengan Cara Berkomunikasi dengan Jin

Cara ini merupakan cara yang sering digunakan oleh para dukun, termasuk juga fenomena yang marak belakangan ini yaitu anak indigo (seseorang yang diyakini mampu melihat dan berkomunikasi dengan jin).

Seluruh metode ramalan yang disebutkan di atas atau sejenisnya merupakan perbuatan yang haram bahkan bisa menjerumuskan pada kesyirikan dikarenakan hakikat semua itu bermuara pada satu titik yang sama yaitu mengaku mengetahui perkara gaib (sesuatu yang tidak diketahui) baik yang sekarang maupun yang akan datang, baik terkait dengan nasib seseorang, suatu peristiwa, mujur dan celaka, ataupun yang lainnya. Perbedaannya hanyalah dalam penggunaan alat yang dipakai untuk meramal.

Di dalam Al-Qur’an disebutkan dengan jelas bahwa hanya Allah ta’ala yang mengetahui perkara gaib.

Allah ta’ala berfirman (artinya), “Katakanlah, Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah; dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (an-Naml: 65)

Dalam ayat lainnya Allah ta’ala berfirman (artinya), “Maka katakanlah, ‘Sesungguhnya yang gaib itu kepunyaan Allah, sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang menunggu.” (Yunus: 20)

Benarkah Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam Meramal Masa Depan?

Adapun kabar dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam tentang perkara gaib, maka hal tersebut bukan termasuk ramalan, karena apa yang beliau sampaikan seluruhnya adalah berita dari Allah ta’ala, Dzat Yang Maha Mengetahui ilmu gaib.

Allah ta’ala berfirman (artinya), “Dan tidaklah dia (Muhammad) berkata dari hawa nafsunya. Tetapi itu semua adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (an-Najm: 3-4)

Bukankah di dalam al Qur’an telah disebutkan bahwa Allah ta’ala mengabarkan beberapa perkara gaib kepada rasul-rasul pilihan-Nya?!

Allah ta’ala berfirman (artinya), “Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kalian hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.” (Ali ‘Imran: 179)

Dengan ini kita mengetahui betapa kelirunya ucapan “Ramalan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam terkait hal ini sudah terbukti” atau “Kejadian ini sudah diramalkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam sejak dulu” serta ucapan yang semisalnya.

Benarkah Nabi Ibrahim alaihissalam Mempelajari Ilmu Nujum?

Sebagian orang menuduh bahwa Nabi Ibrahim alaihissalam mempelajari salah satu dari teknik meramal, yaitu ilmu nujum. Mereka berdalil dengan firman Allah ta’ala (artinya), “Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sakit’.” (ash-Shaffat: 88-89)

Menurut mereka, ayat di atas menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim alaihissalam mengetahui kondisi sakitnya setelah mengamati bintang-bintang.

Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan, “Hal ini adalah sebuah kedustaan atas nama nabi Ibrahim alaihissalam. Dalam ayat di atas, nabi Ibrahim alaihissalam tidak menghubungkan sakit beliau dengan keadaan bintang.

Ayat di atas hanyalah menjelaskan nabi Ibrahim alaihissalam ketika itu memandang bintang, setelah itu beliau menyatakan, “Saya sakit.” Beliau melakukannya guna menyelamatkan diri dari kezhaliman kaumnya. Lebih dari itu, tidak ada seorang pun yang butuh untuk memperhatikan bintang untuk mengetahui apakah dirinya sehat atau sakit. Karena sakit dapat dirasakan dan pasti diketahui oleh dirinya sendiri.” (Miftah Dar As-Sa’adah, al-Imam Ibnul Qayyim, [3/166])

Masih terkait ramal meramal, mari kita perhatikan beberapa fatwa ulama berikut ini:

Hukum Bertanya Pada Peramal Meski Tidak Mempercayainya

Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah ketika ditanya tetang hukum mendatangi tukang ramal, beliau menjawab, “Tidak boleh mendatangi peramal, dukun, ahli nujum ataupun penyihir. Tidak boleh pula bertanya pada mereka atau pun membenarkan mereka.

