Tiga Doa Mustajab
Edisi: 05 || 1441H
Tema: Hadits
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Dalam sebuah hadits, baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam pernah bersabda,
ثلاث دعوات مستجابات لهنّ لا شكّ فيهنّ:دعواةالمظلوم ودعوة المسافرودعوة الوالدين على ولدهما
“Ada tiga doa mustajab (dikabulkan) yang tidak ada keraguan padanya. (Yaitu) doa orang yang terzhalimi, doa seorang musafir dan doa kejelekan dari orang tua untuk anaknya.” (HR. al-Bukhari dalam kitab al-Adabul Mufrad no. 32, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu)
Para pembaca rahimakumullah, pada hadits di atas disebutkan bahwa ada tiga doa mustajab (dikabulkan oleh Allah ta’ala), yaitu:
1. Doa orang yang terzhalimi
Perbuatan zhalim termasuk perbuatan yang diharamkan dalam syariat Islam. Bahkan Allah ta’ala mengharamkan kezhaliman atas diri-Nya sendiri. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah ta’ala berfirman,
ياعبادي إنّي حرّمت الظّلم على نفسي وجعلته بينكم محرّما فلا تظالموا
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian maka janganlah kalian saling menzhalimi” (HR. Muslim no. 4674 dari shahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiallahuanhu)
Perbuatan zhalim adalah di antara perbuatan yang pelakunya akan mendapatkan hukuman dua kali dari Allah, yaitu hukuman di dunia dan di akhirat. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam,
مامن ذنب أجدر أن يعجّل الله تعالى لصاحبه العقوبة في الدّنيا,مع مايدّخرله في الآخرةمن البغي وقطيعةالرّحم
“Tidak ada satu dosa yang paling pantas untuk disegerakan oleh Allah hukumannya di dunia disertai hukuman yang tersimpan untuknya di akhirat, kecuali dosa kedzaliman dan memutuskan tali silaturahim.” (HR. Abu Dawud no. 4902 dari shahabat Abu Bakrah Nufai’ bin al-Harits radhiallahuanhu)
Adapun tentang terkabulkannya doa orang yang terzhalimi, dalam hadits yang lain baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
واتّق دعوة المظلوم فإنّه ليس بينها وبين الله حجاب
“Berhati-hatilah dari doanya orang yang terzhalimi karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara doa tersebut dengan Allah.” (HR. al-Bukhari no. 2448 dan Muslim no. 29 dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiallahuanhu)
Maka hendaknya kita berhati-hati dari perbuatan zhalim, meskipun kepada orang fajir (pelaku dosa besar) bahkan kepada orang kafir sekalipun. Allah ta’ala akan mengabulkan doa orang kafir yang terzhalimi, bukan karena Allah ridha dengan kekafirannya namun sebagai bentuk kecintaan Allah ta’ala terhadap perbuatan adil. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin karya asy-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah).
Nabi shalallahu’alaihi wasallam juga bersabda,
اتّقوادعوة المظلوم وإن كان كافرا,فإنّه ليس دونهاحجاب
“Berhati-hatilah dari doanya orang yang terzhalimi meskipun dia kafir karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara doa tersebut dengan Allah.” (HR. Ahmad dari shahabat Anas bin Malik radhiallahuanhu)
دعوة المظلوم مستجابة,وإن كان فاجرا,ففجوره على نفسه
“Doa orang yang terzhalimi mustajab menkipun dari seorang yang fajir. Adapun kefajirannya kembali kepada dirinya sendiri,” (HR. ath-Thayalisi dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu).
2. Doa seorang musafir
Para pembaca rahimakumullah, seorang yang sedang bepergian jauh (musafir) akan didengar dan dikabulkan doanya oleh Allah ta’ala. Seorang musafir biasanya akan mengalami dan merasakan kepayahan dalam safarnya. Maka kondisi seperti seorang musafir itulah, di antara kondisi-kondisi yang menjadi penyebab terkabulkannya doa.
Maka sangat tepat baginya untuk memanfaatkan peluang yang besar ini, menengadahkan kedua tangannya memohon segala kebutuhannya kepada Rabbul ‘Alamin. Terlebih jika safarnya adalah safar ketaatan, seperti berhaji dan umrah, maka lebih kuat kemungkinan terkabulnya doanya.
