Racun Mematikan itu Bernama Pluralisme Agama
Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif, oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga. (Fatwa MUI nomor 7/Munas VII/MUI/11/2005). MUI kemudian menegaskan bahwa pluralisme agama hukumnya haram dan merupakan paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Pluralisme agama di Indonesia secara intensif telah dijajakan sejak dahulu. Ibarat barang dagangan, pluralisme agama bukan termasuk yang tidak laku di pasaran. Tidak hanya muslim awam, produk pemikiran yang diusung oleh para penganut paham liberalisme ini bahkan telah berhasil mempengaruhi kalangan intelektual muslim.
Ahmad Wahib adalah satu di antara aktor peletak dasar pemikiran pluralisme agama di Indonesia. Namanya dikenal sebagai salah satu tokoh pembaharu Islam (baca: suka mengada-adakan ide dan gagasan baru yang nyeleneh dalam syariat Islam). Catatan hariannya telah dibukukan dengan judul ‘Pergolakan Pemikiran Islam’ pada tahun 1981. Dalam catatan hariannya tersebut disebutkan bahwa ketika tinggal di Yogya, lelaki kelahiran Sampang, Madura tahun 1942 ini tinggal di Asrama Mahasiswa Realino, asrama calon-calon pastur Katolik. Dalam pergaulan bersama para romo Katolik dan teman seasramanya tersebut, ia merasa sangat bahagia. Sampai-sampai ia mengatakan, “Aku tak yakin, apakah Tuhan tega memasukkan romoku itu ke neraka.”
Pernyataan Ahmad Wahib di atas tentu sangat membahayakan akidah orang Islam. Secara langsung atau tidak, seorang muslim yang terpengaruh dan mengamini pernyataan Ahmad Wahib tadi akan tergiring untuk mengingkari wahyu Allah (artinya), “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 39). Dan ayat-ayat lainnya yang semakna.
Dalam usianya yang relatif masih muda, Ahmad Wahib pun menghembuskan nafasnya yang terakhir akibat tertabrak sepeda motor pada tahun 1973. Dengan ditutupnya lembaran hidup sang pluralis satu ini, apakah kemudian laju perkembangan ideologi pluralisme akan terhenti?
Pluralisme Agama: Promosi Tiada Henti
Kader pegiat ‘dakwah’ pluralisme agama tidak akan pernah berhenti walaupun para pendahulunya telah mati. Tongkat estafet seruan pluralisme agama pun dipegang dan dilanjutkan oleh tokoh-tokoh yang siap menebarkan racun pemikirannya ke tubuh umat Islam. Pernyataan yang dilontarkan oleh generasi penerusnya tidak kalah ekstrim dibandingkan dengan pendahulunya.
Sebut saja nama misalnya Sumanto al-Qurtuby. Dalam bukunya yang berjudul ‘Lubang Hitam Agama’, pria lulusan program Pasca Sarjana Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tahun 2003 ini mengatakan, “Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang mahaluas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang antara lain, Jesus, Muhammad, Shahabat Umar, Ghandi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir.” Ghandi yang hindu, Luther, Romo Mangun, Jesus, Bunda Teresa yang kristen kafir menurut Jumanto berada di surga.”
Para pembaca rahimakumullah. Coba Anda bandingkan pernyataan pluralisme di atas dengan firman Allah yang sering dibaca oleh para imam di masjid muslimin (artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahli Kitab (Yahudi dan Nashara) dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Al-Bayyinah: 6)
Senada dengan perkataan Sumanto al-Qurtuby di atas adalah apa yang diungkapkan oleh Masdar F. Mas’udi, salah seorang petinggi ormas Islam di negeri ini yang mengatakan bahwa surga itu bukan hanya milik satu agama.
Kalau demikian, -menurut pria yang akrab dipanggil Kang Masdar ini-, selain agama Islam pun diridhai dan diterima oleh Allah dan para pemeluknya bakal masuk surga. Kalau yang dikatakan Kang Masdar seperti itu, maka tidak demikian apa yang difirmankan oleh Allah (artinya), “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (Ali Imran: 19) “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
Betapa jelas dan gamblangnya aqidah Islam. Al-Qur’an yang telah ditegaskan sendiri oleh Allah sebagai sebuah kitab yang laa rayba fiih (tidak ada keraguan padanya) menyatakan bahwa hanya Islam yang benar, hanya Islam yang diterima di sisi Allah, orang yang mati kafir dan tidak berislam maka ia akan kekal di neraka.
Mereka Pun Juga Bisa Berdalil
Ajakan kepada pluralisme agama yang didengungkan oleh kaum liberalis di negeri ini dilakukan bukan tanpa dalil. Ayat Al-Qur’an yang biasa mereka jadikan dalil (baca: dalih) untuk menjajakan ideologinya tersebut di antaranya adalah surah Al-Baqarah ayat ke-62 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Jika ayat ini dibaca dan dipahami sepotong-sepotong, maka benar bahwa orang Yahudi dan Nasrani bakal mendapat pahala dan masuk surga bersama. Namun jika ayat ini dibaca secara utuh dan dipahami dengan akal yang jernih sebagaimana dipahami oleh murid-murid Rasulullah yaitu para shahabat, maka justru ayat ini sebagai sanggahan terhadap paham pluralisme agama dan para pengusungnya. Dalam ayat ini, Allah tidak menggeneralisir umat Yahudi dan Nasrani secara mutlak yang dijanjikan pahala dari-Nya. Akan tetapi Allah memberikan batasan bahwa orang Yahudi dan Nasrani yang akan mendapatkan pahala adalah yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh.