Yang wajib adalah mewaspadai mereka, mengingkari mereka, dan menyerahkan urusan mereka kepada pihak berwenang agar mereka dihukum dengan setimpal.” (Fatawa Nur Ala Ad-Darb)

Perbedaan Antara Peramal dan Dukun

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Al-‘Arraf adalah sebutan bagi kahin (dukun), munajjim (ahli nujum), dna rammaal (peramal), serta yang sejenis dengan mereka, yang berbicara dalam hal mengetahui perkara-perkara (gaib) semacam itu dengan cara-cara (tidak syar’i) semacam ini.” (Kitabut Tauhid)

Dari apa yang disebutkan di atas, kita ketahui bahwa beliau menganggap dukun dan semisalnya dari orang-orang yang mengklaim ilmu gaib adalah sama.

Hukum Ramalan Cuaca

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ditanya tentang ramalan cuaca. Beliau menjawab, “Adapun orang yang mengabarkan tentang turunnya hujan atau prediksi turunnya hujan di waktu mendatang berdasarkan alat-alat (ilmiyah) canggih yang bisa mempelajari kondisi cuaca, yang dengan itu para ahli bisa mengetahui bahwa langit sedang bersiap untuk turun hujan, maka yang demikian itu bukan termasuk ilmu gaib. Hal tersebut berdasar pada sesuatu yang nampak (indrawi). Sesuatu yang disandarkan pada hal yang nampak bukan termasuk ilmu gaib.” (Fatawa Nur Ala ad-Dard, kaset no. 76)

Prediksi Jenis Kelamin Janin. Apa Termasuk Ramalan?

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Adapun urusan gaib yang berkaitan dengan janin adalah menyangkut kadar lamanya berada dalam perut ibunya, kehidupannya, amalnya kelak, rezekinya, dan celaka atau bahagianya. Termasuk dalam hal ini, apakah janin itu laki-laki atau perempuan. Semua ini tidaklah diketahui sebelum janin itu diberi bentuk.

Adapun setelah dibentuk oleh Allah ta’ala, pengetahuan tentang janin itu laki-laki ataukah perempuan bukan lagi termasuk ilmu gaib. Dengan dibentuknya janin, pengetahuan tentangnya menjadi ilmu syahadah (nyata). (Fatawa no. 23 dari Majmu’ Fatawa wa Rasail Fadhilatisy Syaikh al-Utsaimin rahimahullah)

Penutup

Di zaman sekarang para peramal semakin mendapat ruang di tengah-tengah masyarakat. Selain mempromosikan ramalannya melalui media cetak, media sosial dan lain-lain. Tidak jarang sebagian mereka tampil dalam suatu acara tertentu di layar kaca.

Banyak masyarakat yang tertipu dengan tampilan mereka yang telah dipoles menjadi berbeda dengan penampilan pada peramal terdahulu yang identik dengan sosok wanita tua dan laki-laki renta, menjadi penampilan yang trendi dan lebih menarik dengan sosok wanita atau laki-laki yang masih muda.

Sebutan terhadap mereka pun juga telah berubah menjadi penamaan yang lebih enak didengar. Juga sisipan kata-kata yang indah dan halus ketika meramal turut menjadi faktor banyaknya masyarakat yang tertipu dengan mereka.

Ketahuilah hakikat para peramal dan segera jauhi!

Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,

من أتى عرّافا فسأله عن شيء,لم تقبل له صلاة أربعين ليلة

“Barangsiapa mendatangi dukun/paranormal/orang pintar (indigo) lalu bertanya tentang sesuatu lalu mempercayai jawabannya, niscaya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim no. 2230)

Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,

من أتى عرّافاأوكاهنا, فصدّقه بما يقول, فقد كفر بما أنزل على محمّد صلّى الله عليه وسلّم

“Barangsiapa mendatangi dukun/paranormal/orang pintar (indigo) lalu mempercayai apa yang ia katakan (terkait hal gaib), maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam.” (HR. Abu Dawud no. 3904)

Semoga Allah ta’ala menjauhkan kita semua dari pengaruh dan tipu daya dukun, paranormal, orang pintar dan lain-lain, yang dapat merusak agama, dunia dan akhirat kita.

Wallahu a’lam bishshawab.

Penulis: Ustadz Abdullah hafizhahullah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca Juga
Close
Back to top button