Namun jika safarnya adalah safar yang haram maka tidak termasuk safar yang doanya terkabul. (lihat ‘Aunul Ahad ash-Shamad Syarah al-Adabul Mufrad karya asy-Syaikh Zaid al-Madkhali rahimahullah)
3. Doa kejelekan dari orang tua untuk anaknya
Sekian banyak keutamaan yang Allah ta’ala berikan kepada orang tua. Di antara keutamaan tersebut, segala doa yang mereka panjatkan dikabulkan oleh Allah ta’ala, baik berupa doa yang mengandung kebaikan maupun yang mengandung kejelekan. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam pernah bersabda,
ثلاث دعوات لاترد:دعوة الوالد ودعوة الصّائم ودعوة المسافر
“Tiga doa yang tidak akan tertolak, yaitu: doa orang tua, doa seorang yang berpuasa dan doa musafir.” (HR. al-Baihaqi dari shahabat Anas bin Malik radhiallahuanhu, lihat as-Silsilah ash-Shahihah no. 1797)
Namun terntunya bagi para orang tua hendaknya senantiasa berharap kebaikan bagi anak-anaknya. Terlebih ketika mendapati anaknya dalam kondisi yang “kurang baik” hingga memancing emosi, maka dituntut bagi kedua orang tua untuk berlapang dada dan memaafkan, serta mendoakan agar si anak mendapatkan kebaikan.
Bukan cacian atau bahkan doa kejelekan yang terlontar dari lisannya. Nabi shalallahu’alaihi wasallam melarang kita melakukan hal yang demikian. Karena dikhawatirkan saat orang tua mendoakan kejelekan bagi anaknya, pada saat itu adalah waktu dikabulkannya permohonan oleh Allah ta’ala. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
لاتدعوا على أنفسكم,ولاتدعوا على أولادكم,ولاتدعوا على أموالكم,لاتوافقوامن الله ساعة يسأل فيها عطاء فيستجيب لكم
“Janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk diri kalian, anak-anak kalian, dan harta kalian. Jangan sampai doa kalian bertepatan dengan waktu Allah mengabulkan permintaan kalian.” (HR. Muslim no. 3009 dari shahabat Jabir bin Abdillah radhiallahuanhu)
Para pembaca rahimakumullah, ada sebuah pertanyaan, “Apakah setiap doa kejelekan orang tua untuk anaknya dikabulkan?”
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam al-Liqa’i asy-Syar’i menjelaskan bahwa doa kejelekan orang tua untuk anaknya tidak terlepas dari dua keadaan, yaitu:
1. Doa sebagai bentuk kezhaliman
Misalkan jika ada seorang anak yang memberikan masukan dan nasehat kepada orang tuanya yang melakukan perbuatan jelek dan dosa. Namun ternyata orang tuanya tidak menerimanya bahkan marah dan mencaci maki serta mendoakan kejelekan bagi si anak tersebut.
Jika kondisinya seperti ini, maka doa kejelekan tersebut tidak termasuk doa yang dikabulkan, karena bentuknya adalah kezhaliman kepada si anak. Allah ta’ala berfirman,
اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat zhalim itu tidak mendapat keberuntungan.” (al-An’am: 21)
2. Doa sebagai bentuk keadilan
Misalkan jika ada seorang anak yang memang melakukan perbuatan yang tidak pantas, bahkan melanggar syariat hingga menyebabkan orang tuanya emosi, bahkan keluar dari lisan keduanya doa kejelekan, maka yang demikian itu dimungkinkan doanya akan didengar dan dikabulkan Allah ta’ala.
Dari sini pula, hendaknya bagi seorang anak untuk senantiasa bersikap hati-hati saat bersama orang tuanya. Menjaga lisan dan juga perbuatan dari hal-hal yang mungkin bisa menjadi penyebab kekecewaan bahkan kemarahan keduanya. Dalam sebuah ayat-Nya, Allah ta’ala berfirman,
اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا,وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
“Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya telah lanjut usia dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik, dan rendahkan dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasing sayang.” (al-Isra’: 23-24)
Semoga Allah ta’ala menjadikan kita sebagai orang tua yang senantiasa berharap kebaikan bagi keluarga sekaligus menjadikan kita sebagai anak-anak yang berbakti kepada orang tua. Amin.
Para pembaca rahimakumullah, doa-doa yang dikabulkan oleh Allah ta’ala tidaklah terbatas pada tiga doa di atas. Di sana masih ada doa-doa lain yang juga mustajab berdasarkan hadits-hadits shalih yang lainnya.
Di antaranya doa orang yang banyak berdzikir dan pemimpin yang adil. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
ثلاثة لايردّ الله دعاءهم: الذّاكرون الله كثيرا,ودعوة المظلوم,والإمام المقسط
“Ada tiga golongan yang doa mereka tidak ditolak oleh Allah, yaitu: orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah, doa orang yang terzhalimi, dan pemimpin yang adil.” (HR. al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman).
Wallahu a’lam bishshawab.
Penulis: Ustadz Abdullah Imam hafizhahullah