Iman kepada Malaikat
Beriman kepada Malaikat merupakan salah satu rukun iman yang enam. Tidak terwujud keimanan seseorang hingga dia juga beriman kepada para malaikat. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman :
وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Akhir, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisa’: 136)
Pada ayat di atas, Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyebut orang yang mengingkari rukun-rukun iman sebagai orang kafir, dan menyifatinya sebagai orang yang sesat sejauh-jauhnya. Maka hal ini menunjukkan bahwa beriman kepada para Malaikat merupakan salah satu rukun iman yang besar, dan orang yang mengingkarinya bisa menjadi kafir atau murtad/keluar dari Islam.
Pengertian dan Kedudukan Malaikat
Kata “Malaikat” adalah bentuk jamak dari kata Malak, terambil dari akar kata al-Alukah yang bermakna risalah. Sehingga malaikat dalam pengertian bahasa bermakna para utusan Allah yang diberi tugas untuk mengurusi urusan tertentu.
Adapun beriman kepada Malaikat maka dengan meyakini secara pasti bahwa para Malaikat itu ada dan memiliki fisik, mereka termasuk jenis makhluk Allah subhaanahu wa ta’aalaa yang ghaib, Allah subhaanahu wa ta’aalaa menciptakan mereka dari cahaya (nur). Kedudukan mereka di sisi Allah sangat mulia karena mereka adalah para hamba yang senantiasa menaati Allah dan tidak pernah menentang-Nya. Jumlah mereka sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman tentang sifat para Malaikat :
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim : 6)
وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk beribadah kepada-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Al-Anbiya`: 19-20)
Jadi, para Malaikat adalah para makhluk dan para hamba Allah subhaanahu wa ta’aalaa yang dekat kepada-Nya dan senantiasa taat beribadah kepada-Nya. Meskipun demikian, mereka sama sekali tidak pantas dan tidak berhak untuk diibadahi, atau dimintai syafa’at, atau dijadikan perantara dalam berdo’a kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Maka termasuk suatu kekufuran yang nyata ketika para Malaikat tersebut disejajarkan dengan Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
Beriman kepada Malaikat Meliputi Hal-hal Berikut Ini:
1. Mengimani keberadaan para malaikat. Yakni para Malaikat itu termasuk alam ghaib, namun nyata adanya.
Para Malaikat itu juga memiliki fisik/jasad, sebagaimana dalam firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa (yang artinya):
“Segala puji hanya khusus bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Fathir: 1)
Maka termasuk kesalahan dalam beragama jika meyakini bahwa para Malaikat itu hanyalah simbol dari kekuatan maknawi, bukan makhluk yang memiliki substansi dan jasad.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan bahwa ketika beliau Isra` dan Mi’raj, di langit ketujuh diperlihatkan kepada beliau al-Baitul Ma’mur, yang di rumah suci tersebut para Malaikat beribadah di dalamnya. Setiap harinya 70.000 malaikat masuk ke dalamnya kemudian keluar dan tidak pernah kembali lagi, demikian seterusnya setiap hari. Ini menunjukkan bahwa jumlah para Malaikat itu sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
2. Mengimani nama-nama para Malaikat yang terdapat dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Seperti Malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, Munkar, Nakir, Malik, dan yang lainnya. Adapun yang tidak disebutkan namanya maka kita mengimani secara global bahwa mereka ada. Perlu diketahui, tidak semua Malaikat disebutkan namanya dalam Al-Qur`an atau hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan banyak pula yang hanya disebutkan sifat atau tugasnya, namun tidak disebutkan namanya.
Adapun nama ‘Izrail, yang dikenal sebagai malaikat pencabut nyawa, maka nama tersebut tidak ada dasarnya dari Al-Qur`an maupun dari hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Nama ‘Izrail berasal dari sumber Israiliyyat (riwayat-riwayat Bani Israil). Dalam Al-Qur`an disebut “Malakul Maut” (QS. As-Sajdah: 11).
3. Mengimani sifat-sifat para Malaikat sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Seperti Malaikat Jibril ‘alaihis salaam yang Allah subhaanahu wa ta’aalaa sebutkan sifat-sifatnya dalam Al-Qur`an sebagai malaikat yang mulia, kuat, berwibawa, terpercaya, dan memiliki bentuk yang indah.
“Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (At-Takwir: 19-21)
“Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai bentuk yang indah; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (An-Najm: 5-6)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan bahwa beliau pernah menyaksikan Jibril dalam wujud aslinya yang memiliki 600 sayap (HR. al-Bukhari 3232, Muslim 147). Dari sayap tersebut bertebaran aneka warna yang merupakan mutiara-mutiara indah dan batu-batu yakut!! (HR. al-Baihaqi dalam Dala`il an-Nubuwwah II/372).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang para Malaikat pemikul ‘Arsy, bahwa mereka memiliki fisik yang sangat besar, jarak antara cuping telinga dengan pundaknya adalah sejauh perjalanan 700 tahun !! (HR. Abu Dawud 4727, al-Baihaqi dalam al-Asma’ wa ash-Shifat 846)
Subhanallah! Betapa indahnya para Malaikat tersebut, dan betapa besarnya mereka. Maka hal ini tentunya mengingatkan kita bahwa Allah subhaanahu wa ta’aalaa yang telah menciptakan mereka adalah Dzat yang Mahaindah dan Mahabesar. Tentunya, keindahan dan kebesaran Allah sesuai dengan keagungan-Nya, tidak sama dengan makhluk-Nya.
4. Mengimani tugas-tugas Malaikat yang disebutkan dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa adalah Dzat yang Maha Sempurna dan Maha Kuasa, yang sama sekali tidak butuh bantuan siapapun dalam mengurus alam semesta ini. Namun dengan segala hikmah-Nya, Allah subhaanahu wa ta’aalaa menghendaki dan memerintahkan para Malaikat untuk mengurus beberapa urusan di alam semesta dengan izin-Nya.
Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada para rasul, yang dengannya terwujud kehidupan hati dan ruh. Mikail bertugas mengurus hujan, yang dengannya terwujud kehidupan badan. Israfil bertugas meniup sangkakala, yang dengannya terwujud kehidupan kembali (kebangkitan) setelah kematian. Tiga malaikat ini merupakan malaikat yang terbesar dan paling utama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu do’a iftitah yang dibaca pada shalat malam mengatakan:
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ، عَالِمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
“Ya Allah, Rabb yang mengatur Jibril, Mikail, dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, Maha Mengetahui yang ghaib maupun yang tampak … “ (HR. Muslim 770). Di antara ketiga malaikat tersebut, yang paling utama adalah Jibril.
Malik bertugas mengurus neraka, ada juga malaikat yang mengurus jannah (surga), disebutkan dia bernama Ridwan. Malakul Maut bertugas mencabut nyawa. Ada juga para malaikat yang bertugas memikul ‘Arsy.
Di antara para malaikat tersebut ada pula yang ditugaskan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa untuk mengurus manusia, sehingga malaikat memiliki hubungan yang sangat erat dengan umat manusia. Para malaikat adalah makhluk yang sangat menginginkan kebaikan dan keselamatan untuk manusia. Berbeda dengan syaithan, makhluk yang sangat menginginkan kejelekan dan kecelakaan bagi umat manusia. Oleh karena itu, banyak dalil-dalil yang menyebutkan bahwa para malaikat mendoakan kaum mukminin, di antaranya:
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabb mereka dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan jagalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.” (Ghafir : 7)
Termasuk pada saat yang kritis/genting, yakni ketika sakaratul maut, para malaikat turun memberikan dukungan kepada orang beriman. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka para malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergemberilah dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kami (para malaikat) adalah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.“ (Fushshilat: 30-31)
Bahkan di jannah (surga) kelak, para malaikat akan mengucapkan salam kepada kaum mukminin penghuni jannah. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman (yang artinya):
وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka (jannah) dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum (keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian). Maka Alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 23-24)
Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis: Ustadz Ahmad Alfian hafizhahullaahu ta’aalaa