Realitanya sekarang, apakah orang-orang Nasrani pantas dikatakan benar-benar beriman kepada Allah? Apakah patut disebut sebagai mukmin bagi orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah itu adalah Isa bin Maryam? Atau menjadikan Allah Yang Maha Esa sebagai salah satu dari Tuhan yang tiga (Trinitas)? Apakah bisa dibenarkan menyebut para penyembah salib itu sebagai orang yang beriman? Jelas mereka bukan mukmin. Bahkan secara tegas Allah telah memberikan vonis kafir kepada mereka dalam ayat-Nya (artinya), “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam” (Al-Maidah: 72) “Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga (tuhan)“, padahal sekali-kali tidak ada Yang berhak disembah selain (Allah) Sesembahan Yang Maha Esa.” (Al-Maidah: 73)
Demikian juga umat Yahudi. Apakah mereka layak untuk dimasukkan ke dalam jajaran orang yang benar-benar beriman dan beramal saleh? Perhatikan rekam jejak kehidupan mereka. Kejahatan segolongan manusia yang pernah diubah rupa mereka menjadi kera dan babi ini telah banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Mulai dari menyembah patung anak lembu hingga pembunuhan terhadap para nabi, dan mengatakan Uzair anak Allah!! adalah contoh tindakan keji yang pernah mereka lakukan. Para nabi saja dibunuh, apalagi yang selainnya. Maka tidaklah mengherankan jika orang-orang Yahudi di masa kini banyak membunuhi umat Islam dengan biadab, seperti yang dialami saudara-saudara kita di negeri Palestina. Semoga Allah segerakan kehancuran kaum Yahudi di seluruh dunia.
Ayat ke-256 surat Al-Baqarah yang artinya “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)” juga kerap dijadikan dalil oleh para penebar racun pluralisme agama. Namun, ternyata ayat ini pun justru juga sebagai keterangan yang jelas tentang batilnya paham pluralisme agama. Silakan pembaca lihat buletin kami edisi 27 1436 H yang membahas tentang permasalahan ini.
Umat Islam Tidak Pernah Ragu, Agama Yang Benar Hanya Satu
Saudara pembaca yang semoga dirahmati Allah. Di akhir tulisan ini, kami mengajak diri kami dan segenap umat Islam untuk tetap memegang teguh keyakinan bahwa hanya Islam sajalah satu-satunya agama yang benar dan diridhai oleh Allah. Mari kita tanamkan prinsip ini ke dalam hati sanubari kita sedalam-dalamnya. Tidak ketinggalan, kita ajarkan asas keimanan ini kepada keluarga kita, anak cucu kita, dan segenap masyarakat muslimin, terkhusus generasi muda, yang di tangan merekalah tongkat estafet perjuangan Islam ini akan diberikan.
Siang dan malam kaum liberalis senantiasa mempropagandakan ide pluralismenya di tengah-tengah umat. Berbagai cara dengan beragam media pula, mereka menjajakan ideologinya tanpa mengenal lelah. Maka umat Islam harus waspada dan hati-hati dari paham pluralisme agama tersebut. Jangan sampai menggerogoti pola pikir kita, saudara, anak, dan cucu kita. Jangan biarkan virus pluralisme agama menebarkan penyakit yang bisa mematikan akidah dan iman orang-orang yang kita cintai.
Sungguh betapa hancur hati orang tua melihat putra putri kesayangannya telah memilih agama lain lantaran paham pluralisme agama telah meracuni tubuhnya. Pembaca, tentu Anda sendiri juga tidak akan rela ketika orang-orang di sekitar Anda, atau keluarga Anda sendiri ada yang murtad meninggalkan Islam karena keyakinan bahwa semua agama sama. Maka dari itu, jangan biarkan racun pluralisme agama terus menyebar di tubuh umat Islam. Tanamkan keyakinan yang kuat bahwa hanya Islam sajalah yang benar. Agama selain Islam batil, dan pemeluknya adalah kafir yang akan sengsara hidup kekal di neraka jika ia mati tetap di atas kekafirannya. Rasulullah bersabda,
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
“Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, tidaklah seorang pun dari umat ini, baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang (risalah)ku, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang aku diutus dengannya tersebut, melainkan ia akan menjadi penduduk neraka.” (HR. Muslim no. 218)
Ya Allah sungguh kami ridha Engkau sebagai Rabb kami, Islam sebagai agama kami, dan Muhammad sebagai nabi kami. Kokohkanlah kami di atas agama-Mu, Ya Allah, wafatkanlah kami di atas agama Islam dengan meraih limpahan ridha-Mu.
Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Penulis: Ustadz Abu Abdillah
Untuk mendapatkan buletin dalam bentuk file gambar/JPEG klik di sini: halaman 1, halaman 2, halaman 3, halaman 